Energi Istana Sudah Habis Mendekati Padam

Presiden Joko Widodo dalam satu kesempatan. foto: internet

Oleh Sutoyo Abadi *

Saat ini energi istana sudah habis (megap-megap) karena harus berhadapan dengan berbagai kekuatan sekaligus:

Bacaan Lainnya

– front umat Islam

– front KPK

– front KOMNAS HAM/Internasional

– front pers dunia

Belum lagi urusan Covid-19 malah fokus protokol Covid sebagai alat politik dan kondisi ekonomi yang sudah masuk kategori krisis. Baterai istana sudah habis, akan rekayasa apapun sudah susah /mentok…dan terus mengalami jalan buntu.

Tiba tiba tiba dalam hitungan mistis di weton kelahirannya Rabu Pon (P. Jokowi lahir 21 Juni 1961 dlm kalender Jawa jatuh weton Rabu Pon) – seperti akan mengalihkan isue dengan reshuffle kabinet jangan-jangan ini bukan karena akal sehat tapi semata menjalan perintah dukun.

Mengira panggilan ke istana masih tersisa auranya, padahal auranya sudah padam. Tidak ada lagi yang tertarik dengan judul reshuffle (wuih hebat siapa yg dipanggil istana untuk jadi menteri)

Rakyat terlanjur sudah berdiri tegak akan menuntut keadilan atas arogansi kekuasaan yg makin otoriter dan arogan. Konon Istana sudah terkepung berbagai masalah akibat kedunguannya.

Penguasa ini sudah di ujung energinya memaksakan diri dg sisa sisa energi yang terakhir adalah perbuatan sia sia. Reshuffle kabinet sudah tidak ada yang menarik, auranya sudah hilang bahkan menteri yang di panggil ke istana langsung di olok-olok masyarakat.

Sepertinya hanya orang yang memiliki potensi kedunguan saja yg masih mau di panggil ke istana untuk jadi Menteri atau hanya tertarik dengan UU No 2 / 2020 lah ciloko. Rakyat akan tetap pada posisinya merasa sedang bertarung dengan arogansi politik dan hukum yang di jalankan dengan nafsu penguasa yang ingin tetap bisa bertahan berkuasa

Semua kejahatan tidak akan bisa sempurna saat yg tepat pasti akan rontok/ambyar dan jatuh berantakan. Puncak arogansi dengan kejadian km 50 adalah tonggak akan terjadinya gelombang perlawanan rakyat yang tidak mungkin lagi bisa di padamkan sampai negara bisa normal kembali.

Maknanya pasti harus ada pergantian rezim. (Oh tidak bisa Presiden berhenti di tengah jalan karena pilihan rakyat. Siapa bilang tidak bisa kalau rakyat akan mengambil kembali mandatnya).

Istana sudah di ambang kejatuhannya, dan pers dunia yg akan terus menekan lewat dunia maya, tidak akan bisa di atasi istana dengan rekayasa sim salabim lagi. Tidak akan lama kegelapan ini akan terus gelap pasti akan datang perubahan sinar terang tidak ada jalan selain harus ganti penguasa.

Istana sudah habis energinya jangan memaksakan diri lemparlah handuk dengan kesatria menyerahlah dengan menempuh jalan konstitusi tidak perlu dengan dengan jalan pertumpahan darah sesama anak bangsa. Kalau tetap memaksakan diri bisa terjadi bersiaplah cari suaka untuk menyelamatkan diri.

23.12.2020

 

sumber: PA Al-Wasliyah P.Brayan (post Kamis 24/12/2020)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *