Nama Idrissa Gana Gueye, pesepakbola muslim asal negeri Senegal yang membela klub PSG di liga Prancis mendatangi pelatihnya dan meminta agar tidak dimainkan tanpa alasan mendesak seperti tidak fit atau cedera melainkan karena alasan pribadi (personal reason). Ini terjadi saat pertandingan melawan Montpellier Minggu (29/6/2022).
semarak.co-Ternyata alasan Gueye tidak mau bermain adalah karena ia tidak mau menggunakan Jersey dengan nomor punggung berwarna pelangi yang menjadi ciri khas L687 yang sengaja digunakan seluruh klub liga Prancis sebagai dukungan terhadap L687 di hari antihomopobia, bifobia, dan transfobia atau intinya antipobia L687 (LGBT).
Berbeda dengan teman-temannya yang tidak peduli mau pakai Jersey seperti apa atau yang penting digaji, Gueye sangat teguh dengan pendiriannya. Ia teguh dalam prinsip-prinsip dalam agama dan negara asalnya bahwa L687 adalah perbuatan terlarang dan tidak boleh diberi dukungan.
Maka ia dengan tegas menolak kampanye dalam bentuk apapun meski hanya sekadar memakai Jersey bercorak pelangi khas L687. Sikap Gueye ini menjadi sorotan internasional. Ada yang mendukung, ada juga yang mengecam.
Seperti presiden federasi olahraga L687 yang mendesak PSG untuk memberi sanksi pada Gueye karena menurutnya urusan agama tidak seharusnya dibawa-bawa ke dalam olahraga. Apalagi setelah Gueye dipanggil FA Prancis karena sikapnya tersebut. Gueye diminta untuk membuat ungkapan permintaan maaf pada publik.
Namun tanpa merasa takut dikeluarkan dari klub, tanpa merasa takut di-banned dari liga Prancis, tanpa merasa takut dihukum dan dideportasi, dengan tegas Gueye menyampaikan alasannya tidak mau bermain.
“Saya menandatangani perjanjian dengan club PSG untuk bermain bola saja. Bukan untuk kampanye yang menyalahi aqidah saya, tsaqafah Islam saya dan nilai-nilai kemanusiaan yang agung,” ujar Gueye yang menjadi pesan berantai di berbagai grup whatsapp (WA).
Idrissa Gueye, figur pemuda muslim yang keteguhannya amat dirindukan umat ini. Tak dapat dipungkiri bahwa di zaman fitnah ini kita semua adalah korban penjajahan pemikiran. Korban agenda busuk kapitalisme, korban gerakan-gerakan beracun liberalisme, sekularisme, pluralisme, feminisme dan islamophobia.
Tapi Gueye memastikan bahwa ia mampu untuk tidak tersentuh oleh jerat-jerat itu sedikitpun. Gueye mampu menolak dan berkata tidak pada hal-hal yang bertentangan dengan prinsip dan keyakinannya. Tidak bisa disetir, tidak bisa dibelokkan, tidak bisa dicuci pemikirannya.
Pemuda yang diabadikan dalam Al Quran itu beragam, sifatnya beraneka, tapi bertemu dalam satu ciri yang sama: sama-sama punya keputusan yang kuat, dan sama-sama punya totalitas keyakinan pada Allah. Seperti nabi Ibrahim yang kaumnya menyembah berhala. Bahkan ayahnya sendiri yang merawat berhala-berhala itu.
Nabi Ibrahim tidak ikut-ikutan. Justru dengan sangat berani ia hancurkan semua berhala tanpa tersisa. Meski dengan konsekuensi dibakar hidup-hidup. Seperti nabi Musa saat semua orang tenggelam dalam kemusyrikan dengan pesona Firaun sebagai tuhan, nabi Musa sama sekali tidak terpengaruh.
Meski saat itu Fir’aun adalah ayah angkat yang telah merawatnya. Hingga dengan berani ia mengajak kaum Fir’aun ke jalan yang benar lalu melawan penyihir-penyihir Fir’aun. Meski harus dikejar-kejar Fir’aun dan tentaranya untuk dibunuh. Seperti ashabul Kahfi.
Ketika orang-orang di sekitarnya bisa dibujuk dan dipaksa mengakui raja Dikyanus sebagai tuhan, mereka tetap teguh pendirian hingga menjadi buronan dan Allah tidurkan 309 tahun. Dan kini, nama Idrissa Gueye muncul.
Pemuda yang mempunyai keberanian yang sama, totalitas keyakinan yang sama, teguh pendirian yang sama dengan para pendahulu. Seharusnya sosok-sosok seperti inilah yang kita contoh, kita kagumi, kita teladani. Bukan orang-orang kafir atau fasik, yang mengidolakannya hanya akan merusak pemikiran, gaya hidup dan Islamnya kita.
Dan lihatlah para pemuda yang diabadikan Qur’an meski terus ditekan oleh kezaliman, meski terus diancam oleh kesesatan, saat mereka teguh dengan kebenaran dan keyakinan pada Allah Ta’ala, seterancam apapun hidup mereka, Allah selamatkan mereka.
Mereka telah membuktikan bahwa siapapun, di manapun, dan kapanpun, yang berpegang pada kebenaran pasti akan menang dan selamat pada akhirnya. Begitupun dengan kita. Jangan pernah takut untuk teguh dengan prinsip-prinsip keislaman. Jangan pernah gentar mengatakan yang benar itu benar, yang salah itu salah.
Katakanlah pada dunia, “Saksikanlah bahwa kami seorang muslim”! Hingga dunia dan orang-orang zalim di dalamnyalah yang gentar. Sebab umat nabi Muhammad sudah mulai bangun dari tidur panjangnya. Keteguhan Idrissa Gueye bukan hanya untuk disaksikan, tapi untuk kita ikuti langkahnya. (smr)
sumber: copas artikel di WAGroup Komunitas ALIPh (postJumat3/6/2022/)