Antara Lokasi IKN dan Bad Presiden, Lokasi Tragedi Masa Depan

Denah rencana ibu kota negara (IKN) baru di Kalimantan Tengah. Foto: repelita.com di internet

Oleh Asp Andy Syam *

semarak.co-Masalah pemindahan IKN (Ibu Kota Negara) ke Panajam, Kaltim merupakan isu paling menggetarkan di awal 2022. Pro dan kontra sangat hebat. Yang pro taat buta, baginya asal berada atau mendukung pihak oligarki. Yang kontra tersulut dengki yang penting nolak segala keputusan oligarki.

Bacaan Lainnya

Kalau diteruskan pembangunan IKN baru yang disebut Nusantara, maka maaf Presiden Jokowi, Anda akan terseret menjadi Bad Presiden (presiden buruk) kalau bukan the worst Presiden (Presiden terburuk) dalam sejarah Indonesia?

Anda terjebak pada kepentingan bisnis yang amat pragmatis sehingga kehilangan visioner sebagai negarawan. Parlemen (DPR) sudah menjadi the Bad Parlemen. Pasalnya karena telah menyetujui RUU IKN itu. Ada 7 partai yang setuju telah menjadi the Bad Partai politik.

Sungguh rendah kualitas kepemimpinan negara, seolah ada sesuatu yang melumpuhkan akalnya dan membutakan hati nuraninya sehingga tidak melakukan pendekatan keilmuan yang multi-disipliner dalam memutuskan pemindahan IKN, sesuatu yang sangat strategis dalam kehidupan berbangsa dan bernegara.

Mereka tidak tahu kalau keputusannya memindahkan IKN dari Jakarta ke Panajam Kaltim ibarat keluar dari kubangan lama dan masuk ke kubangan yang baru. Sungguh tragis. Begitu pula para oposan atau pengkritik pemindahan IKN terbawa emosional, hanya melihat waktu yang tidak tepat karena masa pandemi Covid-19.

Bahkan ada yang kehilangan arah dengan berargumen bahwa tempat IKN yang baru adalah tempat jin buang anak sehingga jadi polemik yang buang buang waktu saja. Timbul provokasi, membuat masyarakat adat Kalimantan marah dan begerak.

Pilihan dengan Obsesi Kota Pantai

Keputusan memilih tempat IKN baru, suatu keputusan yang tidak visioner. Seharusnya memindahkan IKN itu mesti melihat pada kebutuhan (perpektif) 100 tahun ke depan, bukan kebutuhan jangka pendek dengan keuntungan bisnis yang mungkin melimpah.

Lokasi IKN baru sangat jelas adalah pilihan dengan pertimbangan ekonomis-bisnis oligarki semata yang memburu keuntungan bisnis. Setan telah membalikkan logika mereka dengan menyangka yang buruk itu baik.

Kalau melihat lokasi IKN yang baru di Penajam, Kalimantan Timur merupakan lokasi pantai. Mirip dengan Jakarta. Dahulu Jakarta disebut Batavia merupakan kota bandar perdagangan karena dipinggir pantai dan punya pelabuhan yang disebut Sunda Kelapa, kemudian berubah menjadi Tanjung Priok di Jakarta Utara.

Bisa diduga kuat kalau terpilihnya Penajam ada semacam kebutuhan untuk membangun kota pantai maupun bandar (Pelabuhan). Lokasi berhadapan dengan kota Balikpapan, hanya dipisah dengan selat kecil. Jarak antara Penajam dengan Balik papan sekitar 76 km. Jarak tempuh darat sekitar 2, 5 jam.

Jarak tempuh laut dengan speedboat bisa kurang dari 10 menit. Jarak tempuh darat bisa diperpendek menjadi 45 menit dengan membangun jalan tol. Jadi kota Balikpapan adalah pintu sementara masuk ke Penajam sebelum Penajam punya bandara internasional sendiri.

Kota Balikpapan adalah kota terbaik dan terindah di Kalimantan. Lokasinya pinggir pantai. Di sana ada hotel bintang lima menghadap ke laut. Di sana ada restoran terapung di atas laut. Mal-malnya besar dan lengkap seperti mal-mal kota besar di Jawa. Punya Bandara Internasional (Sepinggan International Airport).

Wajar saja kalau banyak perusahaan asing yang menambang di Kaltim punya mess di Balikpapan. Kehidupan malam di Balikpapan selalu ramai dan aman. Masyarakatnya sejahtera. Mungkin karena kedekatan dengan kota Balikpapan itulah yang menggoda para kekuatan ekonomi oligarki membisikkan Presiden Jokowi memilih Penajam sebagai tempat IKN yang baru.

Tetapi bukan hanya itu. Para kekuatan ekonomi oligarki melihat lokasi pantai Penajam sehingga bermimpi bisa membangun kota pantai yang baru menggantikan pulau pulau reklamasi Jakarta yang gagal pembangunannya. Bisa membangun kota pantai seperti PIK 1 dan PIK 2, Pantai Indah Kapuk dan Pluit.

Sungguh bisnis yang menggiurkan di kemudian hari. Mimpi itu seolah ingin hidup selamanya. Padahal semua itu akan ditinggal jadi puing puing sejarah. Para kekuatan ekonomi oligarki tidak salah dalam bermimpi.

Tapi khusus mimpi yang menjadikan Penajam sebagai IKN yang baru, maka cepat atau lambat mimpinya itu dengan investasinya akan tenggelam di masa depan. Investasi membangun IKN di Penajam sekitar Rp501 trilliun sumber RAPBN 53, 3% plus dana pemulihan ekonomi.

Dan mungkin biaya itu akan membengkak tiga kali lipat seperti proyek proyek lain selalu terjadi pembengkakan biaya.Dengan dana sebesar itu, betapa besar kerugian negara kalau kelak IKN di Penajam tenggelam. Pertanyannya, apa betul akan tenggelam?

Dampak perubahan iklim

Kalau berfikir tentang perubahan dan masa depan memang ada benarnya IKN mesti dipidahkan dengan segala pengorbanan. Jakarta akan menjadi masa lalu yang penuh sejarah perjuangan. Tidak selamanya masa lalu itu bisa dibawa ke masa depan.

Pertanyannya, kenapa Jakarta sebagai IKN mesti ditinggalkan dan apakah pilihan lokasi sudah tepat?

Era perubahan iklim yang membuat naiknya air laut terus menerus, seharusnya menghentikan mimpi mimpi untuk membangun lagi kota pantai seperti Hongkong, Hawai, Florida, Sanur (Bali) dll. Ratusan kota pantai di seluruh dunia akan tragis nasibnya, akan tenggelam.  Bukan menakuti, tapi sesuai dengan paparan para ilmuawan di bidangnya. Kota pantai adalah mimpi masa lalu.

Mari kita melihat masalah pemindahan IKN itu. Apakah IKN di Penajam itu nanti tidak akan mengalami bahaya yang sama dengan yang akan dialami Jakarta? Pertanyaan inilah tidak dicari jawabannya oleh Presiden dan DPR sebelum memutuskan pemindahan IKN.

Presiden bisa kejeblos jadi the Bad Presiden karena IKN dikeluarkan dari suatu kubangan lama, tapi lagi-lagi masuk ke kubangan yang baru. Akhirnya juga IKN baru akan tenggelam.

Ancaman bagi IKN Jakarta

Bahaya bencana yang akan dialami Jakarta sama dengan lokasi pantai sepanjang pantura bukan hanya gempa besar, tetapi juga bencana bajir rob yaitu naiknya air laut yang akan menenggelamkan Jakarta.

Ancaman bahaya pertama.

Menurut Daryono, peneliti Badan Metereologo, Klimatologi dan Geogisika (BMKG) pihaknya memprediksi Wilayah Selatan Jawa dan daerah DKI Jakarta diprediksi mengalami gempa besar dengan skala di sekitaran M 8,7. Gempa itu bahkan akan menghasilkan tsunami yang cukup tinggi dan mengancam wilayah yang cukup rendah dari laut.

Juga Intitute Tekhnologi Bandung sendiri memprediksi adanya potensi tsunami dengan tinggi 20 meter di pesisir Pulau Jawa dan sekitarnya. Di wilayah Jakarta sendiri memiliki potensi tsunami lebih besar. Sebab pesisir Jakarta sudah berada di bawah laut hingga minus 1- 2 meter. (Radar Aktual Jan 16, 2022)

Ancaman (bahaya) kedua.

Isu pemindahan Ibu Kota Negara di Indonesia menjadi sorotan dunia disebabkan karena ancaman bahaya Jakarta akan tenggelam akibat perubahan iklim. Baru baru ini, Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden saat berpidato soal perubahan iklim di kantor Direktur Intelijen Nasional AS Juli 2021 menyebutkan perubahan iklim adalah ancaman terbesar menghantui seluruh dunia.

Kenaikan air laut global rata rata 3,3 mm per tahun dan adanya tanda badai hujan makin intens dan saat atmosfer memanas. Adanya ancaman besar bagi Indonesia. Ibu kota RI, DKI Jakarta terancam tenggelam dalam 10 tahun ke depan. Biden mengakui kalau Indonesia mungkin akan memindahkan ibu kotanya karena mereka berada di bawah air (CNBC Indonesia, 30/12/2022).

Bukan hanya Presiden AS Joe Biden yang bicara tentang Jakarta akan tenggelam. Penulis dan ilmuawan futurolog David Wallace Wells, dalam bukunya “Bumi yang tak dapat dihuni (The Uninhabitable  Earth), internasional Best Seller,  mengatakan bahwa Jakarta  adalah kota yang paling pesat pekembangannya dunia.

Karena banjir dan penurunan tanah, Jakarta akan tenggelam suruhnya di tahun 2050. Juga diperkirakan ada 100 lebih kota kota pinggir pantai di seluruh dunia akan tenggelam. Kejadian itu hanya dalam dalam kurun waktu sampai 2050. Artinya tinggal menunggu waktu 28 tahun lagi, suatu waktu yang tidak lama lagi.

Tentu Jakarta tidak sekonyong konyong tenggelam, tapi ada proses bertahap. Misalnya 10 tahun pertama mungkin 15 % wilayah tenggelam. Akhirnya 20 tahun kemudian baru tenggelam semuanya. Jadi masih banyak waktu berbenah bagi warga Jakarta untuk hijrah ke wilayah yang lebih tinggi.

Jadi dunia memahami bahwa pemindahan Ibu Kota Negara (IKN) Indonesia adalah suatu keharusan karena adanya ancaman Jakarta akan tenggelam selain ancaman gempa dan tsunami. Dunia tidak memahami masalah ekonomi – bisnis yang menjadi consent oligarki sebagai kepentingan internal oligarki.

Lokasi IKN Penajam akan bernasib sama dengan Jakarta. Apakah hanya Jakarta yang akan tenggelam? Persoalannya kemudian adalah soal lokasi pemindahan IKN itu. Apakah sudah tepat? Apakah hanya karena pertimbangan ekonomis- bisnis semata.

Di sinilah Presiden Jokowi terjebak dan akan terseret menjadi Bad Presiden kalau bukan the worst Presiden dalam sejarah Indonesia apabila lokasi pemindahan IKN kurang dalam pertimbangannya. Seyoginya pertimbangan lokasi IKN yang baru adalah untuk perspektif 100 tahun kedepan.

Cara terburu buru yang kurang pertimbangannya karena koloborasi dengan setan yang memutarbalikkan logika memandang baik sesuatu yang buruk. Setiap pekerjaan terburu buru (grasak- grusuk) adalah pekerjaan setan. Sekedar mengikuti bisikan pertimbangan ekonomi – bisnis dari para dalam oligarki.

Mantan Ketua Ikatan Ahli Geologi (IAGI) Andang Bachtiar mengkrtisi proyek pembangunan IKN: jangan grasak – grusuk. Menurutnya masih banyak pekerjaan rumah dari sisi sains, ilmu pengetahuan dan keteknikan yang harus di selesaikan ditahap awal proyek (Tempo.Co, 30 Januari 2022).

Apakah Penajam tempat pemindahan IKN tidak akan tenggelam dimasa depan? Itulah pertanyaan yang sangat penting! Sejalan dengan pernyataan Joe Biden, Kepala Laboratorium Geologi Fakultas Ilmu dan Tekhonogi kebumian ITB menyebutkan bahwa 22 daerah di Indonesia akan mengalami penyusutan hingga tenggelam.

Dari ujuang Indonesia bagian Timur, Bagian Tengah dan Bagian Barat (Dari Papua sampai Aceh). Khusus di Kalimàntan Timur terdapat delapan Kabupaten yang diprediksi akan tenggelam termasuk Kabupaten Penajam Paser Utara, Kota Balikpapan (Portal Sulut 1 January 2022).

Jangan sampai baru 30 tahun usia IKN baru (Nusantara) lalu mengalami nasib yang sama dengan Jakarta tenggelam di tahun 2050. Tentu bukan itu kehendak kita, tapi alam punya kemauan lain, tunduk pada pencipta-Nya.

Tentu prosenya tegelamnya tidak sepat Jakarta, yang memang punya problem lingkungan yang parah yaitu penurunan tanah. Tapi bukanlah Penajam juga sudah terjadi kerusakan lingkungan akibat penambangan dan pembabatan hutan.

Masalahnya, apakah para elit politik oligarki tahu kalau Penajam tempat IKN yang baru juga kelak akan mengalami musibah tenggelam atau mereka pura-pura tidak tahu seperti kura kura dalam perahu.

Kalau udah tahu kalau Penajam sebagai tempat IKN baru juga akan tengelam, seyogianya segera menghentikan rencana bangun IKN di sana demi menyelamatkan anggaran negara sebesar Rp501 trilliun atau lebih agar juga tidak tenggelam.

Belum lagi biaya rencana pembangunan fasilitas landasan pesawat angkasa luar dan tol bawah laut, tentu biayanya sangat besar. Masih banyak daerah Indonesia yang berdataran tinggi layak jadi tempat IKN yang baru. Misalnya daerah antara Cikampek dan Purwakarta sepanjang tol Pubaleunyi.

Di sana ada lokasi gersang yang luas membentang dapat jadi tempat membangun IKN yang baru. Lokasi sangat strategis, fasilitas tol sudah ada yang menghubungkannya dengan dua Bandara Internasional yaitu Bandara Kertajati dan Soekarno Hatta.

Kedua Bandara itu masing cuma jarak sekitar 100 km lebih dari tol Cikampek. Ketinggian wilayah Cikampek Daun sekitar 36 mdpl, cukup aman untuk jangka panjang. Tapi kalau ingin yang lebih tinggi lagi di atas 100 mdpl harus masuk wilayah Purwakarta agak lebih dekat ke Bandung.

Memang lokasi ini tidak cocok membangun kota pantai yang merupakan kejayaan bisnis masa lalu. Tapi sangat cocok untuk membangun kota taman yang indah serta apartment yang bertaman sebagai hunian masa depan

Memang mungkin ada masalah atau kendala psikologis bagi elit oligarki yang selama ini dengki pada politik Islamis. Karena Jawa Barat adalah basis kuat politik Islamis seperti Jakarta. Ada ancaman tsuname politik Islamis dimasa depan sehingga menimbulkan kegagalan menguasai IKN baru.

Kalau konsekwen pada nilai nilai Pancasila tentu tak ada masalah. Siapa saja boleh jadi penguasa, bukan soal Islamis atau nasionalis sekuler atau liberal sekuler. Asalkan rakyat secara tulus memberikan pilihannya.

Untuk menghindari tragedi IKN di masa depan, kiranya Presiden Jokowi dan DPR mau lebih arif mengambil keputusan dengan melakukan amandemen UU Pemindahan IKN ke Penajam dan memilih daerah lain yang lebih baik dan sesuai untuk perspektif 100 tahun ke depan.

Hikmahjalan

Kearifan Kepemimpinan

*) Penulis adalah Peduli Kepemimpinan Bangsa 31/01/22

 

sumber: WAGroup Keluarga besar alumni HMI (postSenin31/1/2022/aspsyam)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *