Oleh Geisz Chalifah
semarak.co-Berawal dari Pak Bagus Prayogo, Manager CSR PT Pembangunan Jaya Ancol. Bagus bercerita bahwa Ancol memiliki sekolah bernama Sekolah Rakyat Ancol. Saya antusias bertanya tentang sekolah itu dan berniat mengunjunginya. Sekolah itu sangat sederhana, terkesan apa adanya, asal ada dan tidak serius.
Sudah menjadi watak, bila ingin melakukan sesuatu maka saya selalu ingin tahu lebih dalam. Banyak hal saya tanyakan asal muasal lahirnya sekolah itu. Bagaimana murid-muridnya, bagaimana prestasinya selama ini. Bagaimana ekonomi keluarga dari murid-murid yang berada disekolah itu.
Mengapa buat sekolah bila tak serius mengurusnya, untuk apa sekolah itu ada dsbnya. Apa tujuannya, apakah murni untuk pendidikan atau sekedar menutupi Proyek Reklamasi di Ancol Barat dimasa itu yang kini telah menjadi perumahan dsbnya.
Tak pernah ada direksi maupun komisaris yang mengunjungi sekolah tersebut sejak berdiri. Banyak pertanyaan saya ajukan, sebagian terjawab sebagian lagi saya membuat kesimpulan sendiri dari data-data dimasa lalu. Saya paham kejujuran seringkali menjadi pisau yang menusuk diri sendiri bagi seorang karyawan.
Diam adalah jalan keselamatan
Oke lupakan itu semua dan mari kita kerjakan dengan benar. Itulah niat awal setelah saya mengunjungi sekolah tersebut yang 100% murid-muridnya adalah kalangan kelas menengah bawah. Bahkan sekolah itu tak bisa menggunakan meja seperti di sekolah biasa.
Karena meja-meja itu selalunya rusak. Dijadikan alat permainan mereka. Tak ada ruang bermain di semua rumah mereka yang berhimpit. Di huni oleh dua atau tiga keluarga dengan luas lebih kurang 4×3 M2 atau lebih sedikit.
Sekolah itu menjadi tempat mereka beraktifitas dengan leluasa. Rika Lestari namanya, dia tak hanya menjadi bagian yang mengurus Sekolah Rakyat Ancol. Namun bagi murid-murid di sekolah tersebut, Rika adalah Ibu bagi mereka.
Dengan Bagus Prayogo Juga Rika Lestari dan Tim Ancol TV
Kami rapat serius membahas Sekolah Rakyat Ancol. Di taman Ecovention yang baru saja selesai dibuat. Taman itu dibuat untuk karyawan, menjadi tempat makan siang dan tempat diskusi juga wahana yang mencairkan suasana dengan para direksi yang kadang ikut duduk di bangku taman itu.
Niat baik dijalankan dengan baik bertemulah dengan berbagai kebaikan lainnya. Bank DKI turun tangan memfasilitasi lapangan Olah Raga dan Perpustakaan. Lenovo melalui Food Bank Of Indonesia memberikan sekian banyak komputer. Para Direksi dan Komisaris bergiliran datang memberi kelas inspirasi.
Di saat Covid melanda dan sekolah berlangsung via online. Management Ancol memberikan puluhan HP agar Murid-murid disekolah tersebut tak tertinggal mata pelajaran. Kepala Dinas Pendidikan Ibu Nahdiana hadir. Berdialog dengan guru dan kepala sekolah, memberi jalan kerjasama dengan sekolah-sekolah lainnya.
Setiap acara di Ancol baik dengan karyawan maupun dengan Gubernur DKI saat itu. Murid-murid SRA menjadi bintangnya. Anies Baswedan sebagai Gubernur saat itu memberi apresiasi terhadap management Ancol bukan atas prestasi meraih laba yang besar di tahun 2019.
(Sebelum Covid melanda yang membuat Ancol ditutup berbulan-bulan). Melainkan apresiasi itu diberikan oleh Gubernur atas keseriusan Ancol dalam mengelola SRA. anak-anak yang keluarganya terpinggirkan secara ekonomi. Anies mengatakan: Ancol Sekarang Dipenuhi Binar-Binar Kemuliaan.
Film tentang sekolah Rakyat Ancol dibuat, salah satu murid bernama Jesica menjadi bintangnya. Berawal dari sebuah tulisan saya di group Ancol Sharing berjudul: Tinggikan Mimpimu Jesica. Kemudian Maruli Sitorus, Yosi Karamoi dan Tim Ancol TV berinisiatif membuat film pendek berjudul sama.
Murid-muridnya yang tak lolos seleksi untuk masuk SLA negeri, diurus oleh Rika Lestari untuk tetap bisa melanjutian di sekolah swasta. Beberapa murid yang telah lulus SMA disalurkan untuk mendapat bea siswa di kampus BSI dan kampus lainnya.
Martua Hami Siregar (Ketua Serikat Pekerja Ancol), melakukan pendekatan yang baik dan berhasil. Maruli Sitorus sibuk membuat film-film pendek tentang aktifitas Sekolah Rakyat Ancol. Andos Hutajulu menghubungi Ibu Atika Kepala Dinas Kominfotik Pemprov DKI.
Tak lama kemudian wifi yang bisa diakses denga gratis terpasang di sekolah tersebut. Ketika banyak orang bergembira menikmati wahana baru di Dufan dan taman Symphony Of The Sea di Ancol Timur.
Kami para Insan Ancol saat itu merayakan kegembiraan yang berbeda. Kegembiraan karena lebih dari 50% murid-murid itu diterima disekolah negeri dan beberapa lainnya berhasil menyelesaikan kuliah lalu kemudian kembali ke SRA membantu adik-adik mereka untuk mampu melewati kerasnya kehidupan.
Rika Lestari bercerita dengan mata berkaca-kaca. Saya melihat selalunya ia dipeluk oleh para siswi – siswi SRA bila mereka bertemu. Semangat bersama terjalin, SRA tak lagi dilihat dengan sebelah mata. Management Ancol mengurus dengan serius. Sesuatu yang datang dari hati akan sampai ke hati.
Malam hari tepat jam 12 malam di bulan Oktober. Maruli Sitorus mengirimkan video via akun youtube Ancol TV. Isinya mengejutkan. Tanpa sepengetahuan saya, Maruli dan Tim mewawancara anak dan istri saya, teman-teman saya sma, teman-teman kuliah juga teman-teman Jakarta Melayu Festival.
Berbagai ucapan selamat ulang tahun dari para karyawan baik dari level terbawah maupun sampai level direksi dan komisaris, namun dibagian akhir dari video itu saya berhenti sejenak. Video itu menguras emosi dan mengharu biru.
Jesica dan kawan – kawan (Murid – murid SRA). Wajah-wajah mungil dengan senyum gembira memberikan ucapan selamat juga doa yang membuat saya mengambil tisu dimalam hari. Dunia tempat yang indah bagi orang-orang yang berbagi kebaikan.
sumber terkait: instagram.com/p/Cp0ZxFoSElN/
*) penulis adalah mantan Komisaris Ancol dan Pegiat Media Sosial