Edukasi Karakter dan Etika melalui Kurikulum Merdeka Belajar

IGrafis ilustrasi calon mahasiswa adalah calon pemimpin masa depan. Foto: siedoo.com

Oleh Irwan Sabaloku *)

semarak.co-Pendidikan di Indonesia saat ini mengalami perubahan signifikan dengan diperkenalkannya konsep “Merdeka Belajar”. Kurikulum Merdeka Belajar memiliki tujuan untuk memberikan keleluasaan kepada peserta didik dalam menentukan jalannya proses pembelajaran, menciptakan pengalaman belajar yang lebih personal, dan mengembangkan kreativitas serta inovasi.

Bacaan Lainnya

Namun, di balik keleluasaan ini, terdapat aspek yang tidak kalah penting, yakni pengembangan karakter dan etika siswa. Dalam tulisan ini, kita akan menyelidiki peran Kurikulum Merdeka Belajar dalam membentuk karakter dan etika siswa, serta bagaimana hal itu dapat membentuk kepribadian mereka secara holistik.

Sebelum kita lebih jauh membahasnya, penting untuk memahami bahwa pendidikan tidak hanya sebatas transfer pengetahuan akademis, tetapi juga mencakup pembentukan karakter dan etika.

Karakter dan etika menjadi landasan penting dalam membentuk pribadi yang berkualitas, mengajarkan nilai-nilai moral, dan membantu siswa mengembangkan sikap yang positif dalam berbagai aspek kehidupan.

Kurikulum Merdeka Belajar, dengan memberikan keleluasaan lebih kepada siswa, dapat menjadi wadah yang efektif untuk membentuk karakter dan etika. Salah satu elemen utama dalam Kurikulum Merdeka Belajar yang dapat berkontribusi pada pengembangan karakter siswa adalah pemberdayaan diri.

Dengan memberikan kebebasan kepada siswa untuk menentukan jalannya pembelajaran, mereka diharapkan dapat mengambil tanggung jawab atas proses belajar mereka sendiri. Inilah yang menjadi fondasi bagi pengembangan karakter seperti inisiatif, tanggung jawab, dan disiplin.

Siswa yang memahami arti tanggung jawab akan cenderung lebih bertanggung jawab terhadap pekerjaan mereka, baik dalam lingkungan sekolah maupun di luar sekolah. Selain itu, Kurikulum Merdeka Belajar juga memberikan ruang bagi pengembangan etika melalui pembelajaran yang kontekstual.

Materi pembelajaran dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai etika yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Contohnya, dalam pembelajaran sejarah, siswa tidak hanya memahami fakta-fakta historis, tetapi juga diajak untuk merenungkan nilai-nilai moral yang dapat dipetik dari peristiwa-peristiwa tersebut.

Hal ini membantu siswa mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan membentuk pemahaman mereka tentang etika. Penting untuk diakui bahwa pengembangan karakter dan etika melalui Kurikulum Merdeka Belajar juga memerlukan peran aktif dari para pendidik.

Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa untuk memahami nilai-nilai moral, menanamkan sikap-sikap positif, dan membimbing mereka dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Oleh karena itu, pelatihan dan dukungan bagi guru dalam mengintegrasikan aspek karakter dan etika dalam pembelajaran menjadi kunci kesuksesan Kurikulum Merdeka Belajar dalam membentuk kepribadian siswa.

Sebagai bagian integral dari pendidikan karakter, Kurikulum Merdeka Belajar juga harus mendorong pengembangan soft skills. Soft skills seperti kemampuan berkomunikasi, kerja sama, dan kepemimpinan tidak hanya mendukung kesuksesan akademis, tetapi juga membentuk etika kerja yang positif dan karakter yang kuat.

Melalui pengembangan soft skills, siswa dapat belajar untuk bekerja sama dengan orang lain, menghargai keragaman, dan menghadapi perubahan dengan ketenangan. Terakhir, Kurikulum Merdeka Belajar memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan karakter dan etika siswa.

Dengan memberikan keleluasaan kepada siswa dalam menentukan jalannya pembelajaran, kurikulum ini membuka peluang untuk pemberdayaan diri, pengembangan tanggung jawab, serta integrasi nilai-nilai moral dalam setiap aspek pembelajaran.

Namun, perlu diingat bahwa implementasi yang efektif memerlukan peran aktif dari para pendidik untuk membimbing siswa dan memastikan bahwa pengembangan karakter dan etika menjadi fokus utama dalam proses pembelajaran.

Kurikulum Merdeka Belajar, jika dikelola dengan baik, tidak hanya akan mencetak siswa yang cerdas secara akademis tetapi juga pribadi yang berintegritas dan bertanggung jawab. Materi pembelajaran dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai etika yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

Contohnya, dalam pembelajaran sejarah, siswa tidak hanya memahami fakta-fakta historis, tetapi juga diajak untuk merenungkan nilai-nilai moral yang dapat dipetik dari peristiwa-peristiwa tersebut. Hal ini membantu siswa mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan membentuk pemahaman mereka tentang etika.

Penting untuk diakui bahwa pengembangan karakter dan etika melalui Kurikulum Merdeka Belajar juga memerlukan peran aktif dari para pendidik. Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa untuk memahami nilai-nilai moral, menanamkan sikap-sikap positif, dan membimbing mereka dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Oleh karena itu, pelatihan dan dukungan bagi guru dalam mengintegrasikan aspek karakter dan etika dalam pembelajaran menjadi kunci kesuksesan Kurikulum Merdeka Belajar dalam membentuk kepribadian siswa. Sebagai bagian integral dari pendidikan karakter, Kurikulum Merdeka Belajar juga harus mendorong pengembangan soft skills.

Soft skills seperti kemampuan berkomunikasi, kerja sama, dan kepemimpinan tidak hanya mendukung kesuksesan akademis, tetapi juga membentuk etika kerja yang positif dan karakter yang kuat. Melalui pengembangan soft skills, siswa dapat belajar untuk bekerja sama dengan orang lain, menghargai keragaman, dan menghadapi perubahan dengan ketenangan.

Terakhir, Kurikulum Merdeka Belajar memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan karakter dan etika siswa. Dengan memberikan keleluasaan kepada siswa dalam menentukan jalannya pembelajaran, kurikulum ini membuka peluang untuk pemberdayaan diri, pengembangan tanggung jawab, serta integrasi nilai-nilai moral dalam setiap aspek pembelajaran.

Materi pembelajaran dapat diintegrasikan dengan nilai-nilai etika yang relevan dengan kehidupan sehari-hari. Contohnya, dalam pembelajaran sejarah, siswa tidak hanya memahami fakta-fakta historis, tetapi juga diajak untuk merenungkan nilai-nilai moral yang dapat dipetik dari peristiwa-peristiwa tersebut.

Hal ini membantu siswa mengaitkan pembelajaran dengan kehidupan nyata dan membentuk pemahaman mereka tentang etika. Penting untuk diakui bahwa pengembangan karakter dan etika melalui Kurikulum Merdeka Belajar juga memerlukan peran aktif dari para pendidik.

Guru berperan sebagai fasilitator dalam membimbing siswa untuk memahami nilai-nilai moral, menanamkan sikap-sikap positif, dan membimbing mereka dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.

Oleh karena itu, pelatihan dan dukungan bagi guru dalam mengintegrasikan aspek karakter dan etika dalam pembelajaran menjadi kunci kesuksesan Kurikulum Merdeka Belajar dalam membentuk kepribadian siswa.

Sebagai bagian integral dari pendidikan karakter, Kurikulum Merdeka Belajar juga harus mendorong pengembangan soft skills. Soft skills seperti kemampuan berkomunikasi, kerja sama, dan kepemimpinan tidak hanya mendukung kesuksesan akademis, tetapi juga membentuk etika kerja yang positif dan karakter yang kuat.

Melalui pengembangan soft skills, siswa dapat belajar untuk bekerja sama dengan orang lain, menghargai keragaman, dan menghadapi perubahan dengan ketenangan. Terakhir, Kurikulum Merdeka Belajar memiliki peran yang sangat penting dalam pengembangan karakter dan etika siswa.

Dengan memberikan keleluasaan kepada siswa dalam menentukan jalannya pembelajaran, kurikulum ini membuka peluang untuk pemberdayaan diri, pengembangan tanggung jawab, serta integrasi nilai-nilai moral dalam setiap aspek pembelajaran.

*) Penulis Fokus Sastra, Sosial, Budaya dan Politik

 

sumber: kompasiana.com/4 Januari 2024   10:33 di WAGroup FORUM DISKUSI CERDAS (postKamis4/1/2024/)

Pos terkait