Opini:
Prof. Dr. H. M. Din Syamsuddin, MA
(Ketua Dewan Pertimbangan MUI dan Mantan Ketua Umum PP Muhammadyah)
Kiprahnya selama memimpin DKI Jakarta tidak sepi dari kelemahan-kelemahan mendasar. Dia sangat patut diduga melakukan korupsi dalam kasus RS Sumber Waras dan Reklamasi Pulau-pulau di Teluk Jakarta. Namun KPK tidak berdaya menyeretnya seperti menyeret para tersangka yang diduga menerima suap dalam jumlah kecil sekalipun.
Sepertinya ada kekuatan besar yang membelanya, dan pihak pemangku amanat dan penentu kebijakan seperti tidak berdaya bekerja dengan hati nurani. Begitu pula rasio saya menyimpulkan dia bukanlah pemimpin mumpuni, apalagi bekerja utk rakyat kecil. Dia lebih bekerja untuk para pengusaha besar (Reklamasi Teluk Jakarta untuk siapa…?).
Prestasinya memimpin Jakarta selama ini lebih karena opini yang dibangun media-media pendukungnya yang tidak menampilkan keburukan-keburukannya. Apa yang dianggap sebagai keberhasilan Ahok sesungguhnya sudah dimulai sejak masa Gubernur Joko Widodo, bahkan Gubernur Fauzi Wibowo dan Sutiyoso.
Debut Ahok yang loncat-loncat dari partai yang satu ke partai lain menunjukkan ambisi kekuasaan yang sangat oportunistik. Bahwa dia melupakan partai atau orang yang berjasa mendukungnya juga merupakan perilaku tidak etis dari seorang pemimpin.
Bagi saya, Ahok adalah problem maker, bukan problem solver. Takdir Allah yang memelesetkannya dengan ujaran kebencian di Pulau Seribu yang kemudian mendorong reaksi besar adalah tanda bahwa Kekuasaan dan Keadilan Ilahi sedang menempuh jalannya.
Kepada Kaum Beriman atau Umat Beragama jangan abaikan itu. Kita semua harus bersama-sama tergerak untuk menyelamatkan bangsa ini dari ketersanderaan dan perpecahan. (dikutip dari Grup WA/lin)
Salam
Merdeka!!!