Oleh Lieus Sungkharisma *
semarak.co-Kita ini seneng gaduh yang gak jelas. Jalur sepeda yang sudah dibuat oleh gubernur DKI dipermasalahkan. Padahal keputusan tersebut dibuat berdasarkan kajian dan masukan para ahli, bagaimana agar Jakarta menjadi kota yang maju dan sehat.
Salah satunya adalah dengan memasyarakatkan sepeda sebagai salah satu alat transportasi warga Jakarta dalam beraktivitas. Karena itulah Gubernur Anies membangun jalur sepeda di wilayah Jakarta. Sekarang ini baru beberapa kilo meter, targetnya lebih dati 170 kilo meter.
Saya bisa bayangkan kalau yang dilakukan gubernur DKI ini terjadi. Warga Jakarta akan mendapatkan keuntungan, yang pertama udara Jakarta makin bersih karena polusi berkurang, yang kedua warga Jakarta akan lebih banyak yang sehat karena bersepeda dan yang ketiga warganya lebih bahagia.
Kenapa bahagia? konon katanya orang bersepeda itu membuat bahagia. Manfaat berikutnya ya kemacetan secara bertahap akan berkurang bila semakin banyak warga Jakarta menggunakan sepeda sebagai alat transportasi.
Kebijakan ini memang tidak instan dampaknya. Perlu bertahun-tahun untuk mengubah kebiasaan warga dari menggunakan kendaraan bermotor menjadi bersepeda. Tapi apa yang dilakukan Gubernur Anies dengan membangun jalur khusus sepeda sudah benar yang gak benar adalah ketika jalur sepeda tersebut khusus sepeda road bike.
Jalur sepeda ya untuk semua sepeda, mau sepeda lipat, sepeda onthel, sepea balap (road bike) dan semua sepeda mempunyai hak yang sama. Anehnya kebijakan yang baik ini dipermasalahkan.
Sampai-sampai seorang anggota DPR meminta Kapolri turun tangan membongkar jalur sepeda. Kasihan Kapolrinya lah, masih banyak urusan yang lebih besar yang harus dibereskan.
Nah, usulan tersbut didengungkan para buzzer sehingga seolah-olah kebijakan gubernur DKI salah dan menghamburkan anggaran. Disini yang kadang saya sulit mengerti. Kok bisa ya orang-orang itu kehilangan akal sehatnya dalam melihat sebuah kebijakan yang bagus ini.
Kebijakan yang tidak merugikan warga Jakarta ini dihabisi, sementara kasus korupsi trilunan gak disoroti. Ini kan aneh. Apa memang warga Jakarta yang tidak setuju ini sudah kehilangan akal sehatnya? Mari kita bersepeda agar otak ini tetep waras dalam melihat setiap kebijakan.
*) Penulis adalah Koordinator KomTak