Bank BRI Kembali Turunkan Suku Bunga Kredit, Simak Rinciannya!

Dirut BRI Sunarso. foto: internet

Pada pertengahan Februari 2020 kemarin Bank Indonesia (BI) kembali menurunkan suku bunga BI -7 Day Reverse Repo Rate sebesar 25 bps menjadi 3,5%. Penurunan suku bunga acuan itu juga diikuti perbankan dengan menurunkan suku bunga pinjamannya. Salah satu yang ikut menurunkan suku bunganya dengan signifikan adalah Bank BRI.

semarak.co-Bank BRI kembali menurunkan Suku Bunga Dasar Kredit (SBDK) mulai 28 Februari 2021 kemarin untuk seluruh segmen (Korporasi, Ritel, Mikro, KPR dan non-KPR) dengan penurunan yang signifikan atau sebesar 150 bps – 325 bps.

Bacaan Lainnya

Penurunan SBDK terbesar diberikan pada kredit konsumer nonKPR (kredit pemilikan rumah) sebesar 3,25%. Dengan penurunan ini, SBDK nonKPR berubah dari semula 12% menjadi 8,75%.

Selain itu, BRI juga menurunkan SBDK KPR sebesar 2,65%, dari 9,90% menjadi 7,25%. Penurunan SBDK juga dilakukan untuk segmen mikro sebesar 2,5 persen. Perubahan ini membuat SBDK mikro turun dari 16,50% menjadi 14%.

Pada kredit segmen korporasi dan ritel, BRI melakukan penurunan SBDK masing-masing sebesar 1,95% dan 1,5%. Dengan demikian saat ini, SBDK korporasi berubah dari 9,95 persen menjadi 8 persen. Kemudian, SBDK segmen ritel berkurang dari 9,75% menjadi 8,25%.

Penurunan suku bunga kredit oleh BRI tersebut dilakukan untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional. Sebelumnya, sepanjang tahun 2020 lalu BRI telah menurunkan suku bunganya sebesar 75 bps–150 bps bahkan khusus untuk restrukturisasi keringanan suku bunga, BRI menurunkan antara 300 bps–500 bps.

Direktur Utama Bank BRI Sunarso mengatakan, kebijakan penurunan suku bunga kredit yang dilakukan BRI ini merupakan bagian dari upaya untuk mendukung percepatan pemulihan ekonomi nasional, seiring berlanjutnya tren penurunan suku bunga acuan oleh Bank Indonesia.

Selain karena tren suku bunga acuan yang terus menurun, penurunan suku bunga kredit BRI dilakukan karena menurunnya beban biaya dana (cost of fund) dan meningkatnya level efisiensi perbankan yang disebabkan berbagai inisiatif digital yang terus dilakukan.

“Meski telah menurun tetapi perubahan suku bunga kredit bukan menjadi satu-satunya variabel penentu besar/kecilnya permintaan pembiayaan,” ujar Sunarso dalam rilis humas Bank BRI, Selasa (2/3/2021).

Berdasarkan analisa ekonometrika, lanjut Sunarso, variabel paling sensitif atau elastisitasnya paling tinggi terhadap pertumbuhan kredit adalah tingkat konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat.

Melalui langkah ini, BRI terus menunjukkan komitmennya untuk terus menjadi mitra strategis pemerintah dalam kaitannya mendukung penyaluran berbagai stimulus Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN).

“Langkah tersebut diharapkan dapat meningkatkan konsumsi rumah tangga dan daya beli masyarakat. Peningkatan dua hal ini akan berujung pada naiknya permintaan kredit dan membaiknya pertumbuhan ekonomi nasional,” pungkasnya. (smr)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *