“Kami siap dengan anggaran lebih dari Rp 30 triliun untuk beras dan gabah. Sampai hari ini (serap) 30.000 ton setara beras, tapi kalau gabahnya 60.000 ton dari Januari sampai hari ini. Tahun lalu kecil di Januari saja 600 ton,” ujar Direktur Pengadaan Bulog, Tri Wahyudi Saleh, di Kementan, Jakarta Selatan, Kamis (23/2).
Dia mengatakan, sepanjang Januari-Februari 2017, Bulog telah menyerap 60.000 Ton Gabah Kering Panen atau setara 30.000 ton beras. Angka tersebut naik dibandingkan tahun lalu di Januari saja hanya 600 ton. Ia mengatakan selama 2 bulan ini telah membeli gabah di tingkat petani seharga Rp 3.700/kg sehingga dari 60.000 ton gabah yang terserap, Bulog telah mengalokasikan dana sebesar Rp 222 miliar. “Sebanyak 60 ribu ton gabah dikali Rp 3.700 ton jadi ratus miliar kita alokasikan kemarin,” terang Wahyudi.
Selain itu, Bulog memiliki 50 unit alat pengering gabah. Namun, ada 15 unit yang sedang dalam perbaikan. Meski begitu, 1 alat pengering ini berkapasitas 3 ton per 8 jam. Selain itu Bulog juga bekerjasama dengan swasta untuk melakukan pengeringan gabah yang alatnya berkapasitas 300 ton per hari.
“Kita ada alat pengering 50 unit, 15 unitnya tapi sedang perbaikan yang oke ada 35. Nah, itu beroperasi maksimal 3 ton per 8 jam. Kalau swasta ada sampai 300 ton per hari kita kerja sama. Alat pengering ini tersebar di sentra produksi Jawa Tengah, Jawa Timur, Sulawesi, dan lainnya,” ujarnya.
Sebelumnya Bulog menyatakan enam ribu ton daging kerbau beku asal India akan masuk lagi ke Indonesia tidak lama ini. Daging yang masuk itu menjadi bagian dari sisa komitmen impor daging sebanyak 100 ribu ton untuk dipenuhi pada Juni 2017.
Seperti diketahui, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution pada tahun lalu memberikan kuota impor daging kerbau Bulog sebesar 100 ribu. Hingga Januari 2017 baru terpenuhi 49 ribu ton. Sehingga, setelah enam ribu ton daging kerbau impor itu masuk, maka sisanya adalah 45 ribu ton.
Direktur Utama Bulog Djarot Kusumayakti mengatakan sisanya tersebut masih mereka negosiasikan. Mengingat kesehatan daging impor pasca keputusan Mahkamah Konstitusi (MK) mengenai Sistem Zona dalam Pemasukan (Impor) Hewan Ternak. “Nego ini untuk pertama saya akan tunduk pada putusan rekomendasi RPH (Rumah Potong Hewan) yang layak pakai. Kedua, saya harus memperoleh komitmen kualitas dari semua RPH krn ada RPH kadar airnya 10-15 persen. Ini kan processing,” ujar Djarot di kantor Kementerian Pertanian Jakarta pada Kamis, 23 Februari 2017.
Ia mengatakan hal tersebut perlu dilakukan untuk memastikan tidak ada kerugian yang ditanggung Bulog atas daging yang diterima karena kadar airnya terlalu tinggi, dan tentu saja untuk memastikan daging tersebut bersih dari kandungan Penyakit Mulut dan Kuku (PMK).”Nah, ini kita minta komitmen itu, jangan sampai saya rugi karena ternyata airnya banyak. Saya ingin dalam standar, untuk meningkatkan kualitasnya,” ujarnya.
Ia menginginkan daging tersebut nantinya dapat dijual Rp56-60 ribu per kilogram (kg), sehingga pedagang dapat menjualnya dengan harga Rp65 ribu per kg ke konsumen. (dtf/lin)