Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) bersama Asosiasi Penghulu Republik Indonesia (APRI) melakukan Kick Off Gerak Penghulu Sejuta Catin Siap Cegah stunting secara hybrid atau online dari gedung BKKBN Pusat melalui akun Youtube BKKBNOfficial, Rabu (11/9/2024).
semarak.co-Acara ini sebagai salah satu wujud nyata upaya BKKBN bersama Kementerian Agama melalui APRI dalam percepatan penurunan stunting, dimulai dari hulu yaitu calon pengantin (catin). Menggandeng bekerja sama berkolaborasi dengan para penghulu sebetulnya sebuah spirit pencegahan dari hulu.
Pelaksana harian (Plh.) Kepala BKKBN Tavip Agus Rayanto mengatakan, salah satu penyebab stunting sebetulnya adalah persoalan perubahan perilaku masyarakat yang bisa dicegah sejak hulu. Karena itu, calon pengantin harapannya bisa terpotret status kesehatannya.
Melalui aplikasi Elektronik Siap Nikah Siap Hamil (Elsimil), menurut Tavip, para penghulu bisa melakukan edukasi kepada para calon pengantin. Sebetulnya yang ingin pihaknya peroleh dari hasil Elsimil itu adalah status kesehatan calon pengantin.
“Apakah lingkar lengannya dalam kondisi standar atau kurang, berat badannya dan seterusnya. Sehingga mereka kalau hamil, harapannya hamil dalam keadaan yang sehat,” imbuh Tavip dirilis humas usai acara melalui WAGroup Jurnalis BKKBN, Rabu malam (11/9/2024).
Ia juga mengingatkan pentingnya peran para penghulu sebagai bagian yang turun langsung ke masyarakat untuk memberikan edukasi kepada para catin. Mereka diberi pemahaman agar tidak menikah pada usia terlalu muda.
Ini demi menjaga kesehatan reproduksi dan seksual mereka serta mencegah anak yang dilahirkan stunting. Memberikan pengetahuan secara komprehensif kepada pasangan usia subur tentang penyiapan kehidupan berkeluarga.
Karena peran sebagai orang tua menjadi sangat penting dan strategis, khususnya mengenai pengetahuan kesehatan reproduksi dan seksual. Dari data yang ada diketahui tren perkawinan usia muda dan perceraian akhir-akhir ini mengalami peningkatan signifikan.
Penyebab perceraian sungguh kompleks. Dari beberapa sumber, perceraian paling banyak karena persoalan disharmonis, ada 97.615 kasus, kemudian tidak bertanggung jawab salah satu pasangan ada 81.266 kasus, alasan ekonomi ada 74.559 kasus,
Dan adanya campur tangan pihak ketiga 25.310 kasus dan alasan-alasan yang lain. Pekerjaan rumah BKKBN dan para penghulu, kata Tavip, adalah masih banyaknya pernikahan anak, di mana yang menjadi beban adalah perempuan dan khususnya anak-anak yang dilahirkannya.
Direktur Jenderal Bimbingan Masyarakat (Dirjen Bimas) Islam Kementerian Agama (Kemenag) Prof. H. Kamaruddin Amin mengatakan, mencegah stunting adalah tugas fundamental banyak pihak. Pencegahan stunting harus dilalukan secara sinergis dan kolaboratif dari seluruh lapisan Masyarakat.
Lembaga, kementerian, entitas masyarakat, para ulama, para mubaligh, para penceramah, para penghulu, para penyuluh dan semua masyarakat. Karena penyebab stunting juga sangat kompleks, tapi hampir semuanya sesungguhnya bersentuhan dengan kehidupan penghulu, kita sehari-hari.
“Karena itu mungkin tidak berlebihan jika saya mengatakan bahwa penghulu adalah sebuah entitas di antara yang paling strategis untuk mengatasi persoalan stunting di Indonesia. Penting juga untuk menjelaskan pada masyarakat bahwa mencegah stunting juga dijelaskan dalam Al Quran,” tutur Kamaruddin.
Jadi, lanjut Kamaruddin, stunting ada ayatnya dalam Al Quran, harus disampaikan ke seluruh masyarakat bahwa dalam Al Quran atau agama kita mengajarkan kita untuk membina, meningkatkan kualitas keluarga kita, dan kita harus mengkhawatirkan anak-anak kita kualitasnya agar mereka bisa menjadi khalifatullah yang baik di muka bumi.
“Ini bisa menjadi mandatoris atau mandat, penerima amanat dari Allah Subhanahu Wa Ta’ala dan itu hanya bisa dilakukan ketika mereka (anak) berkualitas. Ketika mereka bermutu, dan salah satu keharusan bermutu adalah tidak menjadi stunting. Stunting adalah tantangan kita,” imbuh Kamaruddin.
Stunting adalah nightmare’bagi masa depan Indonesia. Mimpi buruk masa depan Indonesia yang harus kita atasi agar tidak semakin besar. Penghulu yang berkaitan langsung dengan keluarga-keluarga Indonesia tentu memainkan peran yang sangat strategis dalam sosialisasi bahaya stunting.
“Ini membuktikan bahwa penghulu bukan hanya mengurusi atau mencatat peristiwa nikah saja, bukan hanya menjadi pendamping. Jadi penghulu itu adalah konsultan keluarga keluarga Indonesia. Penghulu bisa memberikan konsultasi tentang keluarga,” tutup Kamaruddin.
Ketua Umum APRI H. Madari menyampaikan sebanyak 130 penghulu berasal dari Jabodetabek hadir langsung pada acara ini dan ribuan lainnya, terdiri dari seluruh KUA dan penyuluh, hadir secara daring melalui zoom meeting dan akun youtube BKKBNOfficial.
“1000 KUA langsung dengan zoom. Tujuan dari kegiatan ini adalah meningkatkan peran penghulu dalam mendukung program percepatan penurunan stunting. Berikutnya, menjalin sinergi kolaborasi antara BKKBN dengan APRI dalam rangka sosialisasi edukasi dan intervensi dalam pencegahan stunting,” ucapnya.
Ditandai juga dengan penandatanganan kesepahaman antara BKKBN dengan APRI sebagai titik awal gerakan penghulu dalam penanganan stunting yang berkesinambungan. Ia pun menjelaskan rencana tindak lanjut dari kegiatan ini. Pertama, memberikan bimbingan teknis dalam bentuk workshop sebanyak sembilan angkatan yang di kawal oleh Pusdiklat BKKBN. “Akan dimulai dari tanggal 17 September sampai 1 Oktober 2024,” tutupnya. (smr)