Di Ponorogo Ikut Pergelaran Wayang, Kunjungan ke Ponpes Darul Muttaqin Malang, Capres Anies Bicara Keadilan di Sektor Pertanian

Capres Anies (kanan) ikut pergelaran Wayang semalam suntuk di Ponorogo menerima wayang secara simbolik. Foto: internet

Bakal Calon Presiden (capres) Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan menyambangi Pondok Pesantren (ponpes) Darul Muttaqin, Kecamatan Turen, Malang, Jawa Timur, Rabu (245/2023). Dalam kunjungannya kali ini, Anies melakukan Istighosah Qubro untuk mendoakan keselamatan bangsa dan negara Indonesia.

semarak.co-Mengenakan baju koko berwarna putih dan kain sarung berwarna cokelat, mantan Gubernur DKI Jakarta itu disambut meriah oleh warga dan jemaah Istighosah. Mereka berebut ingin bersalaman dan berfoto dengan Anies. Dengan senyum khasnya, Anies menyapa warga, sesekali dia melambaikan tangan.

Bacaan Lainnya

Dalam kesempatan itu, pendiri Indonesia Mengajar ini berbicara tentang keadilan. Dia mengatakan, ketika berbicara persoalan keadilan tidak hanya yang rumit tetapi juga keadilan dalam sehari-hari. “Itu yang ingin dikembalikan dari republik ini, itu yang ingin di nomor satukan di republik ini,” kata Anies dalam sambutannya.

Anies menyampaikan bahwa dalam mengembalikan keadilan itu bukan hanya bahasa yang diucapkan dalam upacara. Dia menilai, keadilan tersebut belum terlaksana dengan baik di negeri ini. “Jadi, kalau ditanya apa perubahan, membuat semuanya menjadi berkeadilan,” ungkap Anies dilansir relawananies.id atau abwnews.

Anies pun memberikan contoh, para petani yang memenuhi kebutuhan pangan bagi masyarakat dinilai belum mendapat kesejahteraan. Menurutnya, para petani ini masih mengalami kesulitan dalam kehidupannya. Bahkan, katanya, para petani ini kesulitan untuk menabung mereka lebih banyak mengalami kerugian.

“Kok bisa mereka yang menanam dan kita semua yang merasakan, yang menanam bisa nabung tidak? Kita belum bicara kesejahteraan, kita bicara nabung saja. Sampai sekarang para petani kita kebanyakan tekor,” ujarnya.

Doktor lulusan Amerika Serikat itu melihat, hal ini menjadi permasalahan yang harus diselesaikan bukan dibiarkan saja. Permasalahan yang dihadapi para petani, kata dia, bukan hanya merupakan pekerjaan rumah yang harus diselesaikan oleh presiden atau menteri semata.

Namun, apa yang dihadapi para petani harus menjadi pekerjaan rumah seluruh masyarakat. “Ini bukan kekeliruan presiden, menteri, ini adalah problem turun-temurun yang harus kita selesaikan. Jadi, kalau bicara seperti ini bukan mau menyalahkan satu atau dua orang, ini salah kita semua sebagai bangsa,” tuturnya.

Melihat petani dengan semua masalahnya, nilai Anies, dianggap semata-mata sebagai hal yang biasa. “Jadi kalau sekarang pemerintah denger ini jangan tersinggung ini masalah sama-sama, cuma sudah terlanjur masalah ini menahun karena menahun, tidak dianggap masalah. Karena kita tidak menerapkan prinsip keadilan di tata kelola pertanian,” ujarnya.

Di Ponorogo, Anies mengatakan, pagelaran Wayang bukan sekedar memberikan tontonan namun kaya akan tuntunan, juga setiap diadakan selalu menggerakkan perekonomian rakyat kebanyakan.

“Alhamdulillah kami senang sekali dapat mengikuti pagelaran wayang semalam suntuk bersama masyarakat di Lapangan Desa Bancar, Kecamatan Bungkal, Ponorogo,” tulis Anies dikutip KBA News dari Instagram resminya, Rabu, 24 Mei 2023 dilansir relawananies.id.

Pagelaran ini, kata mantan Rektor Universitas Paramadina itu, terselenggara berkat teman-teman Komunitas Pelestari Seni Budaya Nusantara. “Di mana kami telah 7 tahun ini menjadi pembina,” jelas Anies yang mantan Gubernur DKI Jakarta (2017-2022).

Menurutnya, pagelaran ini juga menampilkan lakon Dewa Ruci, yang dibawakan secara epik oleh Dalang Kondang KRT Yatno Gondo Darsono. “Lakon tersebut seolah menjadi pengingat bagi kami, yang tak lama ini melakukan kegiatan tirakat,” ujar Anies yang diusung gabungan Partai NasDem, Partai Keadilan Sejahtera (PKS), dan Demokrat.

“Di mana kami berproses melewati berbagai tantangan demi menemukan dan menyerap apa yang menjadi aspirasi, masukan dan kebutuhan masyarakat, mirip dengan Werkudara yang menyelami samudra dengan berbagai tantangan untuk menemukan air tirtamerta,” demikian Anies menambahkan.

Begitu juga juga bagi masyarakat pewayangan di mana mereka ke depan membutuhkan negara yang menjadi pengayom, yang melindungi penghidupan, serta kehidupan ekosistem pewayangan. “Sehingga kesenian wayang beserta para pelakunya bukan saja lestari, juga terus berkembang mengikuti perubahan dan dapat bertahan lintas zaman, lintas generasi,” ujarnya. (net/kba/abw/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *