Banyak Pemain Asing Hengkang dari Klub Liga I, Pengamat: Pasti Jadi Pukulan Telak

Para pemain Persija Jakarta (kiri ke kanan) Andritany, Adixi Lenzivio, Ryuji Utomo, Marco Simic, Riko Simanjuntak, Shahar Ginanjar mengikuti peluncuran tim dan kostum Persija Jakarta untuk Liga 1 musim 2020 di Stadion Utama Gelora Bung Karno, Jakarta, Minggu (23/2/2020). Foto: internet

Baru-baru ini, setidaknya ada delapan pemain asing yang memutuskan hengkang dari Klub Liga 1 Indonesia 2020. Padahal kompetisi sepak bola papan atas di Indonesia itu akan berlangsung, Oktober 2020.

semarak.co– Bahkan jumlah pemain asing yang meninggalkan Liga 1 disebut akan terus bertambah. Beragam alasan pemicu hengkangnya para pemain asing dari Liga 1 mulai mencuat kepermukaan. Di antaranya, adanya kebijakan yang membolehkan klub memotong gaji pemain sebesar 50 persen.

Bacaan Lainnya

Pengamat sepakbola Kesit B Handoyo mengatakan, pastinya menjadi pukulan telak buat klub-klub karena pemain asing menjadi tumpuan kekuatan utama mereka dalam  menghadapi kompetisi.

Namun, Kesit menambahkan, hengkangnya pemain asing dari klub-klub Liga 1 di saat kompetisi akan kembali digelar Oktober mendatang lebih karena alasan pemotongan gaji mereka yang mencapai hampir 50%.

“Wajar saja jika mereka memilih pulang kampung atau pindah ke klub lain di luar negeri karena gaji yang mereka terima dari klub di Liga 1 dipotong terlalu besar dan tidak sebanding dengan tugas mereka yang harus tetap bermain di kompetisi,” kata Kesit B Handoyo di Jakarta, baru-baru ini.

Pandemi Covid-19 memang membuat klub-klub berada dalam kesulitan keuangan yang terbilang parah karena tidak mendapatkan pemasukan akibat dihentikannya Liga 1.

Kalau pun akan kembali digelar Oktober nanti, kata Kesit, namun situasinya tetap tidak akan banyak menolong mereka dalam hal pemasukan keuangan akibat tidak diizinkannya penonton menyaksikan langsung di Stadion.

“Saat penonton hadir ke stadion pun sebenarnya tidak semua klub bisa menutupi seluruh kebutuhannya. Namun, paling tidak, pemasukan dari tiket bisa mengurangi beban yang ditanggung klub. Nah, bagaimana jika tidak ada penonton. Bisa dibayangkan bagaimana nasib keuangan klub. Pasti makin berantakan,” ujar Kesit.

Karena lanjutan Liga 1 tidak lagi menerapkan degradasi boleh jadi klub-klub tidak khawatir dengan kekuatan mereka walau tanpa pemain asing. “Toh, kalau pun mereka terpuruk di akhir kompetisi mereka tetap aman,” tambahnya.

Presiden Persik Kediri Abdul Hakim mengungkapkan bahwa Ante Bakmaz enggan kembali ke Indonesia karena mendapatkan tawaran bermain dari salah satu klub asal Qatar.

“Dia ada kesempatan bermain di Liga Qatar. Jadi, kami tidak bisa menahan karena ada peluang bagus di sana. Apalagi saat itu, Liga 1 Indonesia belum ada kejelasan soal kelanjutannya,” kata Abdul Hakim.

Di bagian lain Kesit menanggapi keputusan Pelatih Timnas Indonesia U-19, Shin Tae-yong mencoret dua pemain dalam satu hari jelang keberangkatan ke Kroasia dinilai sebagai sebuah tindakan yang kejam. Namun saat bersamaan keputusan itu juga merupakan contoh mendidik.

Dua pemain Timnas Indonesia U-19, Serdy Ephy Fano dan Ahmad Afrizal harus gigit jari dan gagal berangkat ke Kroasia bersama Tim Garuda Muda. Kedua pemain itu dicoret Shin Tae-yong satu hari sebelum keberangkatan setelah terlambat datang ke tempat latihan karena kesiangan.

“Pelatih memang harus begitu. Kejam memang, tapi kalau sudah komitmen bersama ya harus dijalani sekalipun pahit buat pemain dan pelatih,” ujar Kesit saat dimintai tanggapannya melalui ponsel di Jakarta, Selasa (1/9/2020).

Tindakan indisipliner bukanlah hal baru dalam sepak bola Indonesia, baik di level klub maupun tim nasional. Menurut Kesit, jika seorang pemain sudah indisipliner, maka dipastikan kondisi tim akan sedikit terganggu. Beruntung, Timnas Indonesia U-19 memiliki arsitek asing yang menegakkan aturan meski harus memakan korban.

“Soal disiplin, umumnya pemain Indonesia memang masih kurang menjaga kedisiplinan. Makanya, sebuah keuntungan menggunakan pelatih asing yang punya disiplin tinggi adalah berani mencoret pemain tanpa pandang bulu. Bisa menjadi sebuah shock therapy. Pemain lain pun tidak akan berani macam-macam. Kalau pelatih lokal, belum tentu akan bisa tega,” ujarnya.

Namun, Kesit berharap kedua pemain yang dicoret dari Timnas Indonesia U-19 itu tidak patah semangat dan harus meyakini kesempatan akan kembali datang, terutama selagi masih memiliki kualitas yang bagus dan bisa memperbaiki diri ke depannya.

“Kalau teknis, sepanjang pemain itu punya skill bagus, pasti akan dipanggil lagi. Menurut saya, ini cuma soal penerapan disiplin saja, agar pemain juga tidak seenaknya,” tegasnya. (net/smr)

 

Sejumlah pemain asing yang meninggalkan Klub Liga 1 Indonesia 2020:

1.Petteri Pennanen (Tira-Persikabo).

2. Jonathan Bauman (Arema FC).

  1. Oh In-kyun (Arema FC).
  2. Rafinha (Persela Lamongan).
  3. Sylvano Comvalius (Persipura Jayapura).
  4. Mateo Bustos (Persita Tangerang).
  5. Ante Bakmaz (Persik Kediri).
  6. Nikola Asceric (Persik Kediri). 0 son

 

sumber: beritabatavia.com di WA Group Guyub PWI Jaya

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *