Dijuluki Raja Tanpa Noda, Khabib Nurmagomedov Masuk Daftar 4 Petarung Sepanjang Masa

Dalam UFC, gelar GOAT alias Greatest of All Time, senantiasa menjadi pembahasan tiada akhir. Hingga 2025, organisasi MMA terbesar di dunia ini telah melahirkan deretan legenda yang bukan hanya memenangkan banyak pertarungan, namun mengubah cara olah raga tarung bebas dipandang.

Semarak.co – Sejumlah nama seperti Khabib Nurmagomedov, Georges St-Pierre, Anderson Silva dan Jon Jones kerap muncul sebagai kandidat kuat dalam perdebatan panjang tersebut. UFC kini berkembang jauh melampaui olah raga bela diri campuran itu sendiri.

Popularitas nan masif, jutaan penonton pay-per-view, serta serangkaian dalam Mixed Martial Art (MMA) superstars dalam pertarungan Ultimate Fighting Championship (UFC), membuat standar kompetisi terus meningkat.

Namun dari sekian banyak petarung yang menghiasi Octagon, hanya beberapa petinju bebas yang berhasil mengukir jejak abadi dan diakui dunia sebagai yang terbaik sepanjang sejarah Ultimate Fighting Camphionsip (UFC).

Seperti dilansir tvonenews.com dari berbagai sumber media Eropa dan Amerika pada 27/11-2025, berikut adalah 4 petarung UFC terhebat sepanjang masa:

1. Khabib Nurmagomedov: 29-0 | Raja Tanpa Noda

Khabib Nurmagomedov adalah salah satu nama yang paling sering disebut dalam perdebatan GOAT. Rekornya tak bercela: 29-0, menjadikannya salah satu juara tak terkalahkan dan yang paling dominan dalam sejarah UFC.

Ia memegang gelar juara kelas ringan sejak April 2018 hingga Maret 2021, sekaligus mencatat masa pemerintahan terlama dalam divisi tersebut. Khabib pensiun setelah menundukkan Justin Gaethje di UFC 254, Minggu (25/10/2020).

Dengan gulat mematikan dan kontrol ground yang tak tertandingi, Khabib mampu mematahkan semua penantang, termasuk pertarungan fenomenal kontra Conor McGregor — pertarungan PPV yang terlaris sepanjang masa.

Khabib hanya melakoni dua laga setelah melawan McGregor, dan sebelum akhirnya memutuskan mundur demi menghormati keinginan ibunda tercinta dan mendiang ayah yang sangat dihormatinya, Abdulmanap Nurmagomedov.

Sejak menjalani masa pensiun, ia menjadi mentor langsung petarung Islam Makhachev, sosok petarung muslim tangguh juniornya, yang kemudian naik level menjadi juara kelas ringan dan akhirnya mengejar kejayaan di level kelas welter dunia.

2. Georges St-Pierre: 26-2 | Ahli Strategic Fighting

Georges St-Pierre (GSP) adalah perwujudan petarung teknis sempurna. Dengan rekor 26-2, ia menjadi salah satu petarung paling komplit dalam sejarah UFC. GSP memegang gelar di dua divisi: kelas welter dan kelas menengah.

Ia memenangkan gelar kelas welter tiga kali, termasuk dua di antaranya melalui sabuk interim. Dua kekalahan dalam kariernya — melawan Matt Hughes dan Matt Serra, justru membuka jalan bagi kebangkitan luar biasa.

Ia membalas kedua kekalahan tersebut dalam duel ulang yang memperlihatkan evolusi tekniknya. GSP pensiun pada 2013 sebagai juara bertahan, mencatat rekor pertarungan perebutan gelar terlama ke-2 dalam sejarah UFC (2.204 hari) serta sembilan kali memertahankan sabuk.

Pada 2017, ia melakukan comeback monumental di UFC 217, mengalahkan Michael Bisping via submission dan menjadi juara multi-divisi keempat dalam sejarah. Total 13 kemenangan beruntun membuat GSP tetap dipandang sebagai salah satu petarung paling berkelas yang pernah ada.

