Arab Saudi, UEA, Israel, dan Indonesia

KH Dr Muhyiddin Junaidi. Foto: djakartatoday.com

Oleh KH Dr Muhyiddin Junaidi *

semarak.co-Peta Grand Zionis Raya sudah ada sejak 1947 dengan arsitek utama tokoh Zionis, Theodore Hetzzle. Asosiasi Yahudi Dunia memang sangat licik dalam menggarap proyek besar tersebut.

Bacaan Lainnya

Adapun issue yg paling seksi dan mudah di terima Liga Arab terutama Arab Saudi adalah ekspansionisme Syiah Iran. Blue print jahat Zionis tentu harus di support AS sebagai sekutu utamanya. Di Iraq, meski rencana mereka berhasil tapi tak mampu mengeluarkan Aliansi Iran dari negara tersebut.

Presiden Saddam Husain yg berhasil mempengaruhi Liga Arab untuk menyerang Iran dalam perang Iraq-Iran selama 8 tahun (1980-1988) ternyata rapuh dan tergoda juga dengan rayuan Zionis untuk menganeksasi Kuwait.

Sangat disayangkan, Arab Saudi musuh bebuyutan Iran, selalu berlindung di bawah ketiak AS yg kalah strategi melawan Iran. Kini Israel berinisiasi untuk membangun aliansi Arab-Israel melawan Iran, dimana Liga Arab ditakut takuti AS dan Israel tentang bahaya senjata Nuklir Iran.

Padahal diwaktu yg sama, Israel sudah stockfile ratusan peluru kendali dengan Nuclear War Head tanpa digubris PBB atau IAEA. Terdapat dua Pangeran Teluk yg sangat berbahaya bagi Bangsa Arab yakni Mohammad Bin Salman (MBS) dari Arab Saudi dan Mohammad Bin Zaed (MBZ) dari Uni Emirate Arab (UEA).

Keduanya punya ambisi besar memiliki kekuatan Nuklir dengan bantuan Pakistan. Bahkan sejoli itu semakin akrab dengan pembangunan Proyek NEOM, kota masa depan di pantai barat Arab Saudi dengan modal USD 500 Miliar.

Arsitek utamanya adalah Zionis Israel yg berambisi mencabut Akar Islam dari Dunia Arab dgn menjual World Tourism Fantacy. Jika berhasil maka sekularisasi akan berjalan lancar. Semoga itu hanya mimpi bolong di siang hari.

Saat ini Indonesia terus dipantau oleh Radar Zionis dengan bujukan agar bersedia menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, supaya bisa berperan aktif dalam Proses Perdamaian Arab – Israel, sedangkan UEA dan Arab Saudi dijadikan perantaranya.

UEA sudah menjanjikan loan USD 20 miliar ke Jakarta untuk dijadikan modal pemindahan Capital City ke Kaltim. Bahkan secara personal, Masjid Syekh Zaed di Kota Solo sudah mulai dibangun dengan bantuan UEA sebesar Rp 500 Miliar.

Jika nantinya pertahanan Jakarta jebol, maka banyak negara lain yg akan ikut langkah Indonesia dengan menormalisasi hubungan diplomatik dengan Israel. Sesungguhnya itu bagian dari strategy yg dilakukan mitra Yahudi dari negara Arab.

Apalagi Liga Arab sudah kehilangan peran Leadershipnya. List Negara Muslim dan imbalannya usai melakukan normalization. Seperti beberapa Negara Arab dan Afrika yg menjalin hubungan diplomatik dengan Israel, maka kompensasinya:

1.Jordania- Supply air dan hak managemen Masjid Al Aqsa.

  1. Mesir- Pengembalian Suez Canal dan Sinai Paninsula.

3.Marocco- Pengakuan AS atas Sahara Barat yg dipersengketakan dgn Aljazair.

4.Sudan – pencoretan Sudan dari daftar negara sponsor teroris.

5.Kosovo – Pengakuan resmi AS dan dunia international atas kemerdekaannya dari Serbia.

6.Kuwait dan UEA, dapat business opportunity serta kontrak jual beli senjata dunia.

Fakta ini menunjukan bahwa Negara Islam yg punya hubungan diplomatik dengan Israel, tak bisa berbuat banyak sebab mereka tersandera oleh Israel dan sekutu Baratnya.

*) penulis adalah Wakil Ketua Dewan Pertimbangan MUI Pusat

 

sumber: djakartatoday.com/2021/03/22 di WAGroup Baznas Media Center (BMC)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *