Defisit 18 Juta Ahli Digital Mengintai, Pencegahan Stunting Jadi Prioritas

Kepala Perwakilan BKKBN DI Yogyakarta, Mohamad Iqbal Apriansyah.

Kepala Perwakilan BKKBN DI Yogyakarta, Mohamad Iqbal Apriansyah menyatakan, periode seribu hari pertama kehidupan, yang dimulai dari pembuahan janin sampai anak berusia dua tahun, harusmendapat perhatian khusus karena menjadi penentu pertumbuhan.

Semarak.co – Pernyataan itu dikemukakan Iqbal pada “Orientasi Pengasuhan 1.000 Hari Pertama Kehidupan (1.000 HPK)” bagi para pelaksana dan kader pembinaan keluarga dengan anak usia dini, di Kampus Universitas Mercu Buana Yogyakarta, Selasa (22/07/2025).

Bacaan Lainnya

“Anak yang stunting karena rendahnya kualitas pengasuhan di periode 1.000 HPK, berisiko memiliki kemampuan belajar rendah karena perkembangan otak terganggu. Hal ini berdampak pada rendahnya potensi menguasai keterampilan digital saat memasuki pasar kerja,” ujarnya, dirilis humas melalui WAGroup Jurnalis Kemendukbangga/BKKBN, Selasa (22/7/2025).

Tidak ada cara lain membangun kesiapan digital suatu bangsa selain dengan meningkatkan kualitas sumber daya manusi (SDM). Rendahnya angka stunting memungkinkan keberhasilan Indonesia dalam upaya meningkatkan digital talent.

Hal ini karena angka stunting yang rendah berkaitan erat dengan kualitas SDM, yang merupakan syarat peningkatan kemampuan digital kelompok usia produktif 15-20 tahun mendatang, yang dicita-citakan mengawali masa Indonesia Emas 2045.

“Maka, tepatlah kebijakan Kementerian Kependudukan dan Pembangunan Keluarga (Kemendukbangga)/BKKBN bahwa pencegahan terjadinya kasus stunting baru (kebijakan no new stunting) menjadi prioritas,” ungkap Iqbal.

Dekan Fakultas Psikologi Universitas Mercu Buana Yogyakarta Reny Yuniasanti mengingatkan, Indonesia Emas 2045 menghadapi tantangan, karena lima tahun ke depan negara ini kekurangan 18 juta ahli digital. Jika tidak diantisipasi, 2045 mendatang defisit tersebut akan makin besar.

Salah satu ciri negara maju ditandai berkembangnya ‘internet of thing’ dan majunya digitalisasi dalam layanan publik, proses produksi, dan interaksi masyarakatnya. Tentu dibutuhkan tingkat digital talent yang tinggi agar Indonesia maju atau Indonesia Emas 2045 bisa tercapai.

Menurut Reny, digital talent atau kemampuan digital merupakan kecakapan (skill) yang dimiliki seorang atau sekelompok pekerja yang mampu menyesuaikan diri dan menggunakan teknologi dengan cara yang sangat efektif.

Digital talent merupakan pra kondisi untuk beralih menjadi negara maju karena keterampilan digital mendukung inovasi, efisiensi, dan daya saing di era ekonomi digital. Negara dengan tenaga kerja yang melek teknologi dapat mengembangkan industri berbasis digital, mempercepat transformasi di sektor publik dan swasta, serta menarik investasi. (hms/smr)

 

Pos terkait