Analisis Tajam Rocky Gerung Bongkar Rahasia Kecurangan Rezim Jokowi di Balik Mesin Pemilu 2024

Rocky Gerung saat di Mabes Polri Jakarta. Foto: internet

Pengamat politik terkenal Rocky Gerung mengungkapkan sindiran tajam terhadap Komisi Pemilihan Umum (KPU) yang menunda hasil rekapitulasi kecamatan. Dalam karyanya yang orisinal, Gerung menyebut rezim panik karena takut kecurangan pemilihan presiden (pilpres) 2024 terbongkar.

semarak.co-Dalam kutipan kontroversialnya, Gerung menggambarkan situasi sebagai bengkel yang salah pakai obeng, memunculkan teori konspirasi dan keributan di masyarakat. KPU seakan-akan desain teknologinya dari awal berantakan.

Bacaan Lainnya

Ada back mind yang disembunyikan, sambung Gerung, membuat legitimasi KPU dipertanyakan. Bahkan, ada tuntutan agar KPU didiskualifikasi, menimbulkan kegelisahan dan kemuakan dalam politik pemilu.

“Itu salah pakai obeng, obeng, obeng, sekarang dipakai buat kecurangan, obeng yang berbunga, itu kan seperti skrup yang enggak bisa masuk karena obengnya. Dirty vote, dirty hand, dan dirty mind merajalela. 75% kecurangan ini dikendalikan oleh Jokowi,” ujar Gerung dilansir kontenislam.com.

Menyoroti peran Jokowi, Gerung menyatakan, pintu kotor dilewati oleh The Dirty Hand yang mengendalikan Dirty vote. Mahkamah Konstitusi menjadi pintu awal kecurangan dan rencana panjang untuk menang akhirnya terbukti kurang sempurna.

Rocky melihat ada kekacauan dalam desain teknologi KPU dan mencurigai adanya back mind yang disembunyikan. “Ini kayak ada iblis di mesin KPU yang kita sebut sebagai gitu. Ini yang menyebabkan desain teknologi KPU tidak bisa diverifikasi,” tambahnya.

Ia juga menyoroti kegelisahan dan kecurigaan terhadap legitimasi KPU. Komentar Gerung membuat masyarakat curiga terhadap desain teknologi KPU yang tidak dapat diverifikasi. Kritiknya tidak hanya terhadap KPU, tetapi juga menyoroti tindakan rezim Jokowi sejak pra-pemilu hingga pasca-pemilu.

“KPU ini cuman aktor pembantu, pelaku yang diminta untuk melakukan itu di belakang layar. Kita mesti bicara rezim Jokowi yang punya kerjaan semacam ini. Kendati hasil pemilu mungkin menguntungkan pihak tertentu, saya peringatkan kemungkinan protes massal dan demonstrasi,” cetusnya.

Sementara itu, Rocky menggarisbawahi bahwa konsolidasi politik setelah pemilu menjadi kunci, terutama bagi Gerindra yang harus mengamankan posisinya. Analisisnya menciptakan suasana kritis terhadap legitimasi politik rezim dan pertanyaan muncul tentang masa depan Gibran, anak Jokowi, dalam perpolitikan Indonesia.

“Setelah pemilu, rapat-rapat di Gerindra akan menentukan siapa yang akan menjadi pemimpin di 2029. Ini bukan hanya soal Prabowo dan Jokowi lagi, tapi persaingan Prabowo dengan Jokowi,” ungkap Gerung lagi.

Pertemuan antara Presiden Jokowi dan Ketua Umum Partai NasDem Surya Paloh di Istana Negara, Minggu, 18 Februari 2024, menjadi pusat perhatian yang tajam. Gerung menganalisis mendalam terkait kedatangan Paloh ke Istana, menyoroti aspek kepentingan dan watak sebagai dua hal kunci yang memerlukan pemahaman mendalam.

Menurut Rocky, jika dilihat dari sisi kepentingan, NasDem terus mencari akses kekuasaan pasca-Pilpres 2024. Namun, jika dilihat dari sisi watak, Gerung tidak yakin bahwa Surya Paloh akan meminta jabatan kepada Jokowi.

“Dalam urusan Pilpres 2024, Paloh memang telah mengambil langkah berbahaya, tetapi sosok seperti Surya Paloh sulit dibujuk atau ditundukkan oleh Jokowi,” tegas Rocky seperti yang diungkapkannya dalam akun YouTube Rocky Gerung Official.

Rocky juga menilai bahwa pertemuan di Istana menunjukkan kecemasan Jokowi karena dinamika politik di masyarakat sipil terus berlanjut. Meskipun hasil quick count mendukung Jokowi, Rocky meyakinkan bahwa Surya Paloh tetap sebagai “koboi” dan bukan sebagai pecundang.

“Surya Paloh datang ke situ tetap sebagai koboi, bukan sebagai pecundang. Bagi saya, isi pembicaraan pertemuan mungkin bervariasi, tetapi watak Paloh sejak awal telah menantang Jokowi. Intinya itu. Bahwa kemudian ada soal macam-macam itu ada dalam pertimbangan Bang Surya,” ulasnya.

Rocky, yang mengaku mengenal sosok Paloh yang kritis dan menentang sejak zaman Orde Baru, menyoroti rekam jejak sebagai pengusaha dan penantang. Dia yakin Paloh akan memilih rekam jejak sebagai penantang karena menyadari masyarakat tidak mengizinkannya bermain mata dengan kekuasaan.

“Pandangan subyektif saya, pasti lebih kuat dari obyektif, pura-pura itu,” kata Rocky mengakhiri analisisnya, menambahkan dimensi subyektivitas pada perspektifnya. (net/kon/smr)

 

sumber: kontenislam.com di WAGroup KSATRIAN⚔️COPYDARAT♻️ANIES✈️RI🇮🇩1 (suryonokalijudan)

Pos terkait