Yayasan Islam Thawaalib Jakarta bersama Sekolah Tinggi Agama Islam (STAI) Publisistik Thawalib Jakarta menggelar buka puasa bersama atau bukber di Restoran Padang Sederhana, Kawasan Cikini, Jakarta Pusat, Jumat petang (21/3/2025). Dalam acara ini terungkap adanya perubahan status STAI menjadi Universitas Publisistik Thawalib.
Semarak.co-Ketua STAI Publisistik Thawalib Jakarta Syamsuddin Kastoer mengatakan, pada momentum buka puasa bersama (bukber) 2025 ini, pihaknya berkomitmen untuk membangun kualitas kampus menjadi lebih baik.
“Yaitu dengan cara meningkatkan mutu pembelajaran, lalu menjaga silaturahmi bersama, memadukan visi dan misi agar kampus jadi makin lebih baik lagi,” terang Syamsuddin dalam voice note sebagai Ganti sambutan yang telah disampaikan di Bukber secara online melalui link zoom dari Makkah.
Ketua Yayasan Islam Thawaalib Jakarta Dedy Oktarinto mengatakan, Syamsudin memang tidak hadir karena sedang berada di tangah suci melaksanakan ibadah umrah. Lantas Dedy mendoakan semoga Syamsuddin bisa mendapatkan suntikan dana untuk proyek besar yang sedang direncanakan.
“Ya, semoga Pak Syamsuddin Kastoer bisa bantu mendapatkan para muksinin di sana untuk peluang pendanaan membangun Universitas Thawalib di Bogor. Jadi memang saat ini, kami sedang gencar mencari peluang-peluang anggaran untuk proyek besar. Makanya perlu kerja sama kita dari kita-kita,” ujarnya.
Dalam sambutannya, Dedy mengumumkan kabar gembira kepada Pembina Yayasan, dosen, dan pihak kampus bahwa dirinya mendapat amanah dari orang yang mewakafkan tanahnya 10 hektar (ha) dari total 1.028 ha. Dari 10 ha itu, terang dia, akan dibagi menjadi 4 bangunan terintegrasi.
“Alhamdulillah. Saya mendapat amanah untuk tanah wakaf 10 ha di daerah Kemang Parung Bogor Jawa Barat. Awalnya saya menyatakan keberatan karena orientasi saya untuk Pondok Quran tidak usahlah sampai seluas 10 hektar, asal ada di setiap kecamatan di Kabupaten Bogor yang jumlah 40,” terang Dedy.
Usai disampaikan ke pemilik lahan, bisa tidak kalau seandainya dirinya merangkul beberapa lembaga untuk sama-sama menerima tanah wakaf yang 10 hektar itu? “Alhamdulillah disetujui keluarga wakif,” ucap Dedy.
Sebagai Ketua Yayasan Pondok Quran Ibnurus dan Ketua Yayasan Islam Thawaalib, Dedy lantas rangkul STAI Thawalib untuk mendapatkan tanah wakaf itu. Karena Dedy menjabat juga Ketua IKADI Kecamatan Bojong Gede Bogor, maka ikut dirangkul untuk sama-sama mendapat tanah wakaf itu
“Dan satu lagi lembaga kemanusiaan. Jadi tanah wakah yang 10 hektar itu di dalam ada 4 lembaga, yaitu Pondok Quran Tahfiz Ibnurus, Yasasan Islam Thawaalib yang dalam hal ini adalah STAI Publisistik Thawalib yang akan berubah nama menjadi Universitas Publisistik Thawalib,” ujarnya.
Kemudian IKADI (Ikatan Dai Indonesia) dan Lembaga Kemanusiaan dengan komposisi pembagian, yaitu 3 ha untuk Pondok Quran, lalu 2,5 ha buat STAI Thawalib, seluas 2,5 ha juga untuk IKADI, dan 2 ha untuk Lembaga kemanusia, jadi totalnya 10 ha.
“Nah, keempat lembaga ini bersepakat untuk membangun bersama-sama di lahan 10 ha itu dengan lebih dulu membentuk nama daripada proyek besar ini, yaitu disepakati Islamic Center Rahmatan Lil Alamin. Kami pun berharap punya sekretariat bersama atau Sekber. Nah, yang jadi karena tuan rumahnya adalah IKADI, maka sekbernya ada di IKADI di daerah Jalan Tegar Beriman,” tuturnya.
Selanjutnya pihaknya membentuk panitia pembangunan Proyek Islamic Center Rahmatan Lil Alamin, Kabupaten Bogor. Ketua dipercayakan kepada perwakilan Kabupaten Bogor, lalu Deddy Wakil Ketua, sedangkan Syamsudin sebagai sekretaris jenderal (sekjen), dari perwakilan masing-masing dari 4 lembaga tadi.
“Setelah tanahnya jelas, peruntukkannya jelas, dan panitia sudah terbentuk, berikut sekber disepakati, kami panggil tim perencana dan pelaksana dengan beberapa arsitek yang professional,” ungkap Dedy yang juga dosen STAI Publisistik Thawalib.
Adapun komposisi bangunan terbagi atas Blok A untuk IKADI berisi masjid agung atau raya sekaligus tuan rumah, Blok B (STAI Publisistik Thawalib), Blok C (Pondok Quran Ibnurus), terakhir Blok D untuk arena Lembaga Kemanusiaan.
“Kemudian perencana melakukan survey tempat, tentu setelah Yayasan Islam Thawaalib survey. Adapun hasil dari Tim Perencana dan Pelaksana menggambarkan bahwa di tanah seluas 1028 ha, ada 10 ha yang akan membentang jalan besar ukuran 30 meter sampai ujung ke temu ujung Blok A-D,” bebernya.
Usai survey pihaknya dan dari Tim Perencana Pelaksana, lalu masing-masing lembaga ditanya soal kebutuhannya. Syamsudin memberitahu soal sarana dan fasilitas STAI Publisistik Thawalib nantinya. “Jadi semua gambar menunjukkan integrasi Islamic Center Rahmatan Lil Alamin dari masing-masing blok,” terangnya.
Diakui Dedy anggarannya cukup besar bahkan ditaksir Rp490 miliaran. “Kelihatannya besar. Karena untuk satu Blok B STAI Thawalib saja mencapai Rp200 miliaran. Kalau ukurannya kantong manusia, memang kelihatan besar, tapi kami punya keyakinan dengan menggunakan kantongnya Allah. Jadi kelihatannya kecil. Yang penting perlu keseriusan kerja sama kita untuk menggapai itu,” ujarnya.
Sudah ada beberapa peluang-peluang untuk membangunkan seperti digambarkan Anggota Pembina Yayasan Islam Thawaalib. “Cuma gimana kita mendapatkan uang. Ini baru peluang. Lalu peluang ada dari Pak Syamsudin yang lagi umrah,” ucapnya.
Syamsudin yang membawa proposal, diharapkan sehabis Lebaran Idul Fitri 1446 H/2025 M, bisa mengajukan kepada para muksinin di Makkah. “Jadi secara peluang banyak. Makanya perlu kerja sama yang kuat dari kita,” ujar Dedy sambil menambahkan.
Sebenarnya ada masukkan dari Bendahara umum Yayasan Islam Thawaalib, yaitu untuk dibuat panitia pembangunan khusus dari STAI Thawalib itu sendiri. “Memungkinkan saja ini. Karena memang kita sudah punya panitia besar, yaitu Pembangunan Islamic Rahmatan Lil Alamin, tapi untuk STAI Thwalib bisa saja ada panitia khusus,” ujarnya.
Terakhir Dedy berharap semua teman-teman mau bergerilya agar jalan terus, semangat terus. Tapi diingatkan agar jangan dulu diumbar ke public, terutama pada yang tidak kompeten. Soalnya pembangunan belum jalan. “Takutnya kita dihadapkan pada hal-hal yang tidak diinginkan,” pesa menutup. (smr)