Demokrasi di Indonesia

Grafis Demokrasi Oligarki. Foto: nalarpolitik.com

Oleh Tere Liye *)

semarak.co-Haffiz Fattah, anak muda ini usianya 33 tahun. Terpilih menjadi Ketua DPRD Provinsi Jambi. Dari PAN. Menariknya, anak muda ini 2x jadi napi narkoba. Kasus pertama 2016, usia 25 tahun, ditangkap, lantas dijatuhi hukuman rehabilitasi.

Bacaan Lainnya

Kasus kedua 2018, ditangkap lagi, dan asyik sekali memang orang2 ini, lagi2 cukup dijatuhi hukuman rehabilitasi. 2024, dia terpilih menjadi Ketua DPRD. Kok bisa? Apakah karena pendidikannya mentereng? Apakah prestasi pekerjaannya menakjubkan? Mbuh. Ndak tahu, kok tanya saya. Yang pasti anak muda ini memang adalah anak dari mantan Bupati Batanghari.

Saya sebenarnya menghindari menulis hal2 begini. Nyinyir secara personal. Tapi kasus ini menarik utk edukasi. Demokrasi di Indonesia itu memang spesial. Kok bisa mantan napi narkoba 2x namanya masuk ke kertas suara? Kok bisa partai masih mau mencalonkannya?

PAN gitu loh? Dan kok bisa rakyat banyak masih mencoblosnya? Tapi baiklah, lupakan saja fakta2 begini. Karena toh, kalau kalian periksa satu per satu anggota DPRD/DPR/DPD hasil coblosan 2024, wah-wah, kalian akan kesal sendiri. Sebagian besar orang2 ini bahkan mencari profil pendidikannya saja susah. Belum lagi track record.

Paling gampang, ketikkan ‘siapa orang tuanya’, nah yg ini mudah nemu jawabannya. Terima sajalah hasil pemilu 2024. 70 trilyun lebih duit dikeluarkan. Inilah pilihan rakyat. Mari fokus pada, kalimat menarik dari anak muda ini, yang bilang: ‘Beri sy kesempatan.’ Dont worry, cuy. Kamu tinggal di Indonesia.

Di sini, kalian elit2, keluarga pejabat, selalu diberi kesempatan. Kalian beda dengan buruh2, orang2 kecil yg mau melamar ke pabrik saja harus bikin SKCK, kalian beda kastanya dgn netizen yg rebutan daftar jadi pegawai rendahan BUMN, ASN, sibuk bikin SKCK, nyari e-materai, dll.

Kalian akan selalu diberi kesempatan. Jadi selamat bertugas, Dik. Tidak usah terlalu memaksakan diri juga membuktikan diri, toh, nggak ada juga yg benar2 peduli dgn kinerja pejabat di sini. Cukup pastikan saja, kamu tdk tergoda lagi pakai narkoba. Provinsi Jambi memang keren kalau bicara soal korupsi, napi narkoba, pejabat, dsbgnya. Tahniah.

*) penulis novel ‘Teruslah Bodoh Jangan Pintar’

 

sumber: WAGroup KSATRIAN MUHIBBIN PANJI HITAM PATRIOT NKRI (postRabu11/9/2024/kanglilitarli)

Pos terkait