Catatan: Arief Gunawan, Wartawan Senior
semarak.co -PRESIDENTIAL treshold (PT) hasil oligarki para petualang partai politik hari ini semakin terbukti menghancurkan nasib ratusan juta rakyat Indonesia yang menginginkan perubahan yang lebih baik.
Ambruknya perekonomian nasional, terbelahnya masyarakat akibat kasus penistaan agama yang dilakukan Ahok, ketidakadilan di bidang hukum, diserobotnya lapangan kerja oleh TKA Komunis China, kian berantakannya pendidikan nasional, melonjaknya harga-harga kebutuhan, hingga pandemik Corona yang terlambat direspon karena sungkan sama Tiongkok, adalah sedikit contoh dari sekian banyak kerusakan yang berkorelasi dengan Presidensial Treshold.
Ambang batas perolehan suara 25 % dalam pemilihan presiden ternyata hanya menghasilkan penguasa yang berlagak memimpin, dengan segala kepalsuan, tipu daya, dan kepentingan bisnis para taipan. Menutup pintu bagi figur berkompeten, having integrity, dan berciri problem solver, yang sesungguhnya dibutuhkan oleh mayoritas rakyat negeri ini.
Momentum multikrisis yang lagi berduet dengan virus Corona kini disikapi secara salah omong dan salah tingkah, self denial, banyak ngawur. Tidak malah melahirkan sosok kepemimpinan yang didengarkan oleh rakyat, karena memang tiada wibawa, less-knowledge, licik, penuh sandiwara, and piara buzzers busuk sebagai andelan.
Pemimpin sejati lahir di masa sulit dan kehadirannya dibutuhkan.
Sukarno dalam kapasitasnya sebagai Pemimpin Rakyat diminta bacakan proklamasi.
Waktu ia mengajak para anggota Badan Persiapan Kemerdekaan tandatangani naskah proklamasi supaya mirip Declaration Of Independence-nya Amerika, semua sepakat tak perlu. Cukup Sukarno-Hatta atas nama bangsa Indonesia.
Para pemimpin besar dunia umumnya muncul pada masa krisis, Franklin Delano Roosevelt, Mahathir, Duterte, dan banyak lagi…
Kosmologi Jawa percaya Ratu Adil, Satrio Piningit datang pada masa Pralaya (kehancuran). Masa sulit yang ditandai oleh berbagai krisis dan fenomena. Ia tampil di muka untuk menyuarakan kebenaran dan memberikan solusi.
Sedang penguasa lancung yang berlagak memimpin, tatkala badai-krisis lari bersembunyi di balik kekuasaan, bagaikan katak nyemplung ke dalam kolam.
Badai krisis hari ini sesungguhnya sedang memanggil sosok pemimpin sejati yang selama ini diakui rakyat sebagai penyuara dan pembela kebenaran. ***
20 Maret 2020
sumber: WA Group FSU (Forum Sandi Uno) post (Sabtu 21/3/2020)