Pemerhati dan praktisi pendidikan Indra Charismiadji mengatakan bahwa bakal calon presiden (capres) Anies Baswedan bisa disebut sebagai kepala daerah termiskin. Ini dikatakan Indra Charismiadji saat berbincang dengan tokoh Masyarakat Kristen DKI Jakarta, Pendeta Shephard Supit lewat channel youtube Laman TV.
semarak.co-“Kalau masalah finansial udah terbuktilah Pak Anies Itu kepala daerah termiskin sepertinya karena beliau memang memang tidak mengambil keuntungan kan gitu. Jauh dengan dengan apa yang ini baru ramai kan pejabat-pejabat di pajak dan lain sebagainya,” ujar Indra dilansir wartaekonomi.co.id, Jum’at, 10 Maret 2023, 12:15 WIB.
Dilanjutkan Indra, Bisa dibilang, nggak punya harta yang seperti itu ya. Jadi beliau juga menunjukkan, memberikan contoh kan, bagaimana menjadi pejabat publik itu harus bersih. Selain sikapnya, banyak program Anies yang ditiru kepala daerah lain.”
“Dan yang menarik tuh banyak program beliau yang ditiru oleh kepala daerah lain ya. Termasuk Kalau nggak salah nih sumur resapan itu juga dicontoh di Jawa Tengah kan begitu, yang dihujat-hujat sama orang malah di Jawa Tengah juga kan diprogramkan,” demikian Indra menambahkan.
Pendeta Shephard Supit juga menambahkan bahwa kota internasional pasti ada itu sumur resapan. Seperti di Jepang dan di Amerika jadi itu bukan sesuatu yang baru ataupun itu memang syarat suatu kota. “Dan Pak Anies tahu itu ya dan dia lakukan apalagi dengan kondisi Jakarta yang banjir begini,” kata Supit.
“Nah itu satu konsep yang yang luar biasa artinya memang itu konsep untuk kota Global bahwa kemudian ada satu dua yang tidak terlalu memuaskan itu kan pemborong. Yang mungkin yang semennya atau beton yang menonjol sehingga ada ini yaitu dari 14. 000 sumur resapan ya. Kalau satu-dua rusak ya itu kan bukan berarti bahwa itu tidak betul konsepnya,” jelasnya.
Di bagian lain Pendeta Shephard Supit menceritakan dirinya pernah merasa sangat haru hingga menangis saat Anies Baswedan yang kala itu menjadi Gubernur DKI Jakarta memberikan Izin Mendirikan Bangunan (IMB) atas sebuah gereja yang sudah 40 tahun lamanya tidak mendapat isin.
“Singkat cerita, dia turun langsung dan reda yang menjadi ganjalan-ganjalan bisa terhubungkan lagi. Pak Anies seorang Gubernur dia turun tak sekadar wacana, dia berdialog dan terjadilah kesepakatan. Akhirnya kami balik dan memberikan itu IMB ke Gereja GPIB Pelita yang 40 tahun tak dapat izin,” jelas Supit melansir dari channel youtube Laman TV.
Dilanjutkan Pendeta Supit seperti dilansir wartaekonomi.co.id/ Jum’at, 10 Maret 2023, 15:05 WIB, “Saya kalau bicara ini emosional juga, terharu karena saat itu pendeta dan majelis nangis semua, mereka tidak menduga dan kaget.”
Pendeta Shephard Supit juga menceritakan pengalamannya yang sempat menjadi anak buah Anies Baswedan. Pendeta Shephard Supit diketahui adalah salah satu anggota dari Tim Gubernur Untuk Percepatan Pembangunan (TGUPP) saat Anies menjabat sebagai gubernur.
“Ya oleh karena sebelumnya, saya adalah salah satu ketua di Jakarta. Jadi setelah saya menyelesaikan tugas selama 2 periode, nah baru kemudian Pak Anies memanggil untuk bergabung. Di TGUPP saya sendiri tidak tahu apa alasannya dan saya juga tidak direkomendasi oleh siapa-siapa,” imbuhnya.
“Jadi itu rasanya semacam hak subjektivitas dari Pak Anies sendiri untuk memilih timnya, tentu atas pengamatan beliau. Dan ya saya bersyukur karena bisa gabung di sana dan ketika saya ada di sana agak sedikit lebih mengherankan,” demikian Pendeta Supit menambahkan.
Ia mengatakan, sebelum bergabung ke TGUPP, ia sebenarnya sudah mengenal Anies. “Saya sudah tahu dengan keberadaan Pak Anies atau kami sudah berkenalan saat beliau jadi Rektor, kemudian dalam program Indonesia mengajar. Lalu, kami juga waktu itu bikin program Indonesia cerdas dan mengutus perwakilan ke daerah-daerah remote area ke 3T. Itu daerah terbelakang, terluar, dan tertinggal,” jelasnya.
Ditambahkan sebagai penutup, “Nah di situ saya sudah mengenal dan sudah pernah berdiskusi dan saya sudah mendapat satu pemahaman bahwa beliau adalah seorang yang sangat moderat dan cendekiawan intelektual yang rendah hati bersahaja hidupnya.” (net/wec/smr)