FLAMMING WATERFALLS

zeng wei jian. foto: copas profil

Opini by Zeng Wei Jian

Malaysia negeri damai. Populasi 33 juta orang. Islamic law. HTI, Wahabi dan Syiah dilarang keras.

Sebulan sebelum Aksi Mahasiswa Tolak RUU KUHP, Aktifis Lieus Sungkharisma ngajak ke sana. Nyantai. Makan duren. Ngadem. Ikoh Rahmawati gadis non hijaber asal Banyumas ikut. Bawa dua koper kosong. Rencananya dia ingin “shopping till you drop”.

Destinasinya; Genting Highland. Selain kasino, area ini terkenal sebagai shopping centre yang bagus.

One evening, kita ke sana. Udaranya dingin. Having tasty dinner. Banyak cafe. Live music.

Ada band nyanyi tembang Indonesia. Lalu Mandarin dan Western. Kemudian lagu Indonesia lagi. Ke situ kita buka table. Nikmati lagu. Pesan juice strawberry.

Malam pelan-pelan turun. Kabut turun di tengah aisle dan koridor open air. Indah sekali. Romantis. Musiknya bagus. Udara semakin dingin. Wine Château Lafite ngga sanggup hangatkan tubuh.

Saya pesan “flamming waterfalls”. Bartender India mulai menyalakan api. Sangap Surbakti dan Lieus Sungkharisma melongo sambil nyigar.

Api unggun turun ke gelas. Indah dan masterfully crafted. Semua table ngeliat. Atraksi sendiri. Kamera merekam. Jadi video.

Syahdan, video itu digoreng sekelompok “badjingan”. Kita difitnah “pesta miras” bersama Adian Napitupulu di saat Mahasiswa Demo. Padahal itu video lama dan ngga ada Adian Napitupulu.

Lieus Sungkharisma nyantai hadapi semua fitnah. Di situ hebatnya dia.

Liquor & Spirits is part of our culture. Lieus Sungkharisma ngga pura-pura “Islamic” padahal kafir. Ngga pernah pake peci dalam rangka memperoleh simpati. Ngga pernah berlagak sok baik.

Never he said; “Gue china kristen tapi Anti Ahok”.

Lieus Sungkharisma seorang Buddhist. Belajar meditasi Go Enka. Saya penganut Tantra Yoga dan Ancient Alien Theory. Here we are. You like or not, we just don’t give a shit.

Foto dengan Adian Napitupulu

On my way to Plasa Indonesia, ada schedule dengan Bang Hariman Siregar, WA Messenger bunyi terus.

Foto bersama Anggota Dewan PDI-P Adian Napitulu dan Ustad Anton Medan ternyata bikin heboh. Sudah berhari-hari. Ada sekelompok “badjingan” menggoreng dengan bumbu-bumbu fitnah.

Saking pscyopath-nya para haters, foto itu diberi nama. Satu per satu. Supaya ngga keliru dan jelas.

Di Kubu 01, Adian Napitupulu pun dikecam abis-abisan karena satu meja dengan Lieus Sungkharisma.

Dari kemarin, Ustad Eggi Sujana sudah resend foto-foto ini. Saya reply dengan sticker Bobo Ho nyengir. Hari ini dia tanya langsung, “Bagaimana ceritanya bro foto tersebut?”

Begini kisahnya; Suatu malam setelah rapat polemik Genap-Ganjil di Glodok, saya dan Chandra Suwono makan bakmi di Jalan Gajah Mada. Nunggu Bang Lieus Sungkharisma yang sedang rapat dengan MS Kaban dan Panglima Perang FPI, Bang Munarman.

Sekitar pukul 9 malam Bang Lieus Sungkharisma tiba. Sewaktu mau bubar, saya tanya, “Mau ke mana lagi?”

Bang Lieus Sungkharisma bilang, “Anton Medan ngajak ketemu. Tapi gue males. Udah malem pula”.

Saya bilang temuin aja. Lagi ga ada agenda. Udah lama juga ga ketemu dia. Pengen tau ada info apa.

Maka meluncurlah kita ke Jetski di Pantai Mutiara. Sesampainya di sana, eh ada Adian Napitupulu & seorang anggota DPRD Bogor dari Konghucu.

Jetski sebuah restaurant pinggir pantai. Nyaman. Di sini, anggota DPRD Jakarta adakan pesta perpisahan. Gubernur Anies Baswedan datang.

Menurut beberapa orang, Bang Anies Baswedan dicuekin Ahokers yang ada di sana. Ngga disalamin. Dingin-dingin saja. Jetski memang basecamp Ahokers.

Begitu liat kita, Adian Napitupulu langsung berdiri nyambut dgm gembira & peluk kita. Ramah. Bersahabat. Santun. Tidak ada permusuhan dan antagonisme.

Terakhir saya ketemu dia di sebuah acara PWI di Gedung London School Kebon Sirih. Sekitar tahun 2004. Sejak itu, ngga pernah lagi bertemu.

Adian Napitulu kritik kita karena Anti Ahok & Jokowi. Dia tanya apa alasannya. N’ dia gelar alasan kenapa dia dukung Ahok & Jokowi.

Menurutnya gara-gara Ahok kalah, ethnis Tionghoa & Nasrani sukar masuk eksekutif. Siapa pun warga negara punya hak dipilih dan memilih. Baginya, apa yang kita lakukan berbahaya.

Saya dan Lieus Sungkharisma menjelaskan bahwa kita menentang Ahok bukan karena dia Tionghoa dan Nasrani. Tapi karena policy, perilaku, verbal dan attitude-nya yang minus.

Kualitas dan ulah Ahok adalah penyebab sebenarnya ethnic Tionghoa jadi sulit masuk bursa pilgub atau pilwako. Bukan saya dan Lieus Sungkharisma.

Selain soal Ahok, kita banyak diskusi masalah lain. Terutama perilaku cyber. Terakhir saya berharap Adian Napitupulu dan teman-temannya supaya tidak serang Ibu Titiek Suharto.

 

THE END

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *