Capres Anies Ungkap Rahasia Jaga Kerukunan Beragama saat Ngopi Bareng Pendeta, NonMuslim Diminta tak Khawatir Isu Sektarian

Capres dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan berkesempatan ngopi bareng para pendeta dan pimpinan umat beragama di Pematang Siantar Sumut serta masyarakat Kota Pematang Siantar di Kopi Tong, Jumat (3/11/2023). Foto: kbanews

Politikus Partai NasDem Ahmad Effendy Choirie alias Gus Choi meminta nonMuslim tak khawatir isu sektarian terkait majunya Anies Baswedan – Muhaimin Iskandar sebagai pasangan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.

semarak.co-Hal itu diungkapkan Gus Choi menanggapi pertanyaan KBA News usai pernyataan pers para tokoh ormas Islam di gedung NasDem Tower, Gondangdia, Jakarta Pusat, Senin (6/11/2024).

Bacaan Lainnya

“Yang jadi calon pemimpin ini kan Mas Anies Baswedan dan Muhaimin Iskandar, itu muslim nasionalis. Anak cucu pahlawan, bapak ibunya, mbah-mbahnya pejuang republik ini. Jadi saudara-saudara nonmuslim, tidak usah khawatir. Jangan mengikuti framing dari orang tertentu, seolah-olah muslim itu otomatis radikal,” pinta Gus Choi.

Gus Choi tak menampik peran besar umat muslim saat pembentukan republik ini. “Yang punya sejarah terbesar di Republik Indonesia ini memang umat muslim. Yang merumuskan Pancasila, Undang-Undang Dasar atau UUD 1945 dan semuanya itu mayoritas muslim. PPKI, BPUPKI, Panitia Sembilan,” jelas Gus Choi dilansir kbanews.com, 7 November 2023 2:16 PM.

Kendati demikian, lanjut Gus Choi, Islam memiliki konsep universal yakni Rahmatan lil’alamin, termasuk konsep hak asasi. Dalam Islam itu ada ukhuwah islamiyah, persaudaraan sesama umat Islam, ukhuwah wathanuiyah, persatuan dalam ikatan kebangsaan dan ada ukhuwah basyariyah, yakni persaudaraan sesama umat manusia.

Jadi kalau ada Islam yang radikal itu kecil, ekstrimis ada, sedikit satu dua. Diberitakan sebelumnya, pada Senin 6 November 2023, Din Syamsuddin bersama sejumlah tokoh ormas Islam menyambangi Ketua Umum Partai Nasional Demokrat (NasDem) di Gedung NasDem Tower, Jalan RP Soeroso, Gondangdia, Menteng, Jakarta Pusat.

Tampak hadir Din Syamsuddin, mantan Ketua Umum PP Muhammadiyah, Husnan Bey Fananie, Wakil Ketua Umum DPP Parmusi dan Ketua Umum Forum Kabah Membangun, Zaitun Rasmin, Ketua Umum PP Al-Wahdah Al-Islamiyah, Nuruzzaman, Ketua Umum PP Al-Ityihadiyah.

Lalu Marfuah Mustofa, Ketua Umum PP Wanita Islam dan Iroh Siti Zuhroh, Ketua Umum PP Wanita PUI. Kenudian Mohammad Al-Jufri, dari DPP Al-Khairat, Ahmad SKJ, Ketua DPP KB PII, Mufidah Said, PP Wanita Al-Irsyad, Ismail Rumadan, Ketua Ikatan Cendekiawan Muslim Se-Indonesia (ICMI)

Dan Ari Chandra Kurniawan, Ketua Umum DPP Partai Pelita. Hadir juga Saifullah, Sekjen DPP Partai Pelita, Hendra Suhada, Anggota MPP Partai Pelita dan Rashda Diana, dari Unida Gontor.

Sebelumnya capres dari Koalisi Perubahan Anies Baswedan berkesempatan ngopi bareng para pendeta dan pimpinan umat beragama di Pematang Siantar Sumatera Utara (Sumut) serta masyarakat Kota Pematang Siantar di Kopi Tong, Jumat (3/11/2023).

Puluhan pendeta hadir dalam pertemuan itu, seperti Pendeta Jahara Sitinjak, Julius Sianturi, Pendeta H. Simbolon, dan 72 pendeta lainnya. Dalam kesempatan itu Anies mengapresiasi kehadiran dan peran dari para pemuka agama. Di Lematang Siantar yang menjadikan kota ini damai dan sejuk kehidupan antar umat beragamanya.

“Betapa berkumpulnya para pendeta disini mencerminkan peran yang amat besar selama ini, izinkan kami sampaikan terima kasih telah menjadi pengayom, penjaga ketenangan dan kesejukan bukan saja dalam artian kegiatan keagamaan tapi juga kegiatan kemasyarakatan,” kata Anies.

Anies juga menjelaskan kenapa pihaknya membawa gagasan perubahan untuk Indonesia yang lebih adil, dan berkaca pada rekam jejak di Jakarta, keadilan menjadi kunci utama kerukunan umat beragama di Jakarta

“Mengapa kami membawa gagasan keadilan dalam perubahan ini? Karena kita tahu bahwa persatuan pondasinya adalah rasa keadilan,” tegas Anies Baswedan dilansir kbanews.com, Kamis (3/11/2023). 10:00 AM.

Di Jakarta tempat semua agama ada, lalu ada masa pemerintah tak berikan ruang setara, ada masa takbiran pernah dilarang, di sisi lain belum ada kegiatan natalan di ruang publik, kemudian 2017 pergantian gubernur itu semua berubah. Takbiran diperbolehkan dan untuk pertama kalinya christmas caroll di ruang publik Jakarta.

Tak hanya itu selama kepemimpinannya di Jakarta Anies juga menginisiasi program Bantuan Operasional Tempat Ibadah (BOTI) untuk seluruh tempat ibadah di Jakarta. dimana saat terjadi pandemi covid 19, BOTI amat membantu tempat-tempat ibadah karena adamya pembatasan kegiatan.

“Termasuk kegaiatan keagamaan sehingga para pengelola tempat ibadah dapat terus bertahan. Kenapa itu dilakukan karena kita ingin semua merasakan, kami terwakili, kami dapat kesetaraan, negara hadir menjamin kehidupan beragama dan memfasilitasinya,” terangnya.

“Apa yang dikerjakan itu semua tak tampak, namun justru itulah yang menjaga suasana Jakarta tetap damai aman sejuk, jadi kita tak hanya menjadi pemadam ketika terjadi kebakaran (ketegangan antarumat) lebih dari itu kita mensosialisasikan dan mencegah terjadinya kebakaran,” tandasnya.

Diketahui, pertemuan ini dalam rangka mendiskusikan bagaimana menjaga persatuan dan kesatuan. Anies datang mengenakan kaos biru bergambar Becak BSA bertuliskan Siantar. Turun dari mobil, ia langsung dikerumuni warga.

Penyambutan Anies dengan tarian Tor tor Sombah pun sempat terganggu karena kerumunan warga. Ratusan simpatisan Anies mulai berdatangan. Teriakan “Anies Presiden” berulang kali terlontar. Tak lama kemudian Barisan Reaksi Cepat Garda Pemuda (Baret GP) NasDem mengawal Anies hingga masuk ke kedai kopi.

Di tempat itu, mantan Gubernur DKI Jakarta itu menyeruput secangkir kopi hitam dan menyantap roti bakar. Pengawalan semakin diperketat. Relawan maupun simpatisan dilarang masuk, kecuali para pendeta serta pengurus partai koalisi yang ada di Kota Pematang Siantar.

Di luar, kondisi jalan dipenuhi kendaraan bermotor yang mengakibatkan kemacetan panjang. Seiring berjalannya waktu, para simpatisan kian memadati area parkir hingga ke seberang jalan. Sekitar pukul 07.30 WIB Anies keluar dari kedai Kopi. Ia tersenyum melambaikan tangan kepada para simpatisan.

