Forum Dosen, Guru, dan Tokoh Masyarakat (Fordorum) menyelenggarakan seminar internasional bertajuk Tren & Challenges in Educating Skills of The Future dalam rangkaian acara sosialisasi pertukaran dosen dan guru ke luar negeri di aula Kementerian Agama (Kemenag) Bekasi, Jawa Barat, Jumat (24/1/2020).
semarak.co -Selain itu, ada lagi penandatanganan nota kesepahaman atau memorandum of understanding (MoU) dengan sejumlah lembaga-lembaga pendidikan, seperti yayasan dan organisasi atau asosiasi perguruan tinggi Islam Indonesia, yaitu Asosiasi Perguruan Tinggi Keagamaan Islam Swasta (Aptikis), Asosiasi Perguruan Tinggi Islam Indonesia (Aptisi), dan banyak lagi.
Ketua umum Fordorum Sri Watini mengatakan, pihaknya juga mengadakan kunjungan praktik lapangan untuk mahasiswa-mahasiswa ke negara-negara ASEAN. Yang terakhir ada mahasiswa telah melakukan kunjungan ke Songla Thailand.
“Jadi hari ini Jumat (24/1/2020), awal untuk melangkah yang lebih baik. Tidak saja bicara internasional. Apalagi di kepengurusan Fordorum tidak saja tokoh-tokoh nasional yang terlibat, tapi juga internasional. Antara lain, dosen dan rektor dari Universitas Kuala Lumpur Malaysia,” terang Sri.
Kunjungan atau pertukaran dosen dan guru maupun PPL, kata Sri, terkait juga dengan wisata lewat rekreasi para pesertanya. “Karena itu di setiap negara kami berusaha membangun perpustakaan mandiri lewat program Pengabdian Masyarakat. Bahkan targetnya setiap satu RT (rukun tetangga) mempunyai satu Perpustakaan Mandiri ini,” terangnya.
Fordorum, kutip dia, memiliki motto Satu Hati, Satu Tujuan, dan Satu ASEAN. “Setiap kegiatan pun ilegal. Tidak saja di Indonesia, tapi disetiap negara semua kegiatannya resmi. Artinya ada kerja sama dengan instansi pemerintah terkait. Jadi apa pun kegiatan Fordorum dilindungi oleh instansi, seperti di Indonesia dengan Kemenag,” ucapnya.
Ketua Departemen Kerjasama Dalam dan Luar Negeri Aptikis Syamsuddin Kastoer menyebut, kerja sama dengan Fordorum merupakan kegiatan yang membuka peluang kunjungan ke luar negeri.
“Ini sekaligus menyatukan visi misi dosen, guru, dan tokoh masyarakat terhadap perkembangan dunia Islam. Utamanya dunia pendidikan,” ujar Syamsuddin yang juga Ketua Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Publisistik Thawalib.
Aptikis, lanjut Syam, menyambut baik kerja sama tingkat ASEAN yang mengikat asosiasi ini. Fordorum ini lengkap sekali sehingga menjadi titik awal kemajuan pendidikan. “Maka harapan kami, acara seperti seminar ini terus berkembang dalam program-program Fordorum,” ujarnya.
Sementara itu Ketua umum Aptisi Usman Umar menilai kegiatan-kegiatan dari Fordorum sekaligus menjadi tempat pelaksanaan dari Tridharma perguruan tinggi, yaitu Pengabdian Masyarakat, Penelitian, dan Pengajaran.
“Untuk itu, pertukaran dosen dan guru ini perlu penjelasan yang detail dan rinci, seperti berapa lama waktunya, kemudian berapa dapat prosentasi dari sekali pengajaran, dan lain-lain. Maka harapan, kami pulang dari pertukaran itu bisa menularkan talenta-talenta pada dosen dan guru apa yang didapatnya, tidak sekadar ilmu pengetahuannya,” imbuh Usman.
Adapun pembicara kunci seminar adalah Deputi President University Kuala Lumpur Ybhg Dato’ Prof DR Azanam Shah Hashim, Pembina Fordorum yang juga dosen di Malaysia Teuku Syahrul Reza, Ketua Fordorum Sri Watini, dan lain-lainnya.
Menurut Prof Azanam perguruan tinggi di mana pun sudah harus ikut perubahan zaman. Di Malaysia, sekarang ada tren perubahan yang bahkan didukung lembaga kementerian pendidikan setempat dengan mengutamakan atau membuat tambahan dari ilmu pengetahuan di kampus dengan kompetensi, skill, dan mindset para mahasiswa.
“Karena lulus kuliah kalau terjun ke lapangan (bekerja) tidak bisa apa-apa akibat tidak memiliki skill yang kompeten. Di Malaysia sekarang lagi tren yang disebut TVET, yaitu pendidikan di bidang teknologi yang baru. Program ini bahkan bersinergi dengan perusahaan-perusahaan,” ujar di tengah paparan berbahasa Inggris. (smr)