Sikap santun dan humoris calon presiden dan calon wakil presiden (capres cawapres) nomor urut 02 Prabowo-Sandi dalam debat capres perdana yang digelar KPU di Bidakara, kawasan Pancoran, Jakarta Selatan, (17/1), diyakini mampu menyedot atensi pemilih pemula dan swing voters di pilpres 2019.
Ketua DPP Partai Gerindra Rahayu Saraswati mengatakan, pihaknya banyak menerima masukan dari pemilih pemula dan swing voters bahwa mereka akan melabuhkan pilihannya kepada sosok pemimpin yang otentik, santun, dan tidak menyerang pribadi tertentu.
“Memang kami sering banyak masukan kalau swing voters nggak suka melihat konfrontasi. Udah, adem-ayem aja,” kata Rahayu dalam acara Koalisi Berbicara ‘Cuma Janji atau Indonesia Menang’ di Media Center, Prabowo-Sandi, Jalan Sriwijaya I, Jakarta Selatan, Selasa (22/1).
Banyak kejutan yang ditunjukkan Prabowo-Sandi dalam debat capres perdana lalu. Salah satunya, terang Ayu, sikap santun dan humoris yang ditunjukkan pasangan calon (paslon) nomor urut 02 tersebut.
Sebagai mantan Komandan Jenderal Kopassus, klaim dia, Prabowo identik dengan kesan tegas, galak, dan menakutkan. Namun kesan-kesan tersebut luntur di momen debat capres itu. Jadi strategi Prabowo yang menolak Sandi Uno yang akan mengungkap soal kasus yang menimpa penyidik senior KPK Novel Baswedan membuahkan hasil.
“Bukan karena swing voters, Pak Prabowo tidak berkonfrontasi. Memang karakter beliau itu susah sekali untuk menyerang orang lain. Terhadap musuh yang sudah ditangkap sekalipun, Pak Prabowo akan marah bila musuh itu diganggu anak buahnya,” kata anggota Komisi VIII DPR ini.
Meski demikian, Rahayu menekankan bahwa kritik yang membangun harus tetap disampaikan Prabowo-Sandi atas kinerja pemerintah saat ini dalam debat capres putaran berikutnya. “Dalam hal ini mungkin kita harus mencari cara komunikasi pada saat debat ke depannya. Bagaimana untuk tetap menyampaikan kritikan tanpa menuduh,” pungkas keponakan Prabowo Subianto.
Politikus Partai Demokrat Ferdinand Hutahean menyebut, isu pemberantasan korupsi misalnya, revolusi mental yang digaungkan presiden sejak 2014 lalu tidak ada hasilnya. Justru, di bawah kepemimpinannya, semakin banyak pejabat negara yang ditangkap KPK.
“Saya harus menyebut Joko Widodo kemarin hanya beretorika semata, tidak ada yang nyata. Di sektor penegakkan hukum, pemberantasan korupsi, terorisme, semua retorika. Bertolak belakang dengan apa yang dilakukan,” kata Ferdinand.
Sementara itu, menurut Ferdinand, rencana Prabowo-Sandi memperbaiki kesejahteraan aparatur negara agar tidak korupsi jauh lebih realistis daripada revolusi mental ala Jokowi. “Sumber dari korupsi adalah ekonomi, baru kedua karakter. Permasalahan ekonomi harus diselesaikan lebih dulu, karena masalah karakter tidak mudah. Walaupun 2014 revolusi mental, sekarang tidak ada hasilnya,” kata Ferdinand.
Visi Prabowo-Sandi dalam pemberantasan terorisme juga patut diacungi jempol. Ferdinan mengatakan, Prabowo adalah orang pertama yang membentuk satuan khusus anti teror di Indonesia. Satuan itu berada di bawah kendalinya saat menjabat Komandan Jenderal Kopassus.
Dalam perkara penegakan hukum, Ferdinand menyebut Prabowo-Sandi jauh lebih tegas daripada Jokowi-Amin. Dalam debat capres perdana, Ketua Umum Partai Gerindra itu menyatakan akan memimpin penegakan hukum di Indonesia bila dirinya mendapatkan mandat dari rakyat pada pilpres nanti.
“Ini presiden menghindar, bilang ‘laporkan saja, laporkan saja’. Sementara Pak Prabowo menyatakan beliau akan memimpin penegakan hukum untuk mewujudkan negara yang berkeadilan,” beber Ferdinand. (lin)
sumber: suara.com/pontas.id