Sebanyak 27 lembaga survey menunjukkan calon presiden (capres) Anies Baswedan terendah dalam elektabilitas. Namun suatu paradok muncul Ketika hasil survey yang melibatkan responden puluhan ribu hingga jutaan malah Anies selalu unggul.
semarak.co-Fenomena ini telah memicu pertanyaan tentang validitas dan representativitas hasil survei berdasarkan jumlah responden yang berbeda. Pada 25 Agustus 2023, misalnya, laman berita CNBCIndonesia.com merilis hasil surve terbaru yang mengundang perhatian. Begitu pun dengan poling kumparan.com hasilnya Anies unggul jauh.
Lembaga survei seperti PWS, SMRC, Litbang Kompas, Indikator Politik Indonesia, dan Voxpol, yang biasanya melibatkan responden di bawah 5 ribu orang, secara konsisten menempatkan Anies Baswedan dalam posisi elektabilitas yang rendah.
Namun, di platform-platform seperti Google, Facebook, Twitter, dan Instagram, poling-poling independen seperti pollingkita.com bahkan poling media-media online, tvonenews.com, kumparan.com, dan lainnya, hasil survei yang melibatkan puluhan ribu hingga jutaan responden itu selalu capres Anies unggul dengan selisih suara yang signifikan dibanding kandidat lainnya.
Sebagai contoh berikut hasil polling yang terbuka untuk umum yang melibatkan puluhan ribu responden, sebagaimana dilansir dunsanak.org/Agustus 27, 2023, terlihat ketimpangan tinggi. Paling tidak berdasarkan data pada 27/8/2023.
Bagi anda yang tertarik untuk mengikuti polling ini, jika masih dibuka bisa mengaksesnya melalui link ini. Ayo libatkan diri kita masing-masing dan kerabat kita untuk mengisi polling yang ada, siapun calon presiden favorit anda.
Mengutip hajinews.id, 22/08/2023, ada 56,86% pembaca yang menyebut bakal memilih Anies Baswedan jika pilpres digelar sekarang. Ini didapat dari hasil polling kumparan.com yang beredar pada 14-21 Agustus 2023. Sebanyak 5.614 responden terlibat dalam polling tersebut.
Mereka yang memilih Anies mencapai 56,86% atau 3.912 responden. Sementara pemilih Ganjar sebesar 22,37 persen atau 1.256 responden. Lalu Prabowo Subianto mendapat dukungan 20,77 persen atau 1.166 responden.
Sebelumnya, Golkar, PKB, dan PAN mendeklarasikan Prabowo Subianto sebagai bakal capres 2023 pada Minggu (13/8/2023). Dengan begitu, Prabowo sudah mendapat dukungan dari lima parpol. Yakni, Gerindra, Golkar, PKB, PAN, dan PBB.
Anies sebelumnya sudah dideklarasikan oleh Partai NasDem pada Senin, 3 Oktober 2022. Selain NasDem, Anies juga didukung PKS, Demokrat, dan Partai Ummat. Sementara itu, Ganjar dideklarasikan sebagai bacapres oleh PDIP pada Jumat, 21 April 2023. Selain PDIP, PPP, Hanura, dan Perindo juga berada dalam gerbong pendukung Ganjar.
Jadi pertanyaannya adalah, mana yang lebih merepresentasikan preferensi pemilih? Apakah hasil dari sedikit responden dapat mencerminkan kecenderungan mayoritas pemilih, terutama mengingat jumlah total calon pemilih yang mencapai lebih dari 204 juta?
Akibat dari paradoks ini, banyak kalangan yang mulai meragukan validitas hasil survei dari lembaga-lembaga tersebut. Muncul kekhawatiran bahwa responden yang terlibat mungkin berasal dari kelompok-kelompok tertentu yang tidak mewakili seluruh spektrum masyarakat.
Lembaga-lembaga survei ini sering kali mengklaim kredibilitas mereka, namun potensi adanya agenda tersembunyi atau pesanan dari pihak tertentu menjadi pertanyaan mendasar. Fenomena serupa terjadi pada Pemilihan Gubernur (PilGub) 2017. Hasil survei pada waktu itu juga meramalkan kekalahan Anies Baswedan, tetapi hasil akhir Pilgub justru berbanding terbalik.
Hal ini membuat banyak pihak meragukan akurasi dan ketepatan hasil survei, serta mempertanyakan apakah lembaga-lembaga survei tersebut benar-benar dapat memprediksi hasil pemilihan dengan tepat.Tanggapan beragam muncul dari berbagai kalangan terkait fenomena ini.
Beberapa pihak cenderung mendukung pendapat yang sesuai dengan pandangan dan tujuan mereka, sementara yang lain lebih skeptis terhadap hasil survei tersebut. Ada juga sebelumnya dengan yang dialami Fauzi Bowo alias Foke. Saat itu, Foke yang maju untuk periode kedua di pemilihan kepala daerah (Pilkada) DKI Jakarta, 2012-2017 dimenangkan berbagai hasil survei.
Namun hasilnya, Foke kalah dari pasangan Joko Widodo (Jokowi dengan Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok. Dikabarkan Foke sempat mencak-mencak kepada para lembaga survey. Selain tidak lagi percaya, Foke pun kapok sehingga tidak minat maju lagi di periode 2017-2022. Di mana pasangan Anies dan Sandiaga Uno mengalahkan pasangan Ahok-Djarot.
Mantan Wakil Presiden (Wapres) Jusuf Kalla mengomentari hal ini dengan mengatakan kepada Republika bahwa pemilihan berdasarkan opini dari 1.200 orang (responden survei) dalam konteks pemilih sebanyak 205 juta orang tidak mampu merepresentasikan keseluruhan opini.
Presiden Partai Keadilan Sejahtera (PKS) Ahmad Syaikhu juga menunjukkan sikap yang relatif santai terhadap elektabilitas rendah Anies dalam hasil survei. Menurutnya seperti ditulis di detik, situasinya saat ini mengingatkan pada Pilgub DKI Jakarta 2017.
Pada waktu itu, survei juga meramalkan kemenangan Anies yang rendah, tetapi pada akhirnya ia memenangkan pemilihan sebenarnya. Anies Baswedan sendiri merespons hasil survei ini dengan tenang, seperti yang tercatat di Suara.com. Ia mengungkapkan, “Kami telah terbiasa ditempatkan di posisi ketiga, dan kami tetap optimis untuk berjuang pada Pilpres 2024.”
Fenomena ini menggarisbawahi kompleksitas dalam mengukur preferensi pemilih. Pengaruh ukuran sampel, metode pengumpulan data, dan interpretasi data semuanya berperan dalam membentuk gambaran elektabilitas seorang kandidat. Namun, pada akhirnya, hasil pemilihan yang sebenarnya adalah yang paling menentukan.
Terbaru seperti dilansir laman berita msn.com, Sabtu (26/8/2023) dari tribunkaltim.co – bakal capres Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan menanggapi hasil berbagai lembaga survei yang menunjukkan posisinya berada dalam urutan ketiga.
Mantan Gubernur DKI Jakarta itu kalah dari Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto. Anies mengatakan, temuan survei internal KPP justru berbeda signfikan dibanding hasil temuan berbagai lembaga survei. “Oh ya, bedanya jauh sekali,” kata Anies saat ditemui di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat, Kamis malam (24/8/2023).
Namun begitu, Anies enggan merinci apakah hasil survei internalnya justru menunjukkan posisinya berada dalam peringkat teratas. Hal yang pasti, gambaran lembaga survei berbeda jauh dengan temuan internal. “Ya nggak usah kita disclose lah. Bedanya jauh sekali,” jelas Anies.
Oleh sebab itu, kata Anies, pihaknya akan selalu memeriksa ulang setiap temuan hasil dari berbagai lembaga survei dengan survei internal. Dia bilang, nantinya waktu yang akan menjawab apakah survei yang dilakukan lembaga survei telah tepat. “Kita crosscheck dan ya kita nanti biar sejarah nanti yang akan menjawabnya,” tandasnya.
Sebelumnya, Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh mengaku tidak percaya dengan lembaga survei yang menempatkan Anies Baswedan di peringkat ketiga. Anies selalu kalah dibandingkan Ganjar Pranowo dan Prabowo Subianto.
Paloh menuturkan hasil survei tersebut menjadi salah satu topik pembicaraan saat pertemuannya dengan Anies Baswedan dan tim 8 koalisi perubahan di Hotel Grand Hyatt, Jakarta Pusat pada Jumat malam (25/8/2023). “Apakah benar apa yang digambarkan oleh katakanlah lembaga-lembaga survei yang menempatkan komposisi Anies Baswedan tetap di urutan ketiga,” kata Paloh.
Ia mengaku tidak percaya dengan temuan lembaga survei tersebut. Baginya, lembaga survei juga banyak melakukan kekeliruan. “Ini terjadi diskusi yang cukup menarik. Sejujurnya, dengan segala hormat kita kepada lembaga-lembaga survei banyak juga yang tidak tepatnya ya begitu,” jelasnya.
Lebih lanjut, Paloh menyebut elektabilitas Anies Baswedan lebih tinggi dibandingkan prediksi lembaga survei. Hal itu diketahuinya dari survei internal yang telah dilakukan. “(Survei internal) ya memberikan pencerahan optimisme yang lebih tinggi. Jadi itu lah tugas kita bersama,” tandasnya. (net/msn/kpc/tbc/dun/smr)
sumber: dunsanak.org di WAGroup FRM BERBAGI KEBAIKAN UM (postMinggu27/8/2023)/hajinews.id di WAGroup HIMPUNAN AKTIVIS MASJID (postKamis24/8/2023/)