Presiden Rusia Vladimir Putin mengatakan bahwa semua vaksin COVID-19 produksi negaranya cukup efektif. Putin menambahkan, Rusia akan segera mendaftarkan suntikan ketiga untuk melawan virus COVID-19.
semarak.co-Rusia sedang meluncurkan vaksin Sputnik V untuk penggunaan domestik meskipun uji coba tahap akhir belum selesai. Pada Selasa (10/11/2020), negara itu menyatakan Sputnik V lebih dari 90 persen efektif, demikian dilaporkan kantor berita RIA, Senin (9/11/2020).
“Sudah ada dua vaksin terdaftar. Dan penelitian telah menunjukkan dan menegaskan bahwa, pertama, vaksin ini aman dan tidak memiliki efek samping serius setelah digunakan, dan kedua, semuanya efektif,” kata Putin melalui konferensi video pertemuan puncak Shanghai Cooperation Organization (SCO) dikutip Reuters, Selasa (10/11/2020).
Kemanjuran vaksin Rusia didasarkan pada data yang dikumpulkan dari vaksinasi publik bukan dari uji coba yang sedang berlangsung. Putin juga mengatakan Moskow siap bekerja sama terkait vaksin virus corona dan setuju dengan Perdana Menteri Pakistan Imran Khan bahwa suntikan harus tersedia secara luas untuk semua umat manusia.
“Kami menyarankan untuk tidak mempolitisasi proses-proses ini, mengingat orang-orang di seluruh dunia saat ini membutuhkan obat-obatan ini, tanpa berlebihan,” katanya, seperti dilansir kantor berita resmi pemerintah TASS, Selasa (10/11/2020).
Imran Khan menambahkan, “Kami siap bekerja dengan semua negara di dunia dan tentu saja, dengan mitra-mitra kami dalam kerangka SCO.”
Rusia pada Selasa melaporkan kasus positif sebanyak 20.977 infeksi baru virus corona dan 368 kematian. Dengan total 1.817.109 infeksi COVID-19, Rusia merupakan negara kelima dengan jumlah kasus tertinggi di dunia, setelah Amerika Serikat, India, Brazil dan Prancis.
Sementara Otoritas kesehatan Brazil menyatakan pada Senin (9/11/2020) bahwa pihaknya telah menangguhkan uji klinis vaksin COVID-19 yang dikembangkan perusahaan China, Sinovac. Menyusul ditemukannya efek merugikan yang parah pada 29 Oktober 2020.
Butantan, lembaga penelitian medis di Sao Paulo yang menjalankan uji klinis vaksin Sinovac tersebut di Brazil menyebut pihaknya terkejut dengan keputusan penangguhan ini dan mengatakan akan memberikan keterangan resmi kemudian.
Kepala Butantan Dimas Covas mengatakan bahwa keputusan tersebut terkait dengan satu kasus kematian namun ia menyebut dirinya merasa janggal dengan pengumuman otoritas karena kematian itu tidak berhubungan dengan vaksin.
“Mengingat saat ini terdapat lebih dari 100 ribu relawan, kasus kematian bisa saja terjadi. Dan satu kasus kematian itu tidak mempunyai kaitan dengan vaksin, ini bukanlah saatnya menginterupsi uji klinis,” tangkis Covas kepada TV Cultura, seperti dilansir Reuters, Selasa (10/11/2020).
Sementara Anvisa, otoritas kesehatan di Brazil tidak memberikan keterangan lebih rinci mengenai apakah kasus kematian yang dimaksud terjadi di Brazil atau di negara lain.
Anvisa juga tidak menjelaskan kenapa kabar pada akhir Oktober lalu itu baru disampaikan sekarang. Sinovac sendiri belum memberikan komentar atas hal ini.
Sementara itu tidak ada negara lain yang tengah menjalankan uji coba vaksin Sinovac yang juga mengumumkan penangguhan. Indonesia dan Turki termasuk di antaranya masih lanjut. Pejabat kesehatan China menyebut bahwa tidak ditemukan efek samping berarti sepanjang uji klinis yang dijalankan, pada 20 Oktober 2020.
Vaksin Sinovac adalah satu dari tiga vaksin utama untuk COVID-19 yang dikembangkan China yang hingga saat ini telah diujikan kepada ratusan ribu relawan di bawah program penggunaan darurat. (net/smr)