Negara tirai bamboo China yang selama ini gembar-gembor paling terdepan dalam memproduksi vaksin COVID-19, ternyata didahului Amerika Serikat (AS). Menyusul pengumuman akan melakukan vaksinasi terhadap warga AS, mulai 11 Desember 2020.
semarak.co-Dilansir dari bbc.com, kepala program pengembangan vaksin pemerintah AS Dr Moncef Slaoui saat diwawancara CNN mengatakan pihaknya segera mengirimkan vaksin ke lokasi imunisasi dalam waktu 24 jam begitu vaksin disetujui Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (Food and Drug Administration) dan WHO.
Dengan optimistis Dr Slaoui mengatakan vaksin sudah bisa langsung diluncurkan pada hari kedua setelah mendapat persetujuan. Menurutnya, vaksin akan didistribusikan berdasarkan populasi setiap negara bagian di AS.
Selanjutnya, setiap negara bagian akan bertanggung jawab penuh untuk memutuskan siapa yang akan menerima vaksin terlebih dahulu, sesuai rekomendasi bahwa prioritas diberikan kepada mereka yang paling berisiko terkena, yakni para tenaga kesehatan dan manula.
“Rencana kami dapat mengirim vaksin ke lokasi imunisasi dalam waktu 24 jam setelah mendapat persetujuan. Jadi saya berharap pada hari kedua setelah persetujuan atau pada 11 atau 12 Desember 2020 sudah mulai dilakukan imunisasi di seluruh Amerika Serikat,” kata Dr Slaoui, Minggu (22/11/2020) waktu setempat.
Keampuhan vaksin buatan AS dijamin perusahaan farmasi AS Moderna, maupun perusahaan farmasi Pfizer dan mitranya BioNTech yang mengatakan bahwa sesuai data pengujian, vaksinnya itu hampir 95 persen efektif.
Pfizer dan BioNTech sendiri telah mengajukan permohonan ijin darurat di AS untuk memproduksi vaksin buatan mereka, yang ditargetkan dapat memproduksi 50 juta dosis vaksin hingga akhir tahun 2020 ini.
Untuk itu, Dr Slaoui mengatakan dengan tingkat keampuhan sebesar itu, maka AS dapat mencapai kekebalan kelompok yang sebenarnya pada Mei 2021 yang mencapai 70 persen populasi yang divaksinasi.
Sementara itu, pakar imunologi AS yang juga direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases Anthony Stephen Fauci mengatakan kepada CBS News, bahwa AS dapat mencapai kekebalan kelompok herd immunity pada tahun depan.
Anthony juga mengatakan walaupun data uji coba lengkap belum dipublikasikan, namun perusahaan farmasi AS yang memproduksi vaksin sejauh ini belum ada masalah keamanan yang serius.
Namun perusahaan farmasi belum menyebutkan untuk berapa lama perlindungan dari vaksin itu dapat bertahan pada tubuh manusia, dan apakah vaksin produksi AS itu dapat menghentikan orang menularkan virus COVID-19.
Untuk diketahui, sesuai data pada www.worldometers.info/coronavirus/ disebutkan jumlah kematian akibat COVID-19 di AS hingga Senin (23/11/2020) sudah mencapai 262.701 orang meninggal dunia, dengan jumlah kasus positif lebih dari 12,5 juta kasus. Sedangkan yang saat ini sedang kritis dan dirawat di rumah sakit lebih dari 23 ribu orang. (pos/smr)