Acara Dies Natalis Universitas Indonesia (UI) ke-68 sempat diwarnai orasi mahasiswa. Aksi berupaya pemberian kartu kuning diiringi dengan suara peluit kepada Presiden Joko Widodo. Aksi ini terjadi saat mantan Gubernur DKI Jakarta ini memberikan pidato dihadapan tamu undangan. Tindakan mahasiswa ini merupakan sebuah peringatan bahwa kinerja rezim Jokowi belum maksimal.
Setelah sempat diamankan oleh Paspampres, Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa Universitas Indonesia (BEM UI), Zaadit Taqwa membeberkan maksud tindakannya tersebut. Dia mengatakan, dalam aksinya itu mahasiswa meminta pemerintah segera menyelesaikan Kejadian Luar Biasa (KLB) Asmat. Sebab warga sangat membutuhkan infrastruktur hingga pendidikan yang hingga kini masih sangat minim.
“Kami mendorong untuk pemerintah segera menyelesaikan KLB di Asmat ini, supaya tidak lebih banyak lagi orang yang meninggal. Lebih ke arah pembangunan bukan hanya infrastruktur, tapi juga pendidikan dan kesehatan,” ungkap Zaadit di kantor BEM UI, Depok, Jumat (2/2).
Sebagaimana diketahui, aksi pemberian kartu kuning Zaadit itu dilakukan bersama para gerakan BEM di UI yang terdiri atas BEM UI, BEM FKM UI, BEM Psikologi UI, BEM FF UI, BEM FIB UI, BEM FMIPA UI, BEM FKG UI, BEM FIA UI, BEM Fasilkom UI, dan BEM Vokasi UI.
Lebih jauh Zaadit menyebutkan tuntutan dari mahasiswa. Di antaranya menolak penunjukan dua Jendral Polri sebagai Pelaksana Tugas (Plt) Gubernur Jawa Barat dan Sumatera Utara. Mereka menilai langkah Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo tidak tepat, karena menunjuk dua penegak hukum aktif terjun ke politik.
Oleh sebab itu presiden sebagai pemegang otoritas terkahir terkait Plt itu diharapkan mampu mengambil keputusan bijak dan menolak usulan Mendagri. “Bola panasnya kan di Jokowi. Mendagri itu salah merekomendasikan anggota polisi aktif untuk kemudian menjabat jabatan politik,” imbuh Zaadat.
Tuntutan terakhir terkait Permendikstek organisasi mahasiswa. Aturan itu dinilai merugikan mahasiswa. Pasalnya otoritas organisasi akan dikuasai oleh pihak universitas bukan lagi menjadi wewenang organisasi.
“Organisai mahasiswa ini jadi unit kampus di bawah. Ketika misalkan ada pemilu mahasiswa, terpilih ketua BEM, kalau rektorat tidak menyetujui bisa diganti. Jadi otoritas mahasiswa terhadap organisasi itu sendiri berkurang, bahkan bisa disebut hilang,” pungkasnya.
Sikap berani Zaadit memberikan kartu kuning kepada Jokowi terus mendapatkan sorotan masyarakat. Banyak pihak yang mendukung dan bersimpati dengan Zaadit karena melihat situasi dan kondisi masyarakat yang sedang kesulitan.
Ternyata, sebelum masuk ke UI mengambil jurusan Fisika. Zaadit seorang anak pesantren. Dari data yang diunggah di halaman facebooknya, Zaadit pernah mengenyam pendidikan tingkat SMA di Pondok Pesantren Terpadu Hayatan Thayibah.
Latar belakang agamis juga terlihat sejak kecil, terlihat dari pendidikan SD Zaadit berkecimpung dalam dunia islam dan belajar di SDIT Ummul Quro Depok. Lalu, melanjutkan pendidikan di MTS Negeri 4 Jakarta.(jpc/tlu/lin)
Ada 4 Fakta yang Melatari Kejadian
1. Buku Paduan
Fakta lain terungkap, bahwa selembar kertas yang digunakan sebagai kartu kuning bukan merupakan kartu kuning seperti milik wasit dalam sebuah pertandingan sepakbola. Ketua Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Zaadit Taqwa mangatakan bahwa kartu kuning tersebut merupakan buku paduan suara milik mahasiswa baru UI, yang kebetulan berwarna kuning. “Buku kuning itu buku paduan suara mahasiswa baru, warnanya kuning,” ungkap Zaadit.
2. Peluit Pemancing
Peluitnya sendiri digunakan sebagai alat mendramatisir suasana. Sehingga peserta Dies Natalis akan terpancing perhatiannya untuk menyaksikan aksi ini. “Iya (peluitnya untuk tarik perhatian),” imbuh Zaadit.
3. Inspirasi Bola
Aksi ini sendiri terinspirasi dari sebuah pertandingan sepakbola. Jika seorang pemain bola melakukan pelanggaran maka akan dikenakan kartu kuning pertama sebagai peringatan.
Namun jika pemain tersebut kemudian melakukan pelanggaran kembali maka akan mendapat kartu kuning kedua sekaligus kartu merah. Artinya pemain harus meninggalkan pertandingan. Sama halnya dengan kinerja pemerintah terutama Jokowi.
4. Aksi Peringatan untuk Jokowi
Zaadit mengatakam bahwa aksi ini untuk peringatan terhadap kinerja presiden untuk membuat Indonesia semakin lebih baik. “Iya dari situ (sepakbola). Intinya, tujuan aksi tersebut ngasih peringatan ke Jokowi aja, bahwa banyak yang belum selesai di Indonesia,” pungkasnya.