Bappenas Dorong Stimulus Fiskal Mendukung Pembangunan Berkelanjutan

Ahli flebotomi Jenee Wilson berbincang dengan Melissa Cruz, teknisi Unit Gawat Darurat Valley Medical Center yang sudah pulih dari penyakit virus corona akibat tertular dari seorang pasien, saat ia selesai menyumbangkan plasma orang sembuh di Central Seattle Donor Center of Bloodworks Northwest di Seattle, Washington, Amerika Serikat, Jumat (17/4/2020), selama wabah COVID-19. Plasma dari orang yang sembuh akan digunakan dalam penelitian kemungkinan perawatan bagi para pasien virus corona. Foto: indopos.co.id

Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (PPN/Bappenas) mendorong agar stimulus fiskal yang digelontorkan untuk penanganan dampak wabah virus corona jenis baru penyebab Covid-19 juga mendukung pembangunan berkelanjutan dan rendah karbon.

semarak.co -“Tentunya bagaimana stimulus paket ekonomi bisa diredesain untuk memicu pertumbuhan ekonomi lebih hijau ke depan,” kata Direktur Lingkungan Hidup Kementerian PPN/Bappenas Medrilzam dalam seminar virtual di Jakarta, Kamis (28/5/2020).

Bacaan Lainnya

Dengan mendukung pembangunan berkelanjutan, nilai dia, tidak hanya menjaga lingkungan tetapi juga sekaligus mendatangkan investasi dan membuka lapangan pekerjaan yang berbasis ramah lingkungan.

Selama ini, kata dia, secara global negara-negara meluncurkan stimulus ekonomi untuk penanganan Covid-19, sebagian besar dialokasikan untuk sektor yang dinilai tradisional di antaranya dana darurat, penangguhan pajak, bantuan UMKM, hingga subsidi usaha terdampak.

“Jadi sangat economic minded, belum menyentuh isu bagaimana kita menuju lebih baik. Di Indonesia juga sama polanya seperti global,” katanya sambil memberikan contoh ketika Bappenas menyalurkan stimulus senilai Rp2 miliar untuk rehabilitasi mangrove di lahan bekas tambang timah yang tidak disebutkan lokasinya menjadi kawasan ekowisata.

Dengan anggaran tersebut, kawasan ekowisata itu memberikan manfaat ekonomi sebesar Rp50-65 juta per bulan bagi pengelola dan menarik Rp22 miliar investasi. Dari sisi lingkungan, lanjut dia, seluas 50 hektare direhabilitasi menjadi hutan mangrove yang berpotensi menurunkan emisi gas rumah kaca.

Tak hanya itu, ekowisata itu memberikan lapangan pekerjaan kepada warga lokal yang dulunya merupakan penambang timah. “Harapan kami ke depan berbagai kebijakan kalau bisa diarahkan lebih tepat lagi,” katanya. (net/lin)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *