BCA Syariah Masih Lanjutkan Kinerja Ciamik, OJK Nilai Literasi dan Inklusi Syariah Perlu Terus Ditingkatkan

Sekretaris Perusahaan PT Bank BCA Syariah Nadia Amalia Sekarsari (paling kanan) mendampingi President Direktur BCA Syariah Yuli Melati Suryaningrum (keempat dari kiri) usai menyerahkan piala penghargaan pemenang BCA Syariah Jurnalist Writing Competition di Sentul Bogor, Jumat malam (27/10/2023). Foto: humas BCA syariah

Kepala Grup (Direktur) Literasi dan Inklusi Keuangan Syariah di Otoritas Jasa Keuangan (OJK) Mohammad Ismail Riyadi menjelaskan bahwa Indonesia memiliki prospek pengembangan keuangan syariah yang bagus terutama di era transformasi digital saat ini.

semarak.co-Penguatan literasi keuangan syariah, pesan Ismail, harus terus dilakukan melalui upaya yang kolaboratif dan komprehensif antarseluruh pemangku kepentingan. Upaya peningkatan ini harus berkesinambungan dan mampu mengoptimalkan perkembangan teknologi digital untuk memfasilitasi dan memperluas akses keuangan Islam sebagai solusi utama bagi masyarakat.

Bacaan Lainnya

“Sehingga dapat mempermudah dan memperluas akses keuangan syariah sebagai solusi utama bagi Masyarakat,” terang Ismail saat jadi narasumber kegiatan Media Workshop dengan tema Sinergi BCA Syariah & Media dengan tema Tingkatkan Literasi & Inklusi Perbankan di Bumi Gumati, Sentul, Bogor, Jawa Barat yang diselenggarakan BCA Syariah diikuti 40 jurnalis, Jumat-Sabtu (27-28/10/2023).

Berdasarkan Survei Nasional Literasi dan Inklusi (SNLKI) yang dilaksanakan OJK di 2022, kutip Ismail, indeks literasi keuangan syariah baru mencapai 9,14%. Sementara, indeks inklusi keuangan syariah mencapai 12,12%. Makna dari 9,14% itu adalah hanya ada 9 dari 100 orang yang benar-benar melakukan keuangan syariah.

“Hal yang sama juga terjadi di inklusi keuangan syariah, yang tercatat baru mencapai 12,12%, tertinggal jauh dari tingkat inklusi keuangan secara umum yang mencapai 85%. Adanya gap antara literasi keuangan dan inklusi menggambarkan masyarakat cenderung menggunakan produk atau layanan keuangan syariah tanpa memahami produk atau layanan itu sendiri,” ujarnya.

Kondisi ini, terang dia, perlu menjadi perhatian pelaku usaha jasa keuangan syariah dan seluruh stakeholder untuk bersama-sama melakukan upaya penguatan literasi dan inklusi keuangan syariah nasional. Setidaknya, dinyatakan ada empat penyebab atas besarnya kesenjangan literasi dan inklusi keuangan syariah dengan sektor konvensional.

“OJK menilai ada sejumlah penyebab yang menyebabkan tingkat literasi dan inklusi keuangan syariah masih kecil. Pertama adalah pemahaman masyarakat terhadap keuangan syariah masih rendah kendati awareness terhadap keuangan syariah tinggi,” ujar Ismail secara online melalui link video conference.

“Salah satunya, yang saya sering dengar, adalah terkait istilahnya akad-akadnya masih bahasa Arab, meskipun semua industri keuangan sekarang sudah menggunakan bahasa Indonesia. Akadnya itu digunakan di belakang saat harus menjelaskan projek maupun menandatangani atau memahami transaksi,” urainya lagi.

Penyebab kedua, menurut Ismail adalah terkait diferensiasi proses yang terjadi di dalam masyarakat ketika dihadapkan pada produk-produk keuangan syariah dan konvensional yang sejenis. “Perbedaan tersebut muncul, karena individu memiliki reaksi berbeda terhadap produk keuangan syariah dan konvensional,” imbuhnya.

Ditambahkan Ismail, “Ada yang menerima produk keuangan syariah dengan sifat yang lebih rasional berdasarkan keyakinan agama, ada pula yang lebih setia pada produk konvensional atau ada yang masih membandingkan produk syariah dengan produk konvensional.”

Ia mengungkapkan produk perbankan syariah memiliki banyak variasi dalam bentuk akad (perjanjian) yang digunakan jika dibandingkan dengan produk konvensional. “Namun, tantangan yang harus diatasi adalah cara menghadapi perbedaan preferensi individu dan mendidik masyarakat tentang produk keuangan syariah untuk meningkatkan literasi dan inklusi keuangan syariah,” ujarnya.

Ketiga, kompetensi sumber daya insani di industri keuangan syariah yang harus ditingkatkan. Meskipun banyak perguruan tinggi dan lulusan ekonomi syariah, tetapi kebutuhan industri yang semakin tinggi menuntut pengembangan kapasitas sumber daya manusia di industri keuangan syariah, paparnya.

“Yang terakhir, atau bagian keempat adalah dari sisi produk dan layanan, pemanfaatan teknologinya belum optimal, serta aspek regulasi dan permodalan yang belum mendukung,” pungkasnya.

Di bagian lain PT Bank BCA Syariah masih melanjutkan pertumbuhan kinerja ciamik hingga kuartal III-2023. Anak usaha BCA ini mengantongi laba bersih sebesar Rp 118,8 miliar sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini, melonjak 56,8% secara tahunan.

Mengutip laporan keuangan BCA Syariah, Jumat (27/10) seperti dilansir kontan.co.id/Sabtu, 28 Oktober 2023 / 00:37 WIB, lonjakan laba bersebut sejalan dengan pertumbuhan pendapatan setelah bagi hasil sebesar 15,5% secara tahunan atau year on year (yoy) menjadi Rp502,9 miliar. Pada sembilan bulan pertama tahun lalu hanya meraup Rp434,8 miliar.

Di sisi lain, pendapatan berbasis fee dan komisi bank ini juga meningkat dari Rp 22,6 miliar menjadi Rp 28,6 miliar. Selain didorong kenaikan pendapatan, performa bottom line BCA Syariah juga didukung penurunan biaya provisi. Bebqan kerugian penurunan nilai aset turun signifikan dari Rp 198,6 miliar menjaid Rp 50,9 miliar.

Pembiayaan BCA Syariah telah mencapai Rp 7,8 triliun per September 2023, meningkat 6,1% secara tahunan. Penghimpunan dana pihka ketiga (DPK) bank ini mencapai Rp 10 triliun, tumbuh 21% yoy. Sementara total asetnya sudah mencapai Rp 13,3 triliun per september, meningkat 17,9% dari periode yang sama tahun lalu.

Kualitas aset BCA syariah masih terjaga baik meski rasio non performing finance (NPF) sedikit naik menjadi 1,91% dari level 1,44% pada September 2022. Net operation margin bank ini meningkat dari 1,2% menjadi 1,83%.

Manajemen BCA Syariah tetap optimis penyaluran pembiayaan sampai akhir tahun akan tumbuh sekitar 10%-12%. Adapun sektor yang dinilai masih prospektif untuk memacu pembiayaan berasal dari industri pengolahan, perdagangan, serta pertanian dan perkebunan.

Adapun laba bersih diharapkan bank ini bisa tumbuh dikisaran 20%-30% tahun ini. Target tersebut tak sulit untuk direalisasikan mengingat hingga kuartal III sudah tumbuh 56,8% secara tahunan.

Presiden Direktur BCA Syariah Yuli Melati Suryaningrum menyampaikan rasa bangganya dengan kegiatan Media Workshop dengan tema Sinergi BCA Syariah & Media dengan tema Tingkatkan Literasi & Inklusi Perbankan. Karena ini bukan hanya acara biasa tapi merupakan kegiatan produktif yang bisa memberikan manfaat bagi seluruh pihak.

“Peningkatan literasi merupakan bagian dari pengembangan ekonomi syariah. Dan dengan adanya tambahan pengetahuan hari ini, dapat menjadikan jalan menuju literasi ekonomi keuangan syariah lebih positif dan tajam untuk ke depannya,” ujar Yuli secara online melalui aplikasi video conference sebelum hadir malam penganugerahan BCA Syariah Jurnalis Competision Awarding di Bumi Gumati, Sentul, Bogor, Jawa Barat yang diselenggarakan BCA Syariah, Jumat-Sabtu (27-28/10/2023). (smr)

Pos terkait