Pada Mei hingga Juni 2017, PT Bank Tabungan Negara (BTN) mampu mengerem laju kredit bermasalah atau Non Performing Loan (NPL) sebesar 25 basis points (bps). Sumbangan NPL terbesar BTN saat ini, berasal dari segmen komersial. Sementara NPL di segmen Kredit Pemilikan Rumah (KPR) nonsubsidi, ikut menyumbang.
Direktur BTN Nixon Napitupulu mengatakan, rasio NPL pada Juni 2017, berada di level 3,2%. Ada penurunan 2% ketimbang NPL Mei 2017 sebesar 3,4%. Guna menjaga laju NPL, kata dia, BTN melakukan restrukturisasi kredit di segmen KPR non subsidi. Dan berhasil, BTN telah merestrukturisasi kredit segmen KPR non-subsidi sebanyak 2.500 hingga 3.000 rekening per bulan.
“NPL turun sedikit dibandingkan Mei. Dari 3,4% menjadi 3,2% di Juni. Jika dibanding Maret turun sekitar 0,2%. Kira-kira 2.500 sampai 3.000 akun yang direstrukturisasi, dengan rata-rata ticket size Rp 300 juta hingga Rp 400 juta per unit rumah,” kata Nixon di Jakarta, Senin (3/7).
Selain melakukan restrukturisasi kredit, bank yang fokus di pembiayaan rumah ini juga melakukan penjualan aset bermasalah lewat Asset Management Unit (AMU) BTN. “Kami sudah bikin Asset Management Unit pakai anak usaha Dana Pensiun, kita akan coba jual (aset bermasalah) dengan size Rp 50 miliar,” tuturnya.
Sebelumnya, BTN mengatakan pihaknya akan merestrukturisasi kredit sebesar Rp 1,4 triliun hingga Rp 1,5 triliun di sektor KPR. Tujuannya untuk menjaga rasio NPL yang dipatok terjaga di level 2,5%-2,6% pada akhir semester II-2017. (okc/lin)