Tenaga ahli utama Kantor Staf Presiden (KSP) Ali Mochtar Ngabalin merespon ekonom senior Faisal Basri yang menyerakan Presiden Joko Widodo (Jokowi) agar memecat Ngabalin. Ali Ngabalin menyebut Faisal Basri ekonom berotak sungsang. Dia menilai Faisal Basri minim gagasan hanya bisa menebar kebencian.
semarak.co-Ngabalin mengingatkan Faisal Basri bahwa pola pikir seseorang bisa menjerumuskan dirinya dalam kehancuran. Sebelumnya, Faisal Basri menyoroti sejumlah proyek pemerintah yang dinilai gagal mendatangkan keuntungan bagi negara.
Faisal memprediksi, Indonesia akan bangkrut dalam waktu dekat. Kecuali pemerintah Jokowi melakukan upaya-upaya luar biasa. Faisal berharap agar Jokowi segera sadar keuangan negara sedang di bawah ancaman dan diperlukan langkah cerdas serta taktis untuk menyelamatkan itu.
Salah satu cara, kata ekonomi Universitas Indonesai (UI) ini, dengan menyingkirkan orang-orang di sekeliling Jokowi, seperti Moeldoko, Ali Mochtar Ngabalin, hingga Luhut Binsar Panjaitan. “Presidennya harusnya sadar membersihkan orang-orang sekelilingnya dari orang seperti Moeldoko, Ali Ngabalin, Luhut Pandjaitan. Kalau tidak ya sudah terima risiko,” tuturnya.
Ngabalin pun tak kalah garang membalas dengan penuh geram. “Ekonom berotak sungsang dan minim gagasan hanya punya narasi kebencian,” ujar Ali Ngabalin dikutip dari akun twitter-nya, Sabtu (16/10/2021) seperti kemudian dilansir pojoksatu.id16 Oktober 2021 15:12 WIB.
“Bung, anda tahukan? tidak ada yang bisa menghancurkan besi kecuali karatnya, tidak ada yang dapat menghancurkan seseorang kecuali pola pikirnya. Maka berhentilah nanti makin gosong kepalamu. Dongkol kali kau rupanya Sal?” umpat Ngabalin.
Mengutip politik.rmol.id/read/2021/10/16/Pemerintah diminta untuk melakukan proses perencanaan yang matang dalam membangun proyek infrastruktur. Sehingga negara tak mengalami kerugian akibat proyek yang dijalankan tanpa perhitungan matang. Ini disampaikan ekonom Faisal Basri terkait penggunaan APBN untuk melanjutkan pembangunan proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) yang sempat mangkrak.
“Nah kereta cepat ini tidak ada di program pembangunan jangka panjang maupun RPJMN. Bukan primer, sekunder, tersier, seperti yang dikatakan tadi. Karena itu di bussiness to bussiness, ok silahkan kalau B to B,” terang Faisal dalam acara diskusi virtual Indonesia Leaders Talk bertemakan “Plin Plan Janji Pemimpin” yang digagas PKS TV, Jumat (15/10/2021).
Faisal menekankan, masalah lain yang dihadapi proyek kereta cepat Jakarta-Bandung tersebut adalah SDM di Indonesia yang belum kompeten dan kaya akan pengalaman dalam hal bisnis kereta cepat tersebut. “Ya, baiknya kalau seperti itu ya serahkan seperti MRT ada loan dari Jepang,” imbuhnya.
Faisal juga mengurai proyek pembangunan kereta cepat ini sepenuhnya didorong oleh Mantan Menteri BUMN Rini Soemarno dan tentu saja atas restu Jokowi sebagai presiden. Namun ada sebagian menteri yang menolak saat itu.
“Bahkan kita tahu kan Jonan (mantan Menteri Perhubungan) tidak mau ikut ground breaking waktu itu. Karena, secara prinsip dia ngerti perkeretaapian dia ngerti macem-macem itu ya enggak masuk akal gitu,” ungkap Faisal Basri, ekonom Univerisitas Indonesia (UI).
Jadi, lanjut Faisal Basri, apa yang harus kita lakukan ya saya enggak tahu deh. Inilah, ongkos yang mahal yang harus kita bayar, kalau proses pengambilan keputusan segala sesuatunya tidak berdasarkan penelitian yang seksama. (net/poj/rmo/smr)