3. Anderson Silva: 34-11 (1 NC) | Seniman Knockout Terhebat

Anderson “The Spider” Silva adalah simbol kreativitas dan keluwesan yang pernah hidup di Octagon. Ia memegang rekor masa kejayaan gelar terlama sepanjang sejarah UFC: yakni selama 2.457 hari, dari 2006 hingga 2013.

Pada masa emasnya, Silva mencatat 16 kemenangan beruntun, termasuk melawan Vitor Belfort dan Chael Sonnen. Sebagai dua kali anggota Hall of Fame UFC, Silva terlibat dalam 13 pertarungan perebutan gelar—sembilan di antaranya berakhir kemenangan.

Meski rekornya terlihat tercoreng oleh kekalahan pada akhir kariernya, mayoritas kekalahan tersebut terjadi ketika usianya sudah menua dan ia tetap bertarung karena kecintaannya pada kompetisi. Dominasi Silva pada masa jayanya sulit ditandingi siapa pun.

4. Jon Jones: 28-1 (1 NC) | Monster Paling Komplit di UFC

Jon “Bones” Jones kerap dianggap sebagai GOAT sejati oleh banyak penggemar dan bahkan CEO UFC, Dana White. Dengan rekor 28-1, dua kali menjadi raja kelas berat ringan sebelum naik ke kelas berat dan memenangi gelar juara dunia (2023).

Jones merupakan juara termuda dalam sejarah UFC, di usia 23 tahun usai mengalahkan Maurício “Shogun” Rua. Ia memegang berbagai rekor kelas berat ringan: semua, kemenangan, pertahanan dan gelar terbanyak, dan rentetan kemenangan terpanjang.

Satu-satunya kekalahan resmi Jones datang dari diskualifikasi kontroversial pada 2010. Pada UFC 309, ia mengalahkan Stipe Miocic dengan mudah, menegaskan statusnya sebagai legenda sejati. Jones resmi pensiun pada Juni 2025 setelah dua tahun di puncak kelas berat.

Siapa GOAT UFC Sebenarnya?

Nama Khabib juga dikenal luas di Indonesia. Ia memiliki sabuk hitam judo dan grappling kelas dunia yang membuat lawan-lawannya selalu waspada. Pertarungannya melawan Conor McGregor menjadi satu momen bersejarah ketika ia sukses mematahkan perlawanan bintang Irlandia itu.

Status tidak pernah kalah membuat nama Khabib semakin abadi dalam sejarah UFC. Perdebatan tidak akan pernah berhenti. Khabib punya rekor tak ternoda, GSP adalah petarung paling lengkap, Silva sang seniman knockout, dan Jon Jones adalah monster multi-generasi.

Namun satu hal pasti, keempatnya adalah pilar sejarah UFC dan akan terus dikenang hingga kapan pun. Penting dicatat: UFC sendiri-pimpinan seperti Dana White tidak memiliki daftar resmi yang secara mutlak menentukan “GOAT UFC” atau “Top 5 UFC of All Time.”

Itu berarti setiap daftar para petarung besar yang menjadi legenda UFC sangat bersifat subjektif, tergantung siapa yang menilai, kriteria apa yang digunakan (rekor, sabuk, dominasi, durasi, popularitas), dan konteks zaman.

Berdasarkan tren dalam perdebatan, analisa penggemar, dan data statistik, ya masih ada banyak petarung lain di luar empat nama “klasik” tersebut yang layak diperhitungkan sebagai bagian dari “panteon legenda UFC.”

Nama-nama besar seperti Daniel Cormier, Demetrious Johnson, dan Israel Adesanya, tentu memberi warna berbeda, dari kehebatan di divisi kecil, kejuaraan di kelas berat, hingga era klasik vs modern. (net/tvn/kim/smr)

Pos terkait