Bank BNI Syariah membukukan laba bersih tumbuh 13% menjadi Rp165 miliar, pada semester 1-2017 dari tahun lalu yang hanya Rp146 miliar. Pertumbuhan laba disokong ini ekspansi pembiayaan dan kontribusi komposisi rasio dana murah serta efisiensi operasional yang tetap terjaga positif.
Plt Direktur Utama BNI Syariah Abdullah Firman Wibowo mengatakan, adapaun pembiayaan pada semester ini sebesar Rp22,5 triliun dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp18,9 triliun. Dana Pihak Ketiga (DPK) menjadi Rp26,7 triliun dari Rp21,8 triliun. Rasio dana murah sebesar 47,6% dari 47,1% tahun sebelumnya. Dari total pembiayaan sebesar Rp22,5 triliun, ia bilang porsi konsumer 51,9%, ritel 21,7%, pembiayaan komersial 19,3%, pembiayaan mikro 5,6%, kartu Hasanah 1,5%.
“Pembiayaan macet tidak terhindar sampai semester 1-2017, di BNI Syariah. Tidak dipungkiri, sisa-sisa krisis ekonomi masih membekas terhadap debitur. Namun BNI Syariah punya antisipasi menekan Non Performing Loan (NPL) atau rasio pembiayaan macet,” ujar Firman pada paparan kinerja bank pelat merah bidang syariah di kantornya, kawasan Kuningan, Jaksel, Selasa (25/7).
Pada sisi aset, lanjut dia, tumbuh 19,7% year on year dari Rp25,7 triliun menjadi Rp30,7 triliun. Pertumbuhan aset didorong oleh pertumbuhan pembiayaan sebesar 18,8% dan Dana Pihak Ketiga (DPK) sebesar 22,1% terhadap posisi tahun sebelumnya pada periode yang sama.
Di bagian lain Firman, mengakui adanya tren kenaikan NPF. Asumsinya masih seputar kesulitan ekonomi yang melanda debitur. Faktor itukah yang menyebabkan NPF anak usaha plat merah ini naik menjadi 3,38% pada semester 1-2017 dari 2,94% pada periode yang sama tahun lalu. “Kenapa naik, karena memang dampak krisis ekonomi masih terasa ke beberapa sektor komoditas seperti kelapa sawit, karet dan turunan gas and oil,” katanya.
Syariah punya antisipasi mengatasi NPF yang bergejolak. Antisipasinya dengan membentuk unit khusus sebagai bantalan menjaga NPF terkendali dengan baik. Tugasnya memonitor debitur yang masuk dalam daftar NPF. Biarpun secara gros NPF di atas 3%, namun ia menyebutkan secara net NPF di posisi 1,76%. Pada sisi ini NPF dianggap tetap aman. Apalagi rasio cadangan terhadap NPF kisaran 81-82% dan akan ditingkatkan menjadi 85%.
Selain itu, laju ekspansi BNI Syariah akan lebih kencang kedepannya. Akan ada suntikan modal untuk membiayai ekspansi tersebut. Nilainya mencapai Rp1 triliun. Tentu saja penambahan modal ini akan mendongak pertumbuhan rasio permodalan naik 4%. Posisi Capital Adequacy Ratio (CAR) atau rasio kecukupan modal BNI Syariah saat ini 14,33%.
“Tanpa adanya tambahan modal maka akan menggerus CAR per tahun 1%. Ekspansi perlu tambah modal. Tujuan kita bisa menuju ke Bank Umum Kelompok Usaha (BUKU) III yang minimal kisaran Rp5 triliun. Saat ini posisi BNI Syariah Rp3 triliun pada level BUKU II,” tutupnya. (wiy)