Oleh Fadlan Fahamsyah *
semarak.co-Jangan pernah berkata: “tapi anakku bukanlah anak yang cerdas atau jenius, bagaimana ia bisa menghapal Qur’an??….”
Yang dibutuhkan anakmu bukanlah kecerdasan dan kejeniusan, tapi yang dia butuhkan adalah pengorbananmu untuk menemani, mengajari dan membimbingnya untuk menghapalkannya. Kecerdasan bukanlah sebuah syarat untuk menjadi penghapal al-Qur’an…
Rabb kita pemilik al-Qur’an sendiri berkata:
وَلَقَدْ يَسَّرْنَا الْقُرْآنَ لِلذِّكْرِ فَهَلْ مِنْ مُدَّكِرٍ
“Dan sesungguhnya telah Kami mudahkan Alquran untuk diingat (dijadikan pelajaran), maka adakah orang yang mengambil pelajaran?” (QS. Al-Qamar: 17).
Allah mengulang2 ayat di atas 4 kali dalam surat yang sama….seakan Allah pemilik qur’an ingin menegaskan bahwa masih banyak harapan bagi anakmu untuk menghapalkannya. Rasulullah menuturkan pahala orang tua yang menjadikan anaknya penghapal al-Qur’an:
مَنْ قَرَأَ الْقُرْآنَ وَتَعَلَّمَهُ وَعَمِلَ بِهِ أُلْبِسَ يَوْمَ الْقِيَامَةِ تَاجًا مِنْ نُورٍ ضَوْؤُهُ مِثْلُ ضَوْءِ الشَّمْسِ وَيُكْسَى وَالِدَيْهِ حُلَّتَانِ لاَ تُقَوَّمُ بِهِمَا الدُّنْيَا فَيَقُولَانِ: بِمَا كُسِيْنَا هَذَا؟ فَيُقَالُ: بِأَخْذِ وَلَدِكُمَا الْقُرْآنَ
“Barangsiapa yang membaca Al-Qur`an, mempelajarinya dan mengamalkannya kelak pada hari kiamat dikenakan mahkota dari cahaya yang sinar kemilaunya seperti cahaya matahari. Dan (bagi) kedua orangtuanya masing-masing dikenakan pula dua pakaian yang tak bisa dinilai dengan dunia. Maka kedua orangtuany\a bertanya: ‘Lantaran apa kami dipakaikan (yang seperti) ini?’ Maka dijawab: ‘Karena anak kalian berdua belajar dan menghapal Al-Qur`an’.”
(Mustadrak Al-Hakim, 1/568. Lihat Ash-Shahihah no. 2914)
Semoga menginspirasi
Waktu Kita Terbatas
Kesalahan terbesar kita adalah bahwa seringkali kita mengira bahwa kita “memiliki banyak waktu”
“Esoklah, aku shalat”, ujarnya.
Lalu esoknya dia dishalatkan.
(Naudzubillah)
Kita selalu bilang nanti saja aku shalat,
nanti saja aku tutup aurat,
nanti saja aku taubat,
nanti saja aku ngaji,
nanti, nanti dan nanti..
Padahal kita sangat tahu bahwa kematian bisa datang kapan saja, dan kematian adalah suatu kepastian bagi seluruh makhluk yang bernyawa.
Dengan firman Allah,
“Setiap yang bernyawa akan merasakan mati. Kemudian hanya kepada Kami kamu dikembalikan.”
(QS.al-‘Ankabût/29:57)
Sungguh dari kematian kita belajar bahwa hidup di dunia hanya sementara.
“Dan kehidupan dunia ini hanya senda gurau dan permainan. Dan sesungguhnya negeri akhirat itulah kehidupan yang sebenarnya, sekiranya mereka mengetahui.”
(QS. Al-‘Ankabut/29: 64)
Maka beramallah..
Karena sungguh hakikat pembalasan itu di akhirat.
Pikiran kebanyakan anak muda di akhir zaman seperti ini …
Hidup tanpa tujuan dan cita-cita
Hidup hanya ingin bergaul
Hidup hanya ingin mencari pacar
Hidup hanya ingin memuaskan diri
Hidup hanya ingin memamerkan kekayaan
Dikira hidupnya masih panjang.
Jangan lupa waktu muda kita akan ditanya. Dari Abu Barzah Al-Aslami, Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda,
“Kedua kaki seorang hamba tidaklah beranjak pada hari kiamat hingga ia ditanya mengenai: (1) umurnya di manakah ia habiskan,
(2) ilmunya di manakah ia amalkan,
(3) hartanya bagaimana ia peroleh dan
(4) di mana ia infakkan dan
(5) mengenai tubuhnya di manakah usangnya.”
(HR. Tirmidzi no. 2417, dari Abi Barzah Al Aslami. Syaikh Al Albani mengatakan bahwa hadits ini shahih)
sumber: WAGroup ANIES FOR PRESIDEN 2024 (post Rabu 21/7/2021/adeaminah)