Forum Santri Nganjuk Minta Presiden Jokowi Pecat Suharso Monoarfa dari Menteri PPN/Bappenas

Ketua umum PPP yang juga Menteri PPN/Kepala Bappenas Suharso Monoarfa. Foto: internet

Kisruh pernyataan Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa terkait amplop untuk kiai, terus menimbulkan reaksi dari kalangan pesantren dan ulama. Puluhan santri di Nganjuk, Jawa Timur berkumpul di Pesantren Al Hidayah untuk menyampaikan permintaan kepada Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memecat Suharso dari jabatan Menteri PPN/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (Bappenas).

semarak.co-Puluhan santri yang datang dari berbagai pesantren se Kabupaten Nganjuk mengaku pernyataan Menteri Suharso sudah menghina dan melecehkan budaya di pesantren. Pasalnya budaya amplop tersebut, dinilai bukanlah akar korupsi seperti yang ada dalam pikiran Menteri Suharso.

Bacaan Lainnya

“Itu sangat menyakitkan bagi kami, menghina kiai-kiai kami. Makanya kami mohon kepada Bapak Jokowi untuk memecat menteri yang tidak punya adab kepada kiai tersebut,” kecam Gus Zainal Arifin, perwakilan santri Nganjuk saat menyatakan pernyataan sikap di Nganjuk, Sabtu (20/8/2022) dilansir kabarbaru.co/20/08/2022 – 16:20 WIB.

Menurut Gus Zainal, amplop yang dimaksud merupakan bentuk sedekah dan sudah berlangsung sejak lama dan menjadi budaya yang mengandung berkah di semua kalangan pesantren. “Mungkin Pak Harso itu tidak pernah mondok, jadi menyangka budaya pemberian amplop itu salah. Padahal di situ terdapat barokah dan pahala,” lanjutnya.

Senada dengan itu, Gus Affan yang merupakan pengajar di Pondok Pesantren Lirboyo juga mengecam pernyataan Suharso tersebut. Menurut Gus Alfan, sebagai ketua partai berbasis islam tidak seharusnya mengeluarkan pernyataan yang menyudutkan kiai dan pesantren.

“PPP itu juga lahir dari pesantren dan didukung kiai-kiai. Lihat lagi sejarah, siapa yang membentuk PPP itu? Kok malah sekarang ketuanya melecehkan kiai-kiai. Untuk itu, PPP harus cepat-cepat mengganti ketua umumnya agar tidak ditinggal oleh pemilih. Jika ketua umumnya seperti itu, PPP tinggal menunggu waktu untuk hancur. Tidak akan didukung kiai dan pesantren lagi,” pungkasnya.

Di bagian lain Ketua DPP Partai Persatuan Pembangunan (PPP) Syarifah Amelia merespons soal potongan pidato Ketua Umum PPP Suharso Monoarfa yang beredar saat menjadi Pelaksana Tugas (Plt) Ketum dalam acara pembekalan antikorupsi politik cerdas berintegrasi di Gedung Komisi Pemberantas Korupsi (KPK).

Menurut Syarifah Amelia, narasi yang diduga mengandung unsur hinaan terhadap kiai dan pesantren itu merupakan kesalahan penafsiran. Karena itulah, dalam waktu dekat, dikatakan Syarifah Amelia, Menteri Suharso akan segera menemui ulama dan kiai untuk dapat berbincang dan memohon masukan secara langsung.

Awalnya, Syarifah Amelia menyampaikan bahwa para pengurus harian DPP PPP yang menjadi peserta acara pendidikan politik antikorupsi tersebut, menjadi saksi bahwa jika disimak secara utuh tanpa dipotong serta disesuaikan dengan konteks diskusi yang mengiringinya,tidak ada niat sama sekali dari Suharso Monoarfa untuk menyinggung perasaan para kiai.

“Bagi PPP, pesantren adalah salah satu garda terdepan pendidikan umat sehingga dalam pendidikan anti korupsi, kita harapkan dapat dimulai dengan memahami betul perbedaan pemberian hadiah/bisyarah yang penuh kasih serta infak/shodaqoh yang berlandaskan keikhlasan dengan praktik yang mengarah pada gratifikasi di lingkungan pesantren,” ujar Syarifah kepada wartawan di Jakarta, Sabtu (20/8/2022).

Dia mengatakan, Suharso Monoarfa menyampaikan pernyataan tersebut tak lain untuk menanggapi permintaan Wakil Ketua KPK Nurul Ghufron agar PPP mampu memberikan warna politik yang berbeda. “Bukan membenarkan yang biasa, tapi membiasakan yang benar,” tepis Syarifah menirukan narasi Ghufron.

PPP, sambung Syarifah, harus mampu menjadi partai yang mewujudkan politik berketuhanan yang maha esa, bukan berkeuangan yang maha kuasa. Pada akhir acara pembekalan, Suharso selaku Ketum PPP menandatangani komitmen untuk membangun integritas internal parpol agar menolak politik uang dan praktik korupsi lainnnya.

Bagi PPP, dikatakan Syarifah Amelia, penghormatan kepada ulama adalah salah satu cara PPP mengingat jati dirinya. Syarifah Amelia juga meyakini Suharso Monoarfa akan berupaya semaksimal mungkin untuk memperbaiki kesalahpahaman ini.

“PPP dibentuk ulama, diawasi ulama, memperjuangkan ulama. Hal ini yang selalu ditanamkan oleh para petinggi 0artai, termasuk Pak Suharso. Beliau sekali lagi menyampaikan tidak sedikit pun bermaksud untuk menyinggung kiai dan ulama, serta menyesalkan video pidato beliau yang dipenggal seadanya, namun beliau mengakui beliau sangat terpukul jika sampai ada ulama/kiai yang terluka karena hal ini,” ucapnya.

Sebelumnya, dalam kegiatan pembekalan antikorupsi kepada para pengurus PPP, Suharso Monoarfa menceritakan pengalaman pribadinya saat berkunjung ke pondok pesantren besar, guna meminta doa dari beberapa kiai yang menurutnya juga kiai besar.

“Waktu saya Plt. Ini demi Allah dan Rasul-Nya terjadi. Saya datang ke kiai itu dengan beberapa kawan, lalu saya pergi begitu saja. Ya, saya minta didoain kemudian saya jalan. Tak lama kemudian saya dapat pesan di WhatsApp, ‘Pak Plt, tadi ninggalin apa gak untuk kiai?” cerita dilansir Suharso tribunnews.com/Sabtu, 20 Agustus 2022 09:14 WIB.

Suharso yang merasa tidak meninggalkan sesuatu di sana sempat menduga ada barang cucunya yang tertinggal di pesantren tersebut. Kata orang yang mengirim pesan ke dia, bukan barang yang tertinggal. Setelah dijelaskan bahwa harus ada pemberian untuk kiai dan pesantren, ujar Suharso, dia bahkan sempat menyebutkan tidak membawa sarung, peci, Al Quran atau lainnya.

“Kayak gak ngerti aja Pak Harso ini, gitu Pak Guru. I’ve provited one, every week. Dan bahkan sampai saat ini, kalau kami ketemu di sana, itu kalau salamannya, enggak ada amplopnya Pak, itu pulangnya itu, sesuatu yang hambar,” ucapnya.

Ketua Umum PPP yang juga kepala BAPPENAS Suharso Monoarfa, dianggap telah menghina dan melecehkan Kiai-kiai dengan bercerita tentang kebiasaan harus memberi amplop dalam kunjungan ke pesantren-pesantren. Cerita tersebut disampaikan Suharso pada acara Pembekalan Antikorupsi Politik Cerdas Berintegritas di Gedung KPK pada Hari Senin (15/8/2022).

Hal ini langsung menuai kritikan. Salah satunya dari Ketua Ikatan Habib Nahdlatul Ulama (IHNU) Habib Salim Jindan yang menganggap Menteri Suharso tidak pandai mengapresiasi atas jasa-jasa yang telah didediksikan para kiai untuk umat.

Apalagi cerita ini berpotensi diasumsikan pemberian amplop sebagai cikal bakal korupsi. “Suharso sangat jauh dari kiai dan habaib. Dia juga tidak pandai mengapresiasi atas apa yang sudah diperjuangangkan para kiai,” Salim Jindan, kamis (18/8/2022).

Salim Jindan menyebutkan memberi amplop kepada kiai merupakan tabarukkan mengambil berkah kepada kiai atas jasa-jasanya. Bentuk penghormatan ini bukan sebuah keharusan. “Saya ketika sowan ke kiai, saya usahakan memberi karena selama ini beliau yang memberi ilmu kepada saya. Kalau tidak ada ya tidak” lanjut Wakil Ketua PWNU DKI.

Kata Salim Jindan, dia teman-teman aktivis NU, para santri dan habaib akan mendesak Suharso untuk memberikan klarifikasi atas pernyataannya itu. “Jika tidak bersedia, saya sarankan untuk mundur dari jabatannya sebagai ketua umum partai Islam,” pungkasnya. (net/kbb/tbc/smr)

 

sumber: kabarbaru.co di WAGroup PAMEKASAN GERBANG SALAM (postSabtu20/8/2022/)/google.co.id

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *