Apakah Anies Baswedan Akan seperti Adnan Menderes?

Mantan Gubernur DKI Jakarta sekaligus capres usungan Parta NasDem Anies Baswedan (tengah atau ketiga dari kiri baris depan), didampingi Ketua MUI DKI Jakarta KH Munahar Muchtar (kedua dari kanan) saat menghadiri deklarasi Anies For Presiden 2022 dari Barisan Pecinta dan Relawan Anies Baswedan (Baperan) di Fave Hotel Cililitan, Jakarta Timur, Minggu (11/12/2022). Belakangan diketahui, Munahar hadir di lokasi tersebut sebagai Ketua Dewan Pembina Baperan. Foto: tribunJakarta.com

Oleh Ust Fathuddin Ja’far *

semarak.co-Nama aslinya Ali Adnan Ertekin Menderes. Ia seorang negarawan Turki dan Pemimpin pertama Turki yang dipilih secara demokratis dalam sejarah Turki. Ia juga seorang kader Mustafa Kemal yang menghancurkan Khilafah Utsmaniyah.

Bacaan Lainnya

Ia bukan lahir dan besar di kalangan keluarga aktivis Muslim seperti pemimpin besar Islam Turki Necmettin /Najmuddin Erbakan (rahimahullah) dan Recep Thayib Erdogan, Presiden Turki sekarang. Kendati demikian, ia seorang Muslim berakal sehat dan memiliki tekad kuat memperbaiki nasib Turki dan umat Islam yang porak poranda oleh Mustafa Kemal melalui politik penghancuran Islam dengan program sekularisasinya sejak tahun 1924.

Dengan menjatuhkan sistem khilafah dan menggantinya dengan sistem sekularis ala Eropa dengan tangan besinya, Mustafa Kemal adalah dalang utama kehancuran Turki dan dunia Islam lainnya dalam segala lini kehidupan. Akhirnya ia mati sangat mengenaskan dan menakutkan.

Berdasarkan keprihatinan mendalam, Adnan Menderes keluar dari Partai Rakyat Republik yang didirikan Mustafa Kemal (yang berhasil menghancurkan Turki dalam segala sektor kehidupan) dan mendirikan Partai Demokrat pada tahun 1946.

Pada Pemilu 1950, qadarullah, partai besutan Adnan Menderes memenangkan Pemilu sehingga ia menjabat sebagai Perdana Menteri Turki pertama secara demokratis. Tak ayal lagi, pemerintahan Adnan Menderes digoyang terus oleh kelompok sekular, sejak sipil sampai militer.

Sejak Adnan Menderes memegang pucuk pemerintahan Turki 29 Mei 1950 sampai 27 Mei 1960 tidak kurang empat kali Pemilu. Semuanya dimenangkan Partai Demokrat pimpinan Adnan Menderes. Akhirnya kaum sekular militer kehilangan akal dan memutuskan mengkudeta Adnan Menderes tahun 1960 dan menjatuhkan hukuman gantung padanya tanggal 17 September 1961.

Alasan kelompok militer sekular yang saat itu masih menganut ideologi sekularisme ala Barat bahwa Adnan Menderes akan mengembalikan sistem Khilafah yang pernah tegak di atas bumi Turki dan negeri-negeri Islam lainnya lebih dari 5 abad.

Pertanyaan Mendasar,

Ada pertanyaan mendasar terkait rahasia kemenangan gemilang Adnan Menderes di tengah masyarakat dan pemerintahan sekular Turki yang sudah berjalan sekitar 37 tahun dengan tangan besi itu? Padahal semua institusi negara dan ormas sudah dikuasai menjadi sekular.

Bahkan militer telah menjadi backbone sekularisme yang siap menghabisi setiap yang berseberangan pemikiran dengan mereka. Adnan Menderes adalah salah satu bukti korban keganasan kelompok sekular Turki, kendati ia pertama kali pemimpin Turki yang terpilih secara demokratis melalui mekanisme Pemilu.

Jika dianalisa apa rahasia kemenangan gemilang Adnan Menderes di tengah dominasi kaum sekular (sipil & militer) yang mendapat dukungan tak terbatas dari negara-negara Barat sehingga ia dapat memimpin Turki dengan baik dan berhasil selama 10 tahun (1950-1955) sampai dikudeta 1960 dan dihukum gantung 1961.

Di antaranya:

1. Adnan Menderes terkenal cerdas dan menonjol dalam dunia pendidikan serta besar dalam keluarga berpendidikan, sehingga Mustafa Kemal saat bertemu pertama kali sangat tertarik padanya dan merekrutnya menjadi kader petinggi partainya yakni Partai Rakyat Republik.

2. Adnan Menderes sangat berani dan urat saraf takutnya sudah tidak ada. Hal itu disebabkan sangat kuatnya iman Beliau kepada Takdir Allah. Ia menyadari betul suatu saat nyawanya akan terancam oleh kaum sekular.

Sebab itu saat diputuskan hukuman gantung di pengadilan, ia menjawab dengan gagah perkasa: Silahkan gantung Adnan Menderes, nanti akan Allah lahirkan 1.000 Adnan Menderes lainnya. Begitu sahutnya penuh percaya dan bahagia.

3. Adnan Menderes memiliki keikhlasan dalam beramal dan berjuang. Amal dan perjuangannya ia tujukan hanya untuk Allah dan kebahagiaan akhiratnya (masuk Syurga), bukan pujian manusia, apalagi karena mencari kekayaan 7 keturunan. Sebab itu, ia bangga dihukum gantung karena alasan yang bukan kesalahannya seperti, korupsi, penyalahgunaan kekuasaan dan sebagainya.

4. Adnan Menderes mencintai agama, umat dan negerinya melebihi cinta pada diri, anak, istri dan keluarganya. Saat ada peluang lolos dari tiang gantung asal mau mengakui kesalahan-kesalahan yang diada-adakan rezim militer saat itu, ia tidak gunakan.

Alasannya jelas, ia ingin buktikan pada agama, umat dan negerinya keberaniannya berkorban, kendati dengan nyawa sekalipun. Akhirnya, nama Beliau sekarang sangat harum di tengah masyarakat Turki yang paham sejarah. Sampai nama airport kota terbesar ke 3 di Turki, Izmir diberi nama dengan Bandara Internasional Adnan Menderes.

5. Program dan janji yang diangkat Adnan Menderes saat kampanye pemilu sangat sederhana, tidak muluk-muluk seperti di negeri ini. Program dan janji kampanye ia realisasikan 100%.

Ini menunjukkan Adnan Menderes memahami kebutuhan rakyatnya dan amanah dalam memikul tanggungjawab kepemimpinan. Di antara program dan janji politik Adnan Menderes saat kampanye pertama kali dalam Pemilu tahun 50 ialah:

1. Mengembalikan Adzan dengan bahasa Arab (sebelumnya diubah Kemal Ataturk menjadi bahasa Turki). Dituliskan dalam sejarah Turki moderen, saat Adnan Menderes memenuhi janjinya terkait adzan dikembalikan berbahasa Arab, jutaan masyarakat Turki di seantero negeri serentak sujud syukur di semua tempat; di jalanan, di pasar dan di mana saja mereka berada.

2. Memperbolehkan ibadah haji, karena selama 37 tahun dilarang Mustafa Kemal.

3. Memperbolehkan melakukan pengajaran agama Islam di sekolah-sekolah yang sebelumnya dilarang selama 37 tahun.

4. Membuka sekolah Imam Khatib yang dibubarkan Mustafa Kemal sejak ia berkuasa. Presiden Erdogan sekarang adalah alumni salah satu sekolah Imam dan Khatib tersebut.

5. Menghapus UU yang melarang muslimah untuk berjilbab yang sudah diterapkan selama 37 tahun.

Nah! Lalu bagaimana dengan Anies Baswedan? Kami melihat ada beberapa kesamaan Beliau dengan Adnan Menderes. Di antaranya :

1. Kesamaan kepribadian dan karakter seperti, cerdas, memiliki visi dan misi yang jelas, berani menghadapi resiko apapun, (semoga siap mati demi perjuangan agama, umat dan negeri, seperti yang dimiliki Allah Yarham Adnan Menderes).

2. Kesamaan situasi dan kondisi negeri saat Beliau mencalonkan/dicalonkan menjadi Pemimpin tertinggi negeri seperti, kelompok sekularisme menguasai negeri sejak puluhan tahun, dukungan penuh asing terhadap mereka, kondisi ekonomi yang carut marut, dominasi Asing/Aseng atas ekonomi, politik, hukum, pendidikan dan lainnya.

Selanjutnya islamophobia dan tekanan pada umat Islam yang sedang di puncaknya, kerinduan kebanyakan umat Islam terhadap tegaknya syariat Islam di tengah keterpurukan mereka di hampir semua sektor kehidupan dan lain sebagainya.

3. Memahami dengan baik situasi dan kondisi negeri dan masyarakat yang sedang terjadi. Dengan demikian, pasti solusi yang ditawarkan adalah yang mendasar dan membumi sesuai dengan kondisi yang dihadapi.

3. Baik Adnan Menderes maupun Anies Baswedan sama-sama Muslim yang hidup, berpolitik di negeri mayoritas Muslim dan prihatin terhadap nasib mayoritas saudaranya di negeri mereka sendiri.

Adapun sisi perbedaannya ialah, Adnan Menderes memiliki kepastian politik karena memiliki partai sendiri yaitu Partai Demokrat, tidak terikat dengan ikatan threshold kendati partainya baru dan hidup di zaman tirani kaum sekular.

Sedangkan Anies Baswedan tergantung kepada partai orang lain. Apalagi partai utama pendukungnya, NasDem masih harus berkoalisi dengan dua partai lain agar lolos dari jeratan maut setan politik yang bernama presidential threshold. Lalu apa solusinya agar Anies Baswedan lolos dicalonkan menjadi Capres tahun 2024?

Karena Anies Baswedan sudah nyata mendapatkan dukungan yang tinggi dari rakyat lintas suku dan masyarakat (versi kasat mata dan tidak berdasarkan lembaga survey), maka menurut hemat penulis solusinya adalah sebagai berikut:

1. Partai pendukung pertama (NasDem) wajib memberikan jaminan kepada kedua partai yang diajak berkoalisi (PKS dan Demokrat) dan juga masyarakat luas bahwa niatnya adalah tulus untuk menyelamatkan kapal negeri yang sudah karam separuh badannya.

Karena semua juga tau bahwa selama Jokowi menjadi Presiden, NasDem adalah bagian dari politik dan ekonomi oligarki. Artinya, NasDem harus benar-benar bertaubat dengan taubatan nashuha agar mendapat kepercayaan penuh dan dijamin tidak ada dusta di antara mereka.

Apalagi NasDem dipimpin seorang anak Aceh yang terkenal berwibawa dan konsisten dengan agamanya. Dulu tersebutlah Soekarno datang menghadap seorang pemimpin besar Aceh bernama Daud Beureueh meminta agar sang ulama kharismatik itu tidak membawa Aceh berpisah dengan NKRI sambil mengeluarkan air mata buayanya.

Eh tidak lama setelah itu, Soekarno mengundang Beliau ke Jakarta. Ternyata untuk dipenjarakan alias tahanan rumah sampai wafat. Semoga pak Surya Paloh tidak meniru cerita Soekarno itu. Nanti bisa kualat, kata sebagian masyarakat kita.

2. Kedua partai yang diajak berkoalisi (PKS dan Partai Demokrat) jangan sampai mengajukan syarat koalisi dengan sesuatu yang paling berat/mustahil seperti kursi Wapres karena masyarakat juga tau masih ada Cawapres dari luar kedua partai tersebut yang mungkin lebih qualified demi kepentingan negeri dan negara yang lebih baik dan lebih besar berjangka panjang.

Lalu, bagaimana jika Anies Baswedan gagal dicalonkan menjadi Capres tahun 2024 yang akan datang? Apapun sebabnya, khususnya karena ketiga partai tersebut tidak mendapatkan kesepakatan antara mereka dan masing-masing mencari tempat berlabuh sendiri-sendiri. Semoga tidak terjadi. Jika terjadi, menurut hemat penulis, bahwa ini adalah musibah besar ke 3 dalam sejarah perpolitikan Indonesia, khususnya bagi umat Islam.

Pertama, saat pencabutan Piagam Jakarta. Ini musibah besar yang ekses negatifnya dirasakan sampai hari ini dalam berbagai lapangan kehidupan umat sehingga umat ini sulit sekali bersatu, bangkit dan maju.

Kedua, saat Presiden Habibie yang menggantikan Soeharto akibat people power 1998 ditolak pertanggung jawabannya sehingga ia tidak berhak lagi mencalonkan diri jadi Presiden berikutnya. Padahal kemampuannya sebagai Presiden, khususnya dalam masalah ekonomi tidak ada yang bisa menyamainya sampai saat ini, apalagi melebihinya (Allah Yarhamuh). Akibatnya, sampai hari ini ekonomi negeri ini semakin tenggelam.

Alhamdulillah penulis pernah berjumpa langsung dengan Beliau saat menjadi Wapres sambil menanyakan apa yang akan Beliau lakukan jika ditakdirkan Allah menjadi Presiden. Alhamdulillah jawaban Beliau waktu itu sangat tegas, cerdas dan meyakinkan.

Ketiga, jika Anies nanti tidak lolos sebagai Capres 2024, khususnya karena ulah tiga Partai tersebut, maka itu jelas sekali musibah besar yang ke 3 dalam sejarah politik Indonesia, khususnya umat Islam yang akan berimplikasi kepada kemunduran politik Indonesia, khususnya umat Islam 25 tahun ke belakang.

Alasannya ialah:

1. Sekarang saatnya menghentikan oligarki politik dan bisnis yang berhaluan komunis-kapitalis. Ini masalah yang sangat serius. Jika tidak dihentikan sekarang/2024, rakyat Indonesia, khususnya umat Islam akan mengalami set back mungkin 20 – 30 tahun kebelakang. Bila hal ini terjadi tentu rakyat, khususnya kaum Muslimin akan mengalami situasi dan kondisi yang amat sulit 20 – 30 tahun ke depan.

2. Kondisi Indonesia saat Anies Baswedan dicalonkan menjadi Capres mirip dengan kondisi saat Adnan Menderes mencalonkan diri menjadi Perdana Menteri Turki. Kalau Adnan Menderes tidak berhasil menjadi Pemimpin saat itu, mungkin Turki tidak akan maju seperti sekarang ini.

Dengan terpilihnya Adnan Menderes menjadi pemimpin yang kuat dan amanah, maka secara langsung berhasil memukul mundur kaum sekular yang militeristik, khususnya terhadap umat Islam dan sekaligus menanamkan kepercayaan diri mayoritas umat Islam saat itu untuk berjuang berdasarkan nilai-nilai Islam.

Sejak itu terbukti nilai-nilai Islam itu jauh lebih unggul dalam membangun negeri yang maju dibanding sekularisme yang hanya menyebabkan mala petaka dan kehancuran negara, negeri dan rakyat serta melanggengkan penjajahan Eropa atas negeri.

3. Melihat track record yang ada selama era reformasi yang sudah berusia 24 tahun, hanya Anies Baswedan yang memiliki kualifikasi pemimpin yang berani dan mampu mengehentikan program-program oligarki politik-ekonomi-kapitalis-komunis dan pada waktu yang sama menciptakan program-program alternatif yang berpihak kepada rakyat secara langsung seperti yang dibuktikannya selama 5 tahun belakangan memimpin DKI.

4. Berdasarkan kondisi ril masyarakat, khususnya umat Islam saat ini, maka yang dibutuhkan adalah seorang Pemimpin negara yang takut pada Allah dan menyayangi rakyat/masyarakat, sehingga kebijakan politik, ekonomi dan pembangunannya benar-benar berpihak kepada rakyat. Karena rakyat Indonesia mayoritasnya adalah Muslim, maka pasti umat Islam mendapat keuntungan yang paling besar.

Di samping itu, pemimpin yang dibutuhkan sekarang adalah yang juga mampu melawan/tidak tunduk kepada keinginan-keinginan asing dan aseng, baik persoalan politik, ekonomi dan keumatan, seperti gerakan islamophobia, penghancuran masyarakat Muslim dengan berkedok HAM.

Seperti LGBT, moderasi beragama dan lain-lain yang dilancarkan AS dan Eropa dan yang berkedok ekonomi pembangunan dan hutang, seperti berhutang ke Cina untuk menghidupkan kembali paham komunisme yang sudah usang dan mati melalui penguasaan aset-aset besar dan strategis.

Memang harus diakui bahwa kepemimpinan Anies Baswedan, semoga Allah takdirkan, tidak akan serta merta Indonesia akan menjadi seperti Turki atau Qatar yang mampu berdiri sejajar dengan negara-negara Eropa kolonialis dan tidak bisa didikte. Bahkan sebaliknya mampu memainkan peran dalam memperjuangkan nilai-nilai Islam secara global seperti yang diperlihatkan Qatar dalam ajang piala dunia 2022 ini.

Apa yang dilakukan Turki dan Qatar 10 tahun belakangan benar-benar sebuah perlawanan terhadap hegemoni Barat dalam berbagai sektor kehidupan masyarakat Muslim dengan berbagai cara, wabil khusus menghadapi gerakan islamophobia, moderasi beragama, LGBT dan sebagainya.

Untuk sampai seperti Turki dan Qatar, umat Islam Indonesia masih perlu waktu satu atau dua generasi lagi jika Anies Baswedan bisa dilantik menjadi Presiden RI ke 7 tahun 2024 yang akan datang, in syaa Allah. Sebab itu, penulis sarankan PKS dan Demokrat segeralah berkoalisi dengan NasDem dengan persyaratan-persyaratan yang realistis.

Adalah sangat bijak jika mundur selangkah untuk maju 10 langkah ke depan. Sebab, bila nasi sudah menjadi bubur, penyesalan sudah tidak berguna lagi. Kami tidak menginginkan dari tulisan ini kecuali perbaikan pemerintahan. Tidak ada taufik (bimbingan) yang terbaik selain dari Allah.

Allahu A’lam bish shawab.

 

sumber: WAGroup FSU (Forum Sandi Uno)/postSabtu10/12/2022/yusrh)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *