Festival Teater Jakarta 2016 Ajak Kembangkan Teater Tradisional

FTJ 2016 akan di buka di Plaza Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, pada 21 November 19 : 00 WIB. Pada malam pembukaan kelak akan berlangsung pentas kombinasi sejumlah seniman berjudul T. T. T (To the Tit) yang disutradari Yustiansyah Lesmana (Jakarta), Dramaturg Taufiq Darwis (Bandung), serta Ensamble Tikoro (Bandung). Pertunjukan itu berlangsung di sekitar sekaligus akan merespons instalasi bambu berbentuk paus raksasa berjudul The Leviathan Lamalera karya Jonas Sestakresna (Denpasar).

Sementara saat malam penutupan 9 Desember nanti, selain dibacakan pemenang FTJ 2016, penonton akan dihibur dengan penampilan grup teater hyper-performance Muda dari Jepang dengan karya berjudul SEMEGIAI Random 02.
Kelompok-kelompok teater yang akan tampil di FTJ 2016 akan terbagi kedalam ” empat sayap ” : Sayap Utama, Sayap Tamu, Sayap Classic, Sayap Perspektif. :
Sayap Utama berisi penampilan 16 group teater yang memenangkan babak penyisihan Festival Teater Jakarta di lima lokasi DKI Jakarta.
Sayap Tamu menampilkan empat grup teater undangan, yakni Jaring Project (Yogyakarta), Artery (Jakarta), Padepokan Seni Madura (Madura), Sena Didi Mime Indonesia (Jakarta).
Sementara Sayap Classic yaitu pentas sebagian group teater tradisional yang sampai saat ini masihlah bertahan di Jakarta. Yakni, Lenong Denes Puja Betawi, Sahibul Hikayat Ita Saputra, Wayang Orang Bharata, Sandiwara Sunda Miss Tjitjih. Adapun
Sayap Perspektif yaitu penampilan dua grup pada malam pembukaan (kombinasi seniman) serta penutupan (grup MuDa dari Jepang).
“Ini merupakan terobosan baru bagi FTJ yang berusaha mengangkut kerja lintas media serta keberagaman sudut pandang dalam melihat media teater, ” kata Afrizal Malna, Ketua Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta.

Tema ” Transisi ” di ambil sebagai upaya untuk melepas batas antara tradisi serta modern. Dalam konteks sejarah seni pertunjukan Indonesia, pelaku seni pertunjukan teater sering kali terjebak dalam pemilihan bentuk teater yang ekstrem. Saat salah satu bentuk teater di pilih, teater modern misalnya, maka mereka akan meninggalkan teater tradisional. “Pada kenyataannya, teater tradisional ini masihlah ada di pasar serta memiliki pasar, ” kata Afrizal.

Dengan melepas batas, diharapkan teater-teater tradisional bisa ikut serta lagi dengan bebrapa perubahan yang terjadi saat ini. Beberapa pelaku teater yang ikut serta dalam pementasan FTJ, baik modern maupun tradisional, diharapkan dapat menghasilkan karya yang melepas batas-batas dikotomi antara tradisional-modern.

Transisi juga menjadi visi Dewan Kesenian Jakarta untuk mengubah citra orientasi Festival Teater Jakarta. Menurut Afrizal, FTJ waktu ini belum bisa beranjak dari anggapan masyarakat dan juga pelaku seni itu sendiri, bahwa festival itu hanya sekedar sebagai lomba. “Kami ingin FTJ lebih dari sekadar lomba. Diharapkan grup teater yang terlihat bisa memosisikan diri sebagai sebuah seni pertunjukan yang mampu merespons kondisi lingkungannya, ” tutur Afrizal.

Ketua Dewan Kesenian Jakarta Irawan Karseno menyambut baik kerja keras Komite Teater DKJ untuk mengakomodasi program-program berskala nasional maupun internasional. Kerja sama DKJ dengan berbagai pihak bertujuan mencapai posisi tawar terbaik untuk dunia kesenian. “Kami ingin mengajak seluruh pemangku kepentingan, terutama pemerintah (daerah dan nasional) untuk menjadikan kembali kesenian sebagai aspek penting dan strategis bagi kehidupan, ” kata Irawan.

Kepala Bidang Sumber Daya Kebudayaan pada Dinas Pariwisata dan Kebudayaan DKI Jakarta, Supriyatin, mengatakan bahwa instansinya sangat mendukung berbagai kreativitas seni melalui Anggaran Pendapatan serta Belanja Daerah (APBD). Bukan hanya FTJ, tetapi kami juga mendukung kegiatan teater lain, di antaranya Festival Teater SMA serta Festival Teater Anak. “Melalui Unit Pelaksana Pusat Pendidikan Seni Budaya, kami bekerja sama dengan para seniman untuk melakukan bebrapa pelatihan bidang teater, ” kata Supriyatin.

FTJ 2016 diadakan oleh Komite Teater Dewan Kesenian Jakarta serta di dukung oleh Pemerintah Daerah Provinsi DKI Jakarta melalui Dinas Pariwisata serta Kebudayaan. Support juga datang dari Badan Ekonomi Kreatif, media massa serta pihak-pihak lainnya.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *