Bakal calon presiden (capres) dari Koalisi Perubahan untuk Persatuan (KPP) Anies Baswedan merespons santai soal Partai Golkar dan Partai Amanat Nasional (PAN) menjatuhkan dukungan kepada Prabowo Subianto di pemilihan presiden (Pilpres) 2024.
semarak.co-Capres Anies pun mengungkapkan pengalamannya ketika maju di pemilihan gubernur (Pilgub) DKI Jakarta tahun 2017 yang hanya diusung dua partai politik (parpol) yaitu Gerindra dan Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dan Anies menang Bersama Sandiaga Salahuddin Uno jadi gubernur DKI.
“Kami pernah punya pengalaman di Jakarta hanya berdua parpol, hanya berdua. Tapi apa yang terjadi, rakyat memberikan pilihannya dengan mempertimbangkan banyak factor,” kata Anies di Museum Wayang Kekayon, Banguntapan, Bantul, Minggu malam (13/8/2023).
Anies malah ucapkan selamat kepada Golkar dan PAN yang telah menyatakan dukungan mengusung Prabowo sebagai capres 2024. Karena itu, Anies optimistis tanpa koalisi yang gemuk mampu terus berusaha untuk memenangkan Pilpres 2024. Saat ini, Anies diusung KPP gabungan Partai NasDem, PKS dan Demokrat.
“Kami sampaikan selamat kepada partai Golkar, PAN, yang sudah memutuskan untuk bergabung ke Pak Prabowo. Tapi kami pun tetap bismillah jalan terus,” ungkap Anies dilansir triaspolitica.net: Agustus 13, 2023.
Di bagian lain Wakil Presiden ke-10 dan 12, Jusuf Kalla menyebut koalisi gemuk yang dibentuk untuk mendukung Prabowo tidak menjamin bisa meraih kemenangan di Pilpres 2024. Diketahui, Prabowo saat ini telah mendapatkan dukungan 4 parpol parlemen yang setara 265 kursi atau 46,09% kursi, yakni Gerindra, PKB, Golkar, dan PAN.
Prabowo juga mendapatkan dukungan dari PBB dan kemungkinan akan mendapatkan juga dukungan dari beberapa Partai baru, seperti Partai Gelora dan PKN hingga PSI. Jika hal itu terjadi, koalisi pengusung Prabowo bisa dibilang koalisi gemuk.
Itu dibandingkan poros Ganjar Pranowo yang didukung PDIP, PPP, Hanura, dan Perindo, maupun poros Anies Baswedan yang didukung NasDem, PKS, Demokrat dan Partai Ummat. “Tidak ada jaminan. Sama dengan saya waktu 2004, Anda masih ingat, mungkin ya?” ucap Jusuf Kalla.
“Itu kita hanya didukung 11%, 4 partai. Tapi menangnya 60%. Jadi beda itu. Tidak simetris sama sekali,” kata JK, sapaan akrab Jusuf Kalla di Markas PMI Pusat, kawasan Kramat, Jakarta Pusat, Senin (14/8/2023 dilansir triaspolitica.net: Agustus 15, 2023.
Hal yang menjadi penentu kemenangan pasangan calon (paslon) di pemilu, terang JK, yaitu rakyat. Jadi bukan partainya. Sebab, rakyat pasti memiliki pilihannya masing-masing terkait partai politik. “Kalau sudah masuk ke pemilu itu, orang tidak lagi melihat partainya, orang melihat tokohnya. Partai yang mengusulkan, yang memilih kan rakyat. Terserah rakyat bagaimana, Selama ini begitu,” ujar JK. (net/trs/smr)
sumber: link share di WAGroup DPP RAI NASIONAL (postSelasa15/8/2023/)