Opini by Zeng Wei Jian
semarak.co -Nasi Anjing. Sekali gebrak; Tenar. Moduz. Strategi marketing lihay. Tunggangin nama besar “Masjid Babah Alun”. Hentrix. Aktivis Tionghoa Lieus Sungkharisma sudah bagi-bagi bakmi gratis setiap hari. Ratusan mangkok. Sampe mau lelang motor. Marketingnya old-schooler. Alhasil: Ngga se-ngetop grup “Nasi Anjing”.
Be Seen, Be Heard. The oldest strategy: word-of-mouth advertise. Plus maximalisasi fungsi gadget. Caci-maki WA grup kick “Nasi Anjing” into high gear.
Bikin marah semua orang. Kreativitas setan. Ngga ada regulasi yang dilanggar. Cerdik. Insensitif. Rusak harmoni. Bila diteruskan, niscaya celaka. Provokator rasis siap-siap. Bisa dikeroyok semua orang, termasuk kafir & Tionghoa yang Gregetan.
Inisiative masyarakat tanda Kelemahan Pemda & Operator PSBB. Policy utama sudah salah. Kalkulasi terdampak Covid-19 cuma 1,2 juta Keluarga. Asumsi Lapis termiskin. Padahal semua orang kena. Bantuan minim. Di Taman Sari, dua kaleng ikan sarden-nya lenyap.
Operator Pemerintah Pusat adalah Kementerian Sosial. Kerjasama dengan banyak element termasuk Ojek Online. Pemda Jakarta menggunakan PD Pasar Jaya. Pusat Logistik menang banyak.
Katanya bantuan Paket Sembako Covid-19 turun seminggu sekali. Penghuni rusun yang “Work From Home” sudah senang.
Tapi sampai minggu #3 Lockdown ala-ala Jakarta, mereka baru terima sekali tetesan gerimiz sembako. Mungkin “Badai Bantuan Sembako” memang turun seminggu sekali. Hanya penerima-nya saja yang berbeda. Minggu #1 di Kelurahan Kalideres, Minggu #2 di Kampung Melayu, Minggu #3 di Warakas dan seterusnya.
Akibat PSBB beberapa keluarga gagal bayar kontrakan. Homeless. Nge-gembel di Tanah Abang.
Media Sosial ribut. Haters Anies teriak. Respond cepat. Para “New Homeless” ditampung di Gedung Olahraga. Dikasi satu ranjang emergency mobile stretcher. Tidur rame-rame di sono ya.
Malamnya Fraksi PSI sidak. Lah kok kosong. Pintu Gedung dikunci. Ternyata “New Homeless” bubar setelah dikasi satu paket sembako.
Aktivis Balai Kota Sugiyanto alias SGY menyatakan, “Penggunaan G.O.R kurang manusiawi”.
Ya sich mestinya khan standard panti-panti. Lebih radikal, bayarin beban sewa kontrakan. Pangkal masalahnya di situ. Jangan bakar hutan, padamkan, dan tampil sebagai super-hero. Lah pelakunya dia-dia juga kok.
THE END