Bidik Investasi di Jalan Tol Tahun Ini

“Ke depan, kami masih berharap bisa memperoleh tol lagi sekitar 840 km lagi hak konsesinya tahun ini. Jadi total target tol yang dimiliki mencapai 1.839,” kata M. Choliq Direktur Utama Waskita Karya, saat jumpa pers di kantornya, Jakarta, Jumat (17/3).

Meski enggan untuk menjelaskan lebih jauh di mana saja ruas yang dibidik perseroan, target tambahan portofolio bisnis tol sepanjang 840 km tersebut, akan diperoleh dengan beberapa mekanisme. Di antaranya, melalui tender yang telah diikuti Perseroan sekitar 194 km. Selain itu ada pula amandemen PPJT yang sudah dimiliki sepanjang 86 km.
Perseroan juga tengah mengajukan tol prakarasa sepanjang 378 km kepada BPJT dan akuisisi tol sepanjang 219 km.

Dengan estimasi seluruh target tersebut bisa diperoleh oleh Perseroan, maka jumlah panjang tol yang dimiliki hingga akhir 2019 mencapai 1.839 km. “Total yang sudah selesai sampai hari ini baru 50 km. Itu ada 30 km di Kanji-Pejagan, dan 21 km di Pejagan-Pemalang yang sampai Brebes Timur. Target sampai akhir tahun ini yang beroperasi diharapkan 300 km (kumulatif). Sampai tahun depan diharapkan bisa mencapai 800-900 km. Dan Juni 2019 itu mencapai 1100 km,” pungkasnya.

Waskita memiliki target kontrak baru yang cukup optimistis pada 2017. Perseroan menargetkan kontrak baru yang ‎dicatatkan tahun ini bisa mencapai Rp 80 triliun. Dari awal tahun sampai dengan akhir Februari kemarin, perseroan telah mendapatkan kontrak baru Rp 8,6 triliun atau kurang lebih 11% dari total target kontrak baru.

Jika di rata-rata, maka jika tiap dua bulan mendapat kurang lebih Rp 8 triliun, maka dalam satu tahun akan mencapai Rp 48 triliun. Jumlah tersebut masih jauh dari target yang ditetapkan. Namun memang, di awal tahun biasanya jumlah kontrak baru yang dibukukan Waskita karya belum cukup ramai seiring belum tingginya pencairan dana pemerintah dan juga ekspansi bisnis perusahaan swasta. Biasanya, kontrak baru akan melambung di tengah tahun. “Sementara capex untuk tahun ini kami anggarkan lebih dari Rp 32 triliun. Sumber dananya nanti dari equity yang kita up dan sisanya dari debt instrument,” kata Choliq.

Untuk penjualan, Waskita menargetkan angka Rp 39 triliun. Sampai bulan Februari 2017, penjualan baru mencapai Rp 5,3 triliun. Sama seperti kontrak baru, perseroan menargetkan angka penjualan akan melonjak pada tengah tahun. Dengan berbagai target yang sangat optimistis tersebut, Choliq menargetkan laba perusahaan tahun ini bisa mencapai Rp 3,5 triliun. “Sementara untuk laba, sampai Februari kita baru mencatat Rp 350 miliar atau baru 10 persennya,” tegasnya.

‎Beberapa proyek yang akan disasar Waskita, diantaranya pengembangan jalan tol di berbagai wilayah Indonesia. Tahun ini, perusahaan tengah merampungkan beberapa proyek tol seperti jalan tol Trans Jawa.
Salah satu yang tengah dikebut perseroan untuk bisa diselesaikan tahun ini adalah ruas Batang-Pemalang dengan panjang ruas tol 21 kilometer (km).

Siapkan Belanja Modal 32 T

Waskita menganggarkan belanja modal atau capex tahun ini sebesar Rp 32 triliun. Dana ini akan digunakan untuk mendanai proyek-proyek yang tengah dikerjakan dan sejumlah kontrak baru yang akan didapat Perseroan tahun ini. Choliq mengatakan sumber pendanaan belanja modal Perseroan tahun ini akan bersumber dari modal sendiri atau ekuitas perusahaan, pinjaman bank dan penerbitan obligasi berkelanjutan yang baru.

Waskita juga bakal menerbitkan surat utang (obligasi) baru dengan penawaran umum berkelanjutan (PUB) sebesar Rp10 triliun yang akan dimulai pada tahun ini. “Tahun ini perusahaan akan mengeluarkan terlebih dahulu senilai Rp6 triliun. Dana tersebut akan dipergunakan untuk memenuhi belanja modal (capital expenditure/capex) perusahaan tahun ini sebesar Rp32 triliun. Kuartal II kami akan mengajukan PUB baru skalanya Rp10 triliun, tapi dalam proses,” ungkap Choliq.

Sementara, sisa dari kebutuhan belanja modal tersebut akan dipenuhi oleh pinjaman perbankan mencapai Rp14 triliun dengan jumlah utang baru sebesar Rp4triliun-Rp5 triliun dan sisanya utang lama yang belum ditarik.

Direktur Keuangan Waskita Karya Tunggul Rajagukguk menyebut, pinjaman perbankan akan berasal dari kredit sindikasi. Di mana, dana tersebut akan ditarik secara bertahap. Kemudian, kekurangannya akan disumbang oleh ekuitas perusahaan. “Pasti sindikasi, itu kan proyek-proyek tolnya kredit investasi,” terang Tunggul.

Nantinya, sebagian besar belanja modal akan digunakan untuk proyek jalan tol perusahaan. Saat ini, perusahaan mengelola 17 ruas jalan tol melalui anak usahanya PT Waskita Toll Road dengan total investasi Rp113 triliun.
Sekadar informasi, perusahaan masih memiliki porsi untuk menerbitkan obligasi sekitar Rp400 miliar dari sisa PUB 2016 dengan total Rp5 triliun. Namun, perusahaan memutuskan untuk menghentikan PUB tersebut dan memilih mengeluarkan PUB baru dengan nilai yang lebih tinggi. “Itu tidak kami lanjutkan, kami hentikan,” pungkasnya.

Perseroan sendiri menargetkan ekuitas hingga akhir tahun mencapai Rp 30 triliun. Choliq menuturkan, posisi ekuitas sampai Februari telah mencapai Rp 20 triliun. Sehingga akan dicari dana sekitar Rp 10 triliun lagi untuk mencapai target ekuitas sampai akhir tahun ini. “Caranya mungkin melalui divestasi, seperti yang sudah dilakukan sebagian saham Waskita Toll Road yang sudah dibeli oleh SMI ataupun Taspen. Tentu kita mencari pembeli yang lain,” katanya.

Selain itu, Perseroan juga akan mencari instrumen lainnya yang dipakai untuk mencapai target ekuitas tersebut. “Instrumen yang dipakai seperti bank loan, obligasi. Kita akan lakukan Penawaran Umum Berkelanjutan tahap berikutnya. Mungkin Semester selanjutnya kami akan lanjutkan PUB baru iti, skalanya mencapai Rp 10 triliun, tapi masih dalam proses,” pungkasnya.

Sebagai informasi, di samping sebagai kontraktor, Waskita juga melakukan transformasi bisnis menjadi investor dengan mendirikan anak perusahaan yang bergerak di berbagai lini bisnis melalui anak-anak usahanya. Di antaranya PT Waskita Beton Precast (WSBP), yang telah memiliki 10 pabrik beton precast dengan total kapasitas 2,65 juta metrik ton per tahun.
Selain itu, Waskita juga melakukan investasi di jalan tol, realty, dan energy. Dalam usaha pengembangan jalan tol, melalui PT Waskita Toll Road, Waskita saat ini mengelola 17 ruas jalan tol dengan total investasi Rp 113 triliun.
Di bidang realty dilakukan Waskita melalui anak usahanya, PT Waskita Karya Realty (WKR) dan telah menginvestasikan dananya di 10 proyek yang tersebar di Pulau Jawa, Bali, dan Sumatera. Sedangkan di bidang energi, Waskita telah menyelesaikan pembangunan Mini Hydro Power Plant 2×5 MW di Sangir, Sumatera Barat. Investasi bidang energy dilakukan Waskita melalui anak perusahaan PT Waskita Sangir Energi. (lin/wiy)

Berikut adalah 17 ruas jalan tol yang dikelola Waskita:

Kanci-Pejagan (35 kilometer)
Pejagan-Pemalang (57 kilometer)
Ciawi-Sukabumi (54 kilometer)
Cimanggis-Cibitung (26 kilometer)
Pasuruan-Probolinggo (31 kilometer)
Bekasi-Cawang Kampung Melayu (21 kilometer)
Pemalang-Batang (39 kilometer)
Kayu Agung Palembang-Betung (112 kilometer)
Krian Legundi-Bunder-Manyar (38 kilometer)
Solo-Ngawi (90 kilometer)
Ngawi-Kertosono (87 kilometer)
Semarang-Batang (75 kilometer)
Cinere-Serpong (10 kilometer)
Medan-Kualanamu-Tebing Tinggi (62 kilometer)
Kuala Tanjung-Tebing Tinggi-Parapat (143 kilometer)
Depok-Antasari (22 kilometer)
Cileunyi-Sumedang-Dawuan (60 kilometer)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *