Catatan Perjalanan Pecinta Alam PENA, Keseruan Gapai Puncak Gunung Sindoro

Pencinta Alam PENA. foto: dok PENA

Dikalangan pendaki sebutan gunung triple S sudah tidak asing lagi yang namanya gunung Slamet (3428 mdpl), Sindoro (3153 mdpl), dan Sumbing (3371 mdpl). Ketiganya merupakan gunung di Provinsi Jawa Tengah dengan tingkat kesulitan perlu diperhitungkan untuk para pendaki.

semarak.co-Gunung Sindoro adalah gunung nomor empat dari lima gunung tertinggi di Provinsi Jawa Tengah. Gunung yang kerap disebut sebagai saudara kembarnya gunung Sumbing ini membentang yang membelah 2 wilayah Kabupaten Temanggung dan Wonosobo.

Bacaan Lainnya

Gunung Sindoro menjadi destinasi yang menarik bagi para pendaki karena kerap menyuguhkan panorama matahari terbit yang indah dan mempesona. Paling tidak ada dua jalur pendakian gunung Sindoro, melalui jalur Tambi dan yang kedua melalui jalur Kledung.

Jalur Kledung ini menjadi jalur populer bagi para pendaki karena akses yang mudah dijangkau dari arah Wonosobo maupun dari Temanggung. Jalur Kledung ini yang dipilih team pendaki Pena untuk menggapai puncak gunung Sindoro yang menawarkan dan memanjakan mata dengan suguhan keindahannya.

Ketua Pencinta Alam PENA Marcell menerangkan, setelah menempuh perjalanan yang melelahkan dari Base Camp di Balaraja Banten, peserta pendaki tiba di desa Kledung sekitar pukul 06.00 WIB.

Karena ingin menghemat waktu perjalanan, kata Marcell, selanjutnya rombongan menggunakan ojek dari Base Camp Kledung menuju pos 1 yang dikenakan biaya Rp25 ribu per orang.

“Sampai Base Camp Kledung kami rehat sejenak sambil menunggu proses administrasi pendakian (simaksi) dan setelah itu sekitar pukul 9.45 Wib tanpa proses aklimatisasi yang berarti, team langsung tancap gas menuju puncak Sindoro,” kata Marcell seperti dirilis pendaki PENA yang diterima redaksi semarak.co, Rabu (7/4/2021).

Peserta pendaki yang berjumlah 13 orang terdiri bagi 10 orang pria dan 3 wanita itu langsung menerobos hutan Sindoro dengan langkah-langkah pasti. Walaupun pendaki disuguhkan medan yang terjal dan jalur yang licin. Kabut baru saja menghilang di lembah selatan gunung Sindoro tampak dari ketinggian bentangan kebun para petani.

“Ya memang jalur pendakian Sindoro bukan jalur kaleng-kaleng, ini benar-benar sangat menguras tenaga ekstra namun kami harus sampai puncak sebagai indikator keberhasilan kami mengggapai puncak gunung Sindoro,” kata Marcell lagi.

Akhirmya setelah menempuh perjalanan yang melelahkan dengan suguhan jalan terjal dan berbatu, para pendaki PENA pun sampai di Sun Rise Camp yang merupakan titik lokasi yang pas untuk menikmati terbitnya sang surya.

Setelah menikmati keindahan matahari terbit, team pendaki bergegas melanjutkan perjalanan menuju puncak gunung Sindoro. Di tengah perjalanan sekitar 10 menit menjelang puncak team di hadang badai.

Angin kencang disertai kabut menerpa pohon dan team pendaki segera berlindung dari terpaan badai.  Kondisi badai ini berlangsung cukup lama dan dari info pendaki yang sudah tiba di puncak Sindoro bahwa kondisi badai dipuncak lebih dahsyat.

Untuk menjaga keselamatan dan atas kesepakatan bersama akhirnya diputuskan pendakian dihentikan di titik dimana tim pendaki berada saat itu. Karena keterbatasan waktu, akhirnya tim bergerak turun menuju Base Camp Kledung dan setiba di Base Camp Kledung team segera bersiap menuju Balaraja Banten agar esok hari bisa beraktifitas kembali mengerjakan tugas yang sudah menanti.

“Puncak kesuksesan digapai dengan kesungguhan hati, komitmen tinggi serta perjuangan yang tak kenal lelah, melalui jalan kehidupan yang tajam, curam dan tak bertepi,” pungkasnya. (dud/smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *