Gubernur Jawa Barat (Jabar) Ridwan Kamil sempat mengakui bahwa popularitas dan elektabilitasnya sebagai salah satu tokoh yang kerap disebut sebagai kandidat potensial dalam pemilu presiden (Pilpres) 2024 masih di bawah sejumlah gubernur lainnya, misalnya Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan.
semarak.co-Bahkan dia menerima pula hasil analisis dan survei bahwa popularitas dan elektabilitasnya masih terbatas di lingkup provinsi Jawa Barat, alih-alih secara nasional. Fakta itu merupakan kewajaran karena dia baru satu periode memimpin Jawa Barat, lantas belum dapat berbuat banyak untuk membangun provinsi itu terutama karena pandemi COVID-19.
“Saya menerima semua komentar itu. Bayangin, saya jadi gubernur, lagi semangat mau gimana-gimana, kena COVID-19 dua tahun,” kata Kang Emil, sapaan akrab Ridwan Kamil dalam wawancara khusus dengan The Interview di Bandung Jumat (11/3/2022) dilansir viva.co.id, Rabu, 23 Maret 2022 – 09:29 WIB.
Ridwan mencontohkan Ganjar Pranowo yang sekarang telah menjalani periode kedua sebagai gubernur Jawa Tengah. Sedangkan dia baru memulai tetapi sudah terganggu pandemi COVID-19. Maka wajar popularitas dan elektabilitasnya masih di bawah Ganjar. “Kalau terlalu tinggi jadi aneh,” katanya.
Tingkat keterkenalan dan keterpilihan hasil riset sejumlah survei akhir-akhir ini, Ridwan menilai, bukan efek hasil kerjanya sebagai gubernur Jawa Barat, melainkan hasil sewaktu dia menjabat wali kota Bandung pada 2013-2018. Sedangkan efek keterkenalan dan keterpilihan sebagai gubernur Jawa Barat belum dapat dinilai.
Berbeda lagi dengan Anies Baswedan yang, menurut Ridwan, popularitas dan elektabilitasnya kerap menempati posisi tiga besar secara nasional meski Anies baru satu periode menjabat gubernur DKI Jakarta. Faktor utamanya ialah Jakarta sebagai ibu kota negara dan pusat kekuasaan.
“Kalau Mas Anies, dalam kacamata saya, walaupun satu periode, posisi Jakarta pusat atensi, makanya tidak bisa disaingi oleh gubernur se-Indonesia Raya. Saya tahu diri: saya bukan pemimpin Jakarta sebagi pusat atensi, bukan juga gubernur yang dua periode,” ujarnya.
Ridwan Kamil juga tak menampik jika dipasangkan dengan sejumlah tokoh nasional, misalnya Ganjar Pranowo, Anies Baswedan, dan Ketua Umum Partai Demokrat Agus Harimurti Yudhoyono alias AHY.
Meski begitu, dia memahami bahwa dalam demokrasi di Indonesia, pasangan calon presiden dan calon wakil presiden tidak dapat memilih sesuka hati masing-masing pasangannya, melainkan dijodohkan partai politik atau gabungan partai politik.
“Jadi harus belajar mencintai pasangan kita setelah menikah, kira-kira begitu. Jadi, dengan Mas Ganjar cocok, Mas Anies cocok, dengan AHY cocok–semua cocok.”
Ridwan mengklarifikasi tudingan sebagian kalangan yang menengarai bahwa dia akan dipasangkan dengan Anies Baswedan, menyusul momen bermain sepak bola adu penalti dengan Anies Baswedan di Jakarta International Stadium beberapa waktu lalu.
Itu hanyalah momen kebetulan karena DKI Jakarta dan Jawa Barat ditunjuk sebagai tuan rumah forum G20. “Setengah acaranya di Jakarta, saya datang; setengah acaranya di Jawa Barat, Mas Anies harus datang. Enggak ada setting-an politik. Kalau enggak ada apa-apa terlihat akrab, mungkin itu ada politisnya,” ujarnya.
Kang Emil menyatakan, dirinya akan mendukung jika Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan terpilih menjadi presiden dalam Pilpres 2024. “Mudah-mudahan saya doakan menjelang 2024 kita dukung siapapun presidennya, setuju? Kalau takdir ada di Pak Anies, kita dukung Pak Anies sebagai presiden,” kata Emil di acara Supermentor-27 di Djakarta Theater XXI, Jakarta, Minggu (2/10/2022).
Pernyataan Emil langsung disambut riuh tepuk tangan para audiens yang hadir di forum itu. Namun, Emil mengatakan jika nantinya takdir tak membawa Anies sebagai presiden, dia tetap akan mendukung siapa pun yang akan menjadi kepala negara. “Tapi kalau dia bukan Mas Anies, tetap kita dukung siapa pun itu. Setuju?” ujarnya.
Emil menyebut akan ada petunjuk siapa yang nantinya menjadi presiden di Indonesia. Hal itu, kata dia, sebagaimana tercantum dalam surat Ali Imran.
Dalam kesempatan itu, Emil juga mengaku khawatir Universitas Gadjah Mada (UGM) akan terpecah belah lantaran ada dua alumni kampus tersebut yang digadang-gadang menjadi calon presiden pada Pilpres 2024.
“Waktu di UGM saya bilang Kang Bima, wah ini bahaya UGM bisa terbelah. Di sini teriak Pak Ganjar alumni UGM, kan. Di sana teriak Pak Anies Baswedan. Jadi supaya kondusif pilihlah? Ridwan Kamil,” ujar Kang Emil berkelakar.
Emil pun berkelakar visi misi yang akan ia bawa jika dirinya ditakdirkan menjadi presiden, yakni membawa kesejahteraan bagi emak-emak di Indonesia dengan menggratiskan skincare. “Visi misi saya buat emak-emak Indonesia. Kalau terpilih, skincare ditanggung BPJS,” candanya.
Lebih lanjut, Emil berpendapat bahwa permasalahan utama bangsa Indonesia adalah terlalu banyak pertengkaran, salah satunya ihwal perbedaan pilihan presiden. “Beda agama, bertengkar. Beda partai, bertengkar. Beda pilihan presiden, bertengkar. Beda organisasi tertentu bertengkar,” katanya.
Terbaru diberitakan abwnews.com bahwa Indonesia merupakan negara maritim dan berbasis kepulauan dengan luas lautan 70% (daratan 30%) dan lebih dari 17 ribu pulau. Karena itu negara besar ini harus dipimpin sosok yang memiliki wawasan, dan terutama pengalaman dalam membangun berbasis wilayah kepulauan.
Bagi pengamat ekonomi yang juga berasal dari Pulau Pantar, Nusa Tenggara Timur (NTT) Abdul Munir Sara, di antara semua bakal calon presiden saat ini, hanya Anies Baswedan yang memenuhi kriteria tersebut.
“Di antara semua Bacapres, hanya @aniesbaswedan yang punya perspektif untuk membangun Indonesia berbasis wilayah kepulauan,” jelas Munir, seperti dikutip dari postingan di akun Twitter-nya, @Munir_Timur, Kamis, 18 Mei 2023.
Menurut Munir, Anies bukan hanya bisa berbicara tentang pembangunan berbasis kepulauan. Tapi juga sudah dibuktikan ketika memimpin Jakarta. Terutama terkait perhatiannya terhadap Pulau Sebira yang masuk desa Pulau Harapan, Kecamatan Kepulauan Seribu Utara, Kabupaten Kepulauan Seribu.
“Anies bukan cuma bicara, tapi dengan action, ada legacy. Dari kebijakannya di Pulau Seribu, dia sangat ngerti tentang connectivity dan infrastruktur ekonomi untuk menjaga keseimbangan supply and demand dalam tatanan masyarakat kepulauan,” jelasnya, dengan menampilkan dua video Anies yang berbicara tentang Pulau Sebira.
Melihat pendekatan kebijakan bahkan legacy bacapres usungan Koalisi Perubahan untuk Persatuan tersebut di Pulau Sebira, harapannya tentang pembangunan provinsi kepulauan seperti NTT semakin kuat pada Anies.
“Anies mendeliver pesan yang sangat jernih kepada kami dari provinsi kepulauan. Bahwa konektivitas dan bottleneck ekonomi, adalah problem yang acapkali menjadi pemicu imbalance antara supply and demand-khususnya di wilayah kepulauan,” ungkap penulis buku Jejak Esai Ekonomi Politik.
Apalagi bagi daerah-daerah terluar, terbelakang dan termiskin. Munir semakin yakin dengan sosok Anies karena bacapres lain belum pernah berbicara tentang tentang kebijakan pembangunan yang sustain dalam konteks wilayah kepulauan. Apalagi bicara tentang legacy.
“Boro-boro mendengar ini dari @ganjarpranowo. Gimana mau dengar, wong kemana-mana cuma tampilin jogging. Padahal publik butuh kognisi tentang gimana nih Indonesia ke depan,” cuitnya menyentil bacapres PDIP Perjuangan tersebut.
Bahkan dia menantang anak-anak kepulauan lainnya untuk mengecek apakah Gubernur Jawa Tengah tersebut pernah menyampaikan pemikirannya tentang pembangunan berbasis kepulauan. “Silahkan cari jejak digitalnya,” tutup pria berkacamata yang saat ini menjadi Tenaga Ahli Anggota DPR RI Komisi XI ini.
Sebagaimana diketahui, terakhir didatangi Gubernur DKI pada tahun 1989, begitu memimpin Ibukota Anies langsung memberikan perhatian terhadap pulau yang pada masa Belanda disebut sebagai Noord Wachter atau Penjaga Utara, mengingat di situ terdapat mercusuar yang dibangun pada pada tahun 1869.
Bahkan Gubernur DKI Jakarta periode 2017-2022 ini menjadi satu-satunya pemimpin ibukota yang datang berkunjung sebanyak dua kali dan menginap di pulau yang berjarak sekitar 65 mil atau 105 kilometer dari daratan Jakarta tersebut, yang membuatnya lebih dekat ke daratan Pulau Sumatera.
Selama kepemimpinannya, Anies menyiapkan berbagasi fasilitas publik yang menjadi kebutuhan dasar di pulau berpenduduk sekira 700-800 jiwa itu untuk memastikan pembangunan. Seperti akses air bersih, listrik 24 jam, penyediaan sarana transportasi dari sebelumnya 8 jam menjadi 2 jam perjalanan ke Jakarta.
Bahkan membangun JakGrosir untuk membantu warga mendapatkan harga pangan murah. Pada saat menyampaikan pidato dengan tema “Meluruskan Jalan, Menghadirkan Keadilan” pada acara deklarasi relawan Amanat Indonesia (ANIES) di Lapangan Tenis Indoor, kompleks Gelora Bung Karno (GBK), Senayan, Jakarta, Minggu, 7 Mei 2023, Anies juga menyinggung tentang Pulau Sebira ini.
“Saya beri contoh ada satu pulau yang kalau di peta hanya nampak seperti titik. Di situ disebut sebagai sang penjaga Utara. Pulau ini selama sejak kemerdekaan hingga akhir-akhir ini adalah pulau yang jauh di depan dari daratan Jakarta,” tutur Anies.
Ditambahkan Anies, “Lokasi pulaunya lebih dekat ke Sumatera daripada ke dermaga Sunda Kelapa. Tapi dia bagian dari Jakarta. Dan di pulau ini puluhan tahun tanpa listrik, puluhan tahun kesulitan air bersih, puluhan tahun hanya sesekali kapal melintas. Namanya Pulau Sebira.”
Dengan komitmen untuk mewujudkan satu kesemakmuran dan memperlakukan semua wilayah di Jakarta baik daratan dan kepulauan sama, mantan Mendikbud ini kemudian memberikan perhatian dengan membangun berbagai sarana-prasarana serta menutupi kebutuhan dasar masyarakat di pulau tersebut. Apa yang terjadi?
Dibangun pulau itu. Dikirimkan pesan kepada semua, sebelas pulau yang berada di luar daratan Jakarta. Mereka sekarang ini menikmati listrik lengkap, air bersih lengkap, akses kesehatan lengkap, akses pendidikan lengkap.
“Ini adalah komitmen kita bahwa berada dalam sebuah wilayah yang sama, teritorial yang sama kita, harus bisa satu kesemakmuran. Prinsip ini jugalah yang akan ia terapkan dan wujudkan ketika diberi kepercayaan memimpin Indonesia kelak,” paparnya.
Pendiri Indonesia Mengajar ini memastikan semua wilayah Indonesia akan mendapat perlakuan yang sama. Karena semua daerah adalah bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia. “Dan ketika ini diterapkan, prinsip kita adalah begini, lokasi pulau Sebira itu memang jauh dari Monas,” ulasnya.
“Tapi dia adalah bagian dari Jakarta. Anda semua yang hadir di sini, yang dari Aceh hitungan kilometernya dari Jakarta memang jauh, tapi anda nol kilometer dari Ibu Pertiwi,” demikian capres Anies menambahkan.
Dari Papua, lanjut Anies, hitungan kilometer dari Monas memang panjang tapi anda nol kilometer dari Ibu Pertiwi. “Dari mana pun anda berada di tempat ini, hitungan kilometernya panjang tapi sesungguhnya anda nol kilometer dari Ibu Pertiwi,” ujarnya. (net/viv/kba/abw/smr)