Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Pratikno menegaskan bahwa pembangunan sumber daya manusia tidak bisa dilepaskan dari penanganan stunting dan penguatan kemampuan berpikir kritis sejak dini.
Semarak.co-Hal itu disampaikan Menko PMK Pratikno dalam Konferensi Pendidikan Indonesia 2025 di Auditorium Dinas Pendidikan Provinsi Jakarta, Kamis (15/5/2025).
“Sektor pendidikan harus terus kita tingkatkan, tetapi modalitas yang tidak kalah penting adalah tidak boleh ada anak yang stunting. Itu satu standing point yang penting, karena kalau sudah stunting, itu artinya modalitasnya sangat terbatas untuk bisa di-upgrade,” ujar Menko PMK dalam sambutan.
Menko PMK Pratikno menjelaskan, penurunan angka stunting merupakan bagian dari strategi jangka panjang dalam membangun generasi yang berkualitas. Edukasi kepada remaja dan calon orang tua, menurutnya, perlu menjadi bagian dari kurikulum dan program pendidikan.
Selain isu kesehatan, Menko PMK juga menyoroti tantangan yang dihadapi dunia pendidikan akibat disrupsi teknologi, khususnya perkembangan kecerdasan buatan (AI) yang berdampak pada pola interaksi dan pembentukan nalar anak.
“Teknologi harus diimbangi dengan penguatan kemampuan berpikir kritis. Bayangkan kalau anak-anak dari kecil sudah terekspos dengan bertanya sesuatu yang jawab Artificial Intellegence atau AI,” papar Pratikno dirilis humas PMK usai acara melalui WAGroup Media PMK, Jumat malam (16/5/2025).
Dilanjutkan dia, maka nalar anak bisa tidak berkembang dengan baik. Maka, fondasi paling pertama untuk pendidikan dasar adalah critical thinking. Agar bisa bersikap bijak terhadap informasi yang tanpa batas. Kemampuan berpikir kritis harus disertai sikap bijak dalam menggunakan teknologi, termasuk AI.
Menurutnya, teknologi bisa sangat membantu jika dimanfaatkan dengan cerdas, tetapi juga dapat menimbulkan tantangan serius jika digunakan tanpa kendali. Cerdas berteknologi itu perlu, tapi bijak itu wajib.
“Menggunakan teknologi juga harus disertai kemampuan untuk melakukan verifikasi dan cross-check terhadap informasi. Di situ pentingnya literasi digital dan etika berteknologi. Indonesia membutuhkan generasi yang tidak hanya unggul secara akademis, tetapi juga sehat secara fisik, mental, dan moral,” ujarnya.
Selain itu, lanjut dia, generasi masa depan harus memiliki daya juang tinggi di tengah tantangan zaman yang terus berubah cepat. Sehat secara mental itu penting. Sehat secara moral itu sangat penting, wajib. Jangan menjadi orang yang cerdas tetapi tidak sehat.
“Dan yang penting berikutnya adalah menjadi pembelajar. Menjadi pembelajar jauh lebih penting ketimbang menguasai satu pengetahuan, karena dunia cepat sekali berubah,” ujar Menko PMK Pratikno menutup.
Turut hadir sebagai narasumber dalam konferensi ini Menteri Komunikasi dan Digital Meutya Hafid serta Wakil Menteri Pendidikan Dasar dan Menengah Fajar Riza Ul Haq. Acara ini dihadiri oleh berbagai pimpinan daerah, pendidik, dan pemerhati pendidikan dari seluruh Indonesia. (smr)