Forum Ulama Umat Indonesia (FUUI) menyuarakan pandangan kritis terhadap dinamika politik nasional pasca Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. FUUI ini mengangkat sejumlah isu terkait transisi kepemimpinan dan hubungan politik antar periode pemerintahan.
Semarak.co-Ketua Umum FUUI KH Athian Ali M.Dai menerangkan beberapa kebijakan dan peristiwa politik menunjukkan adanya kesinambungan yang kuat antara dua periode kepemimpinan. Mulai dari penentuan pasangan calon hingga proses pembentukan kabinet yang melibatkan berbagai pihak, mencerminkan kompleksitas transisi politik nasional.
“Sangat jelas hal ini diungkap langsung Prabowo saat perayaan ulang tahun ke-17 tahun Partai Gerindra. Dimana dalam pidatonya Prabowo selalu Ketua Umum Partai Gerindra dan juga Presiden RI berulangkali mengucapkan terima kasih pada Jokowi bahkan dengan lantang mengungkapkan dengan yel-yel Hidup Jokowi,” ungkap KH Athian.
Demikian juga dengan sikap Kepala Daerah baik gubernur maupun bupati/walikota yang dintujuk sebagai PJ sangat terasa pada pengaruh Jokowi untuk memenangkan pasangan Prabowo – Gibran kemarin. “Maka dengan pidato Prabowo tersebut menjadi semakin terbuka akan cawe-cawe Jokowi dalam Pilpres kemarin untuk memenangkan dirinya,” terang KH Athian.
KH Athian menggarisbawahi fenomena yang ia sebut sebagai “Matahari Kembar” dalam konstelasi politik nasional. Ia juga mengutip headline majalah Tempo yang menulis “Karena Jokowi, Demi Jokowi” sebagai refleksi situasi politik terkini.
Menanggapi demonstrasi mahasiswa yang terjadi dalam 100 hari pertama pemerintahan baru, KH Athian menyatakan, ini menjadi sejarah baru bagi bangsa Indonesia dimana pemerintah yang baru genap 100 hari sudah begitu banyak mendapat kritikan tajam.
“Bahkan didemo secara besar-besaran khususnya oleh para mahasiswa. Pada hakikatnya kritikan dan demo masyarakat ini harusnya dimaknai sebagai kepedulian masyarakat dan anak bangsa akan nasib bangsa ini kedepannya,” imbuh KH Athian.
KH Athian menekankan pentingnya menyikapi berbagai peringatan dan kritik dari tokoh masyarakat secara positif. Menurutnya, hal tersebut merupakan bentuk kepedulian terhadap masa depan bangsa, bukan sebagai ancaman terhadap pemerintah.
Dalam konteks pembentukan kabinet, KH Athian mencatat adanya pertemuan-pertemuan yang menghasilkan apa yang ia sebut sebagai “orang titipan” dalam struktur pemerintahan. Jika kondisi demikian berlangsung terus, maka bisa diprediksi pemerintahan Prabowo ini tidak akan bertahan hingga lima tahun.
Masyarakat sudah mulai muak dan tersadar tidak akan ada perubahan dari kondisi pemeritahan sebelumnya dimana selama 10 tahun terutama 5 tahun terakhir terjadi kerusakan dan kemunduran diberbagai sektor baik hukum, politik, sosial, ekonomi dan sebagainya.
Masyarakat yang semula berharap Habis Gelap Timbullah Terang: kini harus menarik nafas panjang yang menyesakkan, karena besar kemungkinan yang timbul bukan terang ,tapi semakin gelap ” pungkasnya dilansir kanalberita.com,22 Februari 2025 melalui WAGroup BASECAMP PEJUANG MILITAN (postSelasa25/2/2025/)
Pandangan kritis ini muncul di tengah berbagai tantangan yang dihadapi pemerintahan baru, termasuk tuntutan reformasi di berbagai sektor dan harapan masyarakat akan perubahan signifikan dalam tata kelola pemerintahan. Para pengamat menilai bahwa periode ini akan menjadi momentum penting yang menentukan arah politik Indonesia ke depan. (net/kbc/smr)





