Anak usaha PT RNI (Rajawali Nusantara Indonesia), PT Mitra Kerinci mengungkap rasa syukur dengan melakukan upacara adat yang sudah menjadi tradisi unik di lingkungan Perkebunan Teh Liki, di Kabupaten Solok Selatan, Provinsi Sumatera Barat. Perkebunan teh BUMN ini menggelar Wiwitan Petik Teh atau petik perdana pucuk teh, setiap menjelang awal musim petik teh sebagai penanda dimulainya produksi teh Mitra Kerinci di tahun yang baru.
Direktur Utama PT RNI B. Didik Prasetyo mengatakan, agenda tahunan ini dilakukan sebagai bentuk rasa syukur para pegawai pabrik teh Mitra Kerinci terhadap karunia yang telah dicurahkan sang pencipta melalui setiap pucuk teh yang mereka hasilkan. Tradisi ini, kata Didik, sekaligus merupakan perwujudandoa dan harapan masyarakat sekitar yang notabene berprofesi sebagai pegawai di perkebunan dan pabrik Mitra Kerinci.
“Harapannya agar tahun 2018 kinerja PT Mitra Kerinci semakin lebih baik, itu pasti. Wiwitan Petik juga menjadi penanda bahwa di tahun 2018 ini Mitra Kerinci siap melampaui pencapaian tahun 2017,” ujar Didik, di sela-sela pembukaan Wiwitan Petik Teh, Kamis (4/1), di Solok Selatan, Sumbar, seperti dirilis humas RNI, Jumat (5/1).
Kinerja Mitra Kerinci di 2017 terbilang positif, dengan luas areal tanaman efektif 1.081 ha perusahaan perkebunan yang terletak di Kaki Gunung Kerinci ini mampu memproduksi teh kering sebanyak 3.900 ton atau produktivitas tercapai sebesar 3,9 ton teh kering per ha. Jumlah tersebut diatas rata-rata produktivitas teh kering nasional tahun 2016 sebesar 1,6 ton per ha. Hal tersebut diikuti capaian angka penjualan hampir Rp70 milyar.
“Untuk menjaga konsistensi kinerja Mitra Kerinci pada level yang tinggi, perusahaan telah mulai melakukan pemanfaatan sistem teknologi informasi. Sistem yang dinamakan SAUB atau Sistem Analisis Usaha Perblok tersebut resmi diluncurkan bersamaan dengan pelaksanaan Wiwitan Petik ini,” ujarnya.
Keberagaman dan CSR dalam Wiwitan Petik
Direktur PT Mitra Kerinci Yosdian Adi mengungkapkan, melalui tradisi Wiwitan Petik perusahaan berupaya berkontribusi pada pelestarian budaya serta pemberdayaan ekonomi masyarakat setempat. Ia berharap Wiwitan Petik dapat dilaksanakan setiap tahun dan bisa menjadi bagian dari agenda wisata budaya Kabupaten Solok Selatan. “Ada nilai luhur yang terkandung dalam Wiwitan PetikTeh, salah satunya sebagaisimbol dari keberagaman dan akulturasi tiga kebudayaan yang tumbuh kental di lingkungan perkebunan, yaitu Budaya Minang, Jawa, dan Sunda,” ujarnya.
Wiwitan Petik Teh sendiri, kutip Yosdian, mengadopsi makna dari wiwitan petik padi yang merupakan tradisi Suku Jawa, namun cara yang digunakan mengikuti cara petik teh perdana yang lazim dilaksanakan di Tatar Sunda dan disemarakan dengan nuansa adat istiadat ranah Minang yang kental.
“Kami berharap mampu menarik lebih banyak wisatawan yang datang berkunjung sehingga dapat berkontribