Dosen Universitas Islam Kalimantan (UNISKA) Muhammad Uhaib As’ad mengklaim, tambang sudah menjadi instrument persekongkonglan oligarki. Tambang bukanlah sekedar aktivitas ekonomi bisnis, menurut As’ad, tapi sudah jadi instrumen persekongkolan oligarki, baik oligarki lokal maupun pusat.
semarak.co-Uhaib As’ad mengatakan pendapatnya pada Kamis (3/11/2022) di Dapoe Pejaten, Jakarta Selatan dalam seminar berjudul Mengungkap Persekongkolan Geng Tambang di Polisi Dengan Oligarki Tambang #ReformasiTotalPolri diadakan KOPI Party Movement untuk memperlihatkan masalah di institusi penegak hukum dan penguasa.
Tambang sudah menjadi instrumen membangun basis patronasi politik dan bisnis. Tambang juga disebutkan sebagai instrumen persekongkolan saat menjelang Pilkada. Tambang menjadi political marketing yang dimainkan bos-bos tambang atau mining boss atau local strongmen.
“Dan, menjadi Satpol team financial local election. Tambang tidak bisa dilihat hanya sekadar aktivitas ekonomi. Kehadiran tambang juga menciptakan banyak masalah yang cukup parah,” jelas As’ad dikutip sekaligus dilansir fnn.co.id, Jumat (4/11/2022).
Ia menyaksikan sendiri bagaimana kerusakan ekologi di Kalimantan Selatan tidak bisa diungkapkan dengan sebatas kata-kata. “Penggundulan hutan, kemudian lubang-lubang tambang, kemudian back up oleh kekuatan aparat keamanan,” katanya.
Selain itu, ia juga melihat tambang menimbulkan konflik sosial antar warga dan perusahaan, antar perusahaan dan perusahaan. Menurut dia, jadi ada satu lingkaran konflik yang terjadi di lapangan industri tambang.
Seperti diketahui, di Kalimantan Selatan ada sekitar 40% mendekati 50% luas wilayah telah diekspansi oleh industri tambang dan kelapa sawit. Namun demikian, Uhaib As’ad mengatakan, masuknya industri tambang yang luar biasa ini tidak berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan masyarakat. (net/fer/fnn/smr)
sumber: fnn.co.id di WAGroup (postJumat4/11/2022/harisruslymoti)