“Saya berterima kasih kepada masyarakat Siantar yang telah menunjukkan antusiasme yang sangat luar biasa, sejak saya tadi malam tiba di sini. Kita mendiskusikan bagaimana kita menjaga persatuan dan kesatuan, memberikan kesetaraan. Dengan prinsip keadilan dan kesetaraan banyak urusan yang dapat kita selesaikan,” kata Anies saat diwawancarai awak media di depan kedai kopi.

Anies juga membenarkan rencana membangun stadion standar FIFA di Sumut. Ia mengatakan, stadion itu nantinya dapat dipakai untuk kegiatan seni budaya dan keagamaan. “Kami berencana membangun stadion berstandar FIFA di Sumatera Utara ini,” imbuhnya.

“Sehingga kita nanti akan punya tempat kegiatan untuk olahraga, tapi nanti juga bisa dipakai untuk kegiatan seni dan budaya dan juga keagamaan. Nanti tempatnya kita atur,” beber Anies disambut teriakan Anies Presiden dari simpatisan mengantar Anies masuk ke mobil.

Terlihat, separuh tubuhnya keluar dari kaca mobil memberikan salam terakhir sebelum meninggal lokasi, menuju Persulukan Serambi Babussalam di Nagori Jawa Tongah, Hatonduhan, Kabupaten Simalungun.

Di tempat sama, Ketua DPC Partai NasDem Pematang Siantar, Frans Herbert Siahaan mengatakan, kedatangan Anies dalam rangka silaturahmi dengan para tokoh agama, tokoh masyarakat, terkhusus pendeta di Pematang Siantar. Anies, kata Herbert, ingin membuktikan jika isu intoleran yang ditujukan kepada dirinya sama sekali tidak benar.

Kepada pendeta, Anies menyatakan bahwa dirinya mendukung pendirian gereja dengan bukti pernah mengeluarkan 33 IMB (Izin Mendirikan Bangunan) Gereja selama menjabat Gubernur DKI. Masih kata Frans, masyarakat yang hadir merupakan simpatisan yang ingin melihat langsung sosok Anies Baswedan.

Relawan maupun simpatisan itu tidak diundang untuk hadir pada pertemuan ini. “Jadi namanya silaturahmi. Tidak ada agenda politik atau kampanye. Masyarakat ingin melihat secara langsung sosok Anies Baswedan,” katanya.

Anies Baswedan berpasangan dengan Muhaimin Iskandar (AMIN) maju sebagai Capres dan Cawapres pada kontestasi Pilpres 2024. Pasangan AMIN didukung koalisi Perubahan untuk Persatuan mencakup Partai NasDem, PKB, PKS dan Partai Ummat.

Menurut Herbert, kehadiran Anies tentu akan menaikkan elektabilitas khususnya Partai NasDem di Kota Pematang Siantar. “Tentu akan berpengaruh bisa menghadirkan calon presiden. Itu tidak gampang sebetulnya, begitu luas wilayah Indonesia, tapi di Siantar yang dipilihnya,” kata Herbert yang juga Anggota DPRD Kota Pematang Siantar.

Keberadaan Peraturan Bersama Menteri Agama dan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 dan 8 Tahun 2006 tentang Pedoman Pelaksanaan Tugas Kepala Daerah/Wakil Kepala Daerah dalam Pemeliharaan Kerukunan Umat Beragama, Pemberdayaan Forum Kerukunan Umat Beragama, dan Pendirian Rumah Ibadah diangkat oleh kalangan pendeta di Kota Pematang Siantar, Sumatera Utara, saat bertemu Anies Baswedan kemarin dalam rangkaian kunjungannya di provinsi tersebut.

Peraturan bersama yang dikenal dengan sebutan SKB 2 Menteri ini dianggap sebagai penghambat keluarnya izin mendirikan bangunan (IMB) rumah ibadah dan menjadi penyebab terjadinya ketegangan dan konflik di antara umat beragama di sebuah daerah.

Bagian yang kerap mendapat sorotan dari SKB 2 Menteri tersebut adalah pendirian rumah ibadah harus disetujui 90 jemaah dan 60 orang nonjemaah dari masyarakat setempat. Anies membeberkan pengalamannya ketika menjadi Gubernur DKI Jakarta mengatasi dan memberikan solusi soal pendirian rumah ibadah tersebut.

Dalam kesempatan itu, dia juga mengakui, banyak IMB rumah ibadah tidak keluar di DKI Jakarta pada masa lalu juga karena keberadaan SKB 2 Menteri tersebut. “Jadi ketika saya masuk (menjadi gubernur), semuanya (para pejabat DKI) bilang, Pak problemnya di sini (SKB 2 Menteri),” ucap Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 ini dilansir kbanews.com, 4 November 2023 4:08 PM.

Calon presiden dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) ini menjelaskan pada saat itu dia lalu mengurai benang kusut penyebab IMB tersebut tidak keluar. Anies memulai dari rumah ibadah yang pengurusan IMB-nya paling lama.

“Di Jakarta itu ada Gereja Katolik Damai Kristus yang menunggu IMB 35 tahun. Ada Gereja Protestan Indonesia Bagian Barat Pelita menunggu 40 tahun. Ada kuil Hindu etnis Tamil, itu menunggunya 65 tahun,” ungkapnya.

Pada masa pemerintahannya, IMB ketiga rumah ibadah tersebut keluar. Bahkan secara keseluruhan ada 3 IMB wihara, 33 gereja, dan 19 masjid, yang juga sudah menunggu sejak lama, keluar selama dia menjabat.

“Jadi problem itu bukan hanya pada gereja, tapi juga ada pada masjid. Ada 19 masjid yang mengantre berpuluh tahun tidak keluar izinnya. Apakah mengubah SKB-nya? Tidak. Tapi dikerjakan di lapangannya dengan serius. Saya datang, saya ketemu. Ketika dikerjakan serius, keluar itu semua izin,” katanya disambut tepuk tangan seisi ruangan.

IMB-IMB rumah ibadah yang sudah puluhan tahun tertahan akhirnya bisa keluar, tidak lepas dari pendekatan komunikasi, dialog, dan perlakuan yang sama kepada semua umat beragama yang dilakukan Anies. Dan yang lebih penting lagi, Anies mengawal semuanya hingga tuntas.

“Seringkali negara itu tidak pernah mau tanggung jawab sampai tuntas. Pokoknya saya sudah keluarkan sesuai SOP, nanti di lapangan seperti apa tutup mata. Itu problemnya. Begitu dikerjakan sampai ujung, apa yang terjadi? Dieksekusi, lancar,” ungkapnya.

Bahkan tidak jarang Anies terjun langsung untuk memberikan pengertian kepada masyarakat yang menolak pendirian rumah ibadah tertentu. Menariknya, dia memiliki cara agar kelompok mayoritas mau menerima pendirian rumah ibadah kaum minoritas.

“Diingatkan itu, di sini mungkin saya mayoritas. Tapi di tempat lain bisa terbalik. Di tempat yang saya mayoritas, saya tahan (izin rumah ibadah) minoritas. Kalau agama bapak/ibu jadi minoritas di tempat lain, apakah mau ditahan oleh mayoritas di tempat lain,” katanya mengulangi cara meyakinkan masyarakat.

“Dan itu ketika disampaikan dengan dialog yang baik-baik, apa yang terjadi? Diterima. Karena itu puluhan tahun izin-izin yang tidak pernah keluar itu, semuanya tuntas di Jakarta,” katanya disambut meriah semua yang hadir.

Dia mengakui tidak ada keputusan yang diterima semua disetuju semua orang. Tapi kalau diberi pemahaman dan dikawal sampai ujung, masyarakat akhirnya dapat memahami. Sehingga tidak ada keributan apalagi konflik menyusul keluarnya IMB rumah ibadah tersebut, termasuk gereja. “Padahal itu mandeknya puluhan tahun,” demikian Anies Baswedan. (net/kba/smr)

Pos terkait