Demokrat Tangkis Kecurigaan PDIP Anies Ingin Pecah Belah Partai, NasDem Nilai Ahok Yang Main Politik Identitas

Anies Baswedan sarapan bersama dengan Gibran Rakabuming Raka di Hotel Novotel Solo, Selasa, 15 November 2022. Perbincangan Anies dengan Gibran ini dilakukan sebelum mereka berangkat bersama ke acara puncak Haul Habib Ali bin Muhammad Al-Habsyi. Foto: Instagram@aniesbaswedan di tempo.co

Ketua DPP Partai NasDem Effendi Choirie menilai, calon presiden (capres) Anies Baswedan tidak pernah bermain politik identitas saat Pilkada DKI Jakarta 2017. Kata pria yang akrab disapa Gus Choi itu, justru Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok yang main politik identitas.

semarak.co-Effendi menuturkan, pernyataan Ahok yang mengutip surat Al Maidah ayat 51 direaksi oleh pendukung Anies Baswedan. Gus Choi bilang, bakal calon presiden (capres) yang diusung partainya itu malah tidak pernah mengutip ayat agama.

Bacaan Lainnya

“Yang main politik identitas itu Ahok bukan Anies. Ahok ngutip surat Al Maidah ayat 51, padahal nonmuslim. Aksi Ahok itu kemudian direaksi oleh pendukung Anies. Anies enggak pernah ngutip ayat-ayat agama dalam kampanye. Biang keroknya Ahok, tapi Anies yang dituduh. Kok aneh,” kecam Gus Choi saat dikonfirmasi, Senin (14/11/2022).

Diberitakan, Anies Baswedan membantah dirinya intoleran dan meminta bukti kepada pihak yang menudingnya seperti itu. Menanggapi hal ini, mantan politisi Partai Demokrat Ferdinand Hutahaen meminta Anies Baswedan jujur pada diri sendiri.

“Saya justru malah tertawa ketika Anies Baswedan bertanya kalau saya pelaku politik identitas tunjukkan buktinya, kalau kita mau jujur kepada diri kita sendiri,” kata Ferdinand dalam diskusi di Jakarta, Sabtu (12/11/2022) dilansir msn.com dari wartakotalive.

Ferdinand pun mengungkit kemenangan Anies Baswedan di Pilkada DKI Jakarta 2017. Hal itu disebutnya menjadi salah satu bukti Anies sebagai sosok yang intoleran dan kerap memainkan politik identitas. “Anies Baswedan itu memang tidak melakukan secara langsung pada saat Pilkada 2017,” ujar Ferdinand.

“Tetapi para pendukungnya menghasilkan kemenangan kepada Anies Baswedan melalui politik identitas, dan tidak satupun mulutnya Anies Baswedan melarang kelakuan politik identitas itu,” ungkit Ferdinand.

Mantan politikus Partai Demokrat itu menuturkan, Anies sejatinya bisa menghentikan politik identitas saat Pilkada 2017, dengan melarang pendukungnya. Namun, hal itu tidak dilakukan.

“Yang kedua, pada saat pidato politiknya, Anies Baswedan terucap kata pribumi dan siapa pun bisa membaca arahnya ini ke mana, karena lawannya siapa? Padahal dia juga bukan pribumi. Jadi itu politik identitas. Saya minta Anies bercermin untuk mencari bukti perihal tudingan politik identitas yang dilakukannya,” ujarnya.

Dia juga meminta Anies untuk tidak munafik. “Jadi kalau Anies Baswedan bertanya mana buktinya, ya kan tinggal ambil cermin dan buka YouTube-YouTube yang lama kan semua muncul, dan jangan pura-pura tidak tahu, dan itu malah munafik kesannya,” papar Ferdinand.

Sebelumnya, Anies Baswedan meminta bukti soal tudingan dirinya intoleran dan kerap melakukan politik identitas. Hal itu disampaikan Anies saat bertemu ulama di Kantor DPW NasDem Sumatera Utara pada Jumat (4/11/2022) lalu. Saat itu, Anies ditanya soal berbagai isu miring terkait politik identitas.

“Saya sering menyampaikan, jangan di-counter, jadi kalau bapak mendengar bahwa misal dikatakan Anies tidak toleran, diskriminatif, Anies tidak bersahabat, maka bapak jangan jawab ‘Anies bersahabat. Bapak tanya saja ‘bisakah ditunjukkan buktinya?’ Karena kalau tidak bisa ditunjukkan buktinya, maka pernyataan itu batal demi akal sehat,” ucap Anies, Jumat (4/11/2022).

Dilansir msn.com dari suara.com – Partai Demokrat menganggap kecurigaan Ketua DPP PDIP Said Abdullah atas pertemuan Anies Baswedan dengan Gibran Rakabuming Raka yang anak Presiden Joko Widodo (Jokowi) hanya didasarkan terhadap penilaian subjektif kepada Anies.

Ketua DPP Partai Demokrat Herman Khaeron menilai seharusnya Said bisa melihat secara objektif. Bukan hanya kelemahan Anies, namun juga pencapaian Anies semasa bekerja menjadi gubernur DKI Jakarta. Karena itu, menurutnya tidak relevan apabila kemudian PDIP memandang buruk secara keseluruhan adanya kegiatan Anies beremu wali kota Solo itu.

“Harusnya objektif karena kalau subjektif seseorang pasti kekurangan ada. Tapi kan gak bisa digeneralisir pertemuan untuk tutupi kelemahan gak kerja. Padahal publik bisa liat kinerja selama pimpin Jakarta dan pasti pimpinan ada kekurangan dan kelebihan tidak sempurna,” kata Herman di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (15/11/2022).

Ia sekaligus menanggapi kecurigaan Said bahwa ada politik pecah belah partai yang ingij dilakukan Anies, menyusul pertemuannya dengan putra sulung Presiden Joko Widodo tersebut.

Ketua DPP Bidang Pemenangan Pemilu (Bappilu) Partai NasDem Effendi Choirie menanggapi tudingan dan kecurigaan PDI Perjuangan terhadap Anies Baswedan yang berteku Gibran Rakabuming Raka. Menurut dia tudingan itu merupakan hal buruk. Effendi menilai tudingan itu timbul berdasarkan dengan isi pikiran dan isi hati.

Padahal menurut dia, apa yang dilakukan Anies dan Gibran tidak seperti yang ditudingkan. “Mulut busuk karena otak dan hati busuk. Bandingkan, anak muda belia berpolitik sangat cerdas dan dewasa, yang tua berpolitik behlul dan kekanak-kanakan,” kata Gus Choi, sapaan akrab Effendi Choirie kepada wartawan, Selasa (15/11/2022).

Sementara itu, terkait pertemuan Anies dan Gibran, diakui Effendi dirinya tidak mengetahui lantaran tidak ada di jadwal kunjungan Anies. Ia memastikam pertemuan itu memang berlangsung secara dadakan. Tetapi itu tidak menjadi penting, terpenting menurutnya ialah berlangsungnya pertemuan. “Silaturahmi itu sangat penting, bukan soal mendukung atau tidak,” katanya.

Effendi lantas mengapresiasi sikap Gibran selaku Wali Kota Solo yang dapat menerima kunjungan Anies di Solo. “Karena dia (Gibran) punya hati dan mental yang bagus, terbuka menerima siapapun, anak muda belia tapi berpolitiknya dewasa. Ada yang sudah tua tapi berpolitiknya seperti taman kanak,” kata Effendi.

PDIP Curigai Anies Mau Pecah Belah

PDI Perjuangan curiga Anies Baswedan tengah bermain politik pecah belah lewat pertemuannya dengan Wali Kota Solo Gibran Rakabuming Raka. Kecurigaan itu muncul berkaitan Pilgub DKI pada 2024. Menjadi pertanyaan apakah kedatangan Anies bertemu Gibran itu erat kaitannya dengan Pilgub atau tidak.

Mengingat Gibran memang salah satu sosok yang digadang-gadang akan menjadi cagub di Jakarta. “Maksudnya itu Anies mau jadi king maker di DKI? Iya tapi kalau Anies yang mau majukan Gibran, Anies gak punya partai, Gibran kader PDI Perjuangan. Itulah tricky politik Anies saja untuk mecah-belah PDIP Perjuangan,” kata Said di Kompleks Parlemen Senayan, Jakarta, Selasa (16/11/2022).

Said menegaskan apabila benar-benar hal itu dilakukan Anies maka kecurigaan ia benar adanya. “Iya dong memecah belah. Orang Gibran calon kita, tiba-tiba dia masuk ke situ,” kata Said.

Said menilai pertemuan Anies dan Gibran juga menjadi upaya Anies untuk lebih dikenal. Selain itu, menurut Said ada niatan lain dari Anies. “Langkahnya supaya lebih dikenal publik. Dan ingat kalau dia muji-muji Gibran pasti ada udang, ada batu di balik udang,” kata Said.

PDI Perjuangan sebelumnya telah buka suara ihwal adanya kunjungan dan pertemuan antara Anies dengan Gibran. PDIP menuding pertemuan itu merupakan cara Anies mencari suara. Tudingan itu tidak terlepas dari posisi Anies yang kini merupakan bakal calon presiden yang diusung Partai NasDem. “Dalam rangka Anies memperbesar suaranya,” kata Said.

Anies dinilai hanya memanfaatkan Gibran dalam momentum bertemu tersebut. Tujuannya tentu untuk mencari keuntungan politik Anies. “Iya dong untuk kepentingan dirinya, tidak ada hubungannya dengan Gibran. Itu hanya cari keuntungan politik saja Anies,” kata Said. (net/msn/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *