Calon presiden (capre) nomor urut 02 Prabowo Subianto memastikan kebebasan beragama dalam salah satu penyampaian visi misi dengan tema Indonesia Menang di JCC, Senayan, Jakarta Selatan, Senin malam (14/1).
Karena itu, Prabowo mengingatkan agar semua pihak tidak mempersoalkan kata-kata yang identik dengan seruan agama, seperti takbir dan haleluya. Prabowo menegaskan, semua agama bebas berekspresi di Indonesia.
“Kalau dengar takbir, kalau dengar Allahuakbar, jangan permasalahkan. Itu memuliakan Tuhan yang Mahabesar. Di semua agama juga begitu, silakan saudara yang Nasrani, silakan haleluya,” kata dihadapan para ketua umum Partai Koalisi Indonesia Adil Makmur, seperti mantan Presiden ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono, Ketua umum PAN Zulkifli Hasan, Ketua umum DPP PKS Shohibul Iman, Amien Rais, Titiek Soeharto, dan banyak lagi.
Indonesia, tanda Prabowo, berlandaskan Pancasila. Bukan ekstrem ataupun fanatik. Ia lantas menyinggung organisasi yang dilarang tanpa putusan pengadilan. “Kami juga memastikan tidak ada organisasi yang sudah taat pada Pancasila dan UUD 1945 terus-menerus distigma tanpa putusan pengadilan,” imbuhnya.
“Kami memastikan hukum di negeri ini tanpa pandang bulu dan tidak tebang pilih. Keadilan untuk semua, bukan untuk mereka yang kuat dan yang punya uang,” kata Prabowo, Ketua umum Partai Gerindra.
Jangan ada lagi, pinta Prabowo, stigmatisasi terhadap kelompok Islam karena baginya Islam adalah agama yang membawa rahmat bagi sekalian alam. “Kalau dengar takbir atau Allahu Akbar jangan persoalkan itu. Itu bukan ancam siapa-siapa,” katanya.
Kalimat takbir oleh umat Islam, nilai dia, adalah cara untuk memuliakan Tuhan yang dicintai dan Tuhan maha besar. Kalimat serupa takbir juga menurut Prabowo ada di agama-agama lain seperti Nasrani, Hindu, hingga Buddha.
“Silakan kalian yang Nasrani teriak Haleluyah. Kaum Hindu dan Buddha juga silahkan. Bangsa kita religius, bukan berarti ekstrem dan fanatik,” ucap Prabowo.
Dalam hal memastikan keadilan hukum di Indonesia, Prabowo juga menegaskan akan melindungi semua pemuka agama, termasuk ulama agar bebas dari ancaman persekusi dan kriminalisasi.
“Kita akan hentikan ancaman persekusi yang berseberangan dengan pemerintah. Dalam sejarah peran ulama sangat berjasa dalam perjuangan kemerdekaan kita,” ujar Prabowo.
Mantan Danjen Kopassus itu juga memastikan tidak boleh ada lagi organisasi yang sudah taat ke Pancasila namun masih menjadi korban stigma dan dihakimi tanpa pengadilan. “Kami akan pastikan hukum tak pandang bulu dan tebang pilih,” ujar mantan Pangkostrad era Presiden Soeharto.
Pemuka agama, termasuk ulama, harap Prabowo, bebas dari kriminalisasi dan persekusi jika ia menang pada Pilpres 2019. Prabowo menegaskan pemuka agama berperan dalam perjuangan Indonesia. Prabowo awalnya berbicara akan terbuka terhadap kritik karena kritik justru mengamankan jalannya pemerintahan. Setelah itu, Prabowo mengulas soal pemuka agama.
“Karena bagi kami, pemerintah harus melayani kepentingan rakyat, tidak boleh pemerintah mengakali-akali rakyatnya sendiri. Kami akan pastikan bahwa semua pemuka agama dari semua agama, terutama ulama-ulama kita, dihormati dan bebas dari ancaman persekusi dan kriminalisasi,” kata.
Menurut Prabowo, menghormati pemuka agama ini sesuatu yang penting. Sebab, pemuka agama punya andil yang besar dalam perjuangan. “Ini jadi sangat penting karena, dalam bangsa Indonesia, sejarah kita, peran ulama sangat berjasa dalam perjuangan kita,” ujarnya.
Prabowo menjelaskan proklamasi memang dikumandangkan di Jakarta pada 17 Agustus 1945. Tapi kemerdekaan juga diuji dan ditantang seperti di Surabaya, Jawa Timur. “Pertempuran di Surabaya didukung oleh revolusi jihad ulama besar,” tuturnya
sumber: detik.com/cnn Indonesia