Dampak Bioskop Tutup, Layanan OTT Dinilai Kemenparekraf Bisa Promosikan Film Indonesia

Film Une Barque Sur L’Ocean diputar di Prancis promosikan pariwisata Indonesia. foto: dok Birkom Kemenparekraf di internet

Pandemi Covid-19 yang melanda dunia saat ini, termasuk Indonesia membuat pelaku industri perfilman harus beradaptasi dengan cara salah satunya merilis produksi film melalui layanan over the top (OTT) sebagai dampak dari bioskop yang belum bisa buka.

semarak.co– Direktur Industri Kreatif Film, Animasi, dan Televisi Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif (Kemenparekraf) Syaifullah menilai, kehadiran layanan OTT bisa menjadi alternatif bagi pelaku industri film Indonesia untuk menjual karyanya di tengah pandemi Covid-19.

Bacaan Lainnya

Ketika hasil produksi enggak bisa didistribusikan kan bahaya bagi mereka. Sekarang bisa masuk ke platform digital. Jadi untuk saat ini bagus karena ada alternatif saluran distribusi bagi sineas Indonesia. Apalagi sekarang udah mulai banyak produksi nasional masuk sana,” kata Syaifullah saat dihubungi wartawan dari Jakarta, Selasa (22/9/2020).

Tak hanya itu, kehadiran layanan video on demand itu juga dapat membuka peluang bagi film-film produksi Indonesia untuk menjangkau penonton yang lebih luas. “Bukan hanya jadi distribusi film, tapi juga showcasing film ke luar negeri. Audiens bisa lebih banyak,” papar Syaifullah.

Film-film sineas lokal yang tayang di layanan tersebut juga dapat menjadi promosi mengenai Indonesia kepada penonton dari berbagai negara. “Jadi kalau film Indonesia yang masuk ke situ adalah film pilihan, tentu akan meningkatkan imej Indonesia di mata global harusnya,” sambungnya.

Selain itu, dia juga menilai kehadiran layanan video on demand (VoD) saat ini juga dapat meningkatkan standar produksi film-film Indonesia menjadi lebih baik. “Begitu dia masuk layanan digital, itukan mereka punya standar tinggi,” terang dia.

Jadi membuat kita, sambungnya, mengikuti standar internasional untuk produksi dan juga karya kita bisa ditonton enggak hanya di Indonesia tapi global. Kehadiran layanan video on demand, menurut Syaifullah, harus benar-benar dimanfaatkan secara tepat dan maksimal oleh para pelaku industri perfilman di Indonesia.

Tujuannya agar Indonesia tidak hanya menjadi target pasar potensial semata. Kita sih inginnya bukan hanya mereka masuk ke kita tapi kita hanya jadi market. Tapi kita juga harus ambil bagian dari keberadaan mereka,” tuntasnya. (net/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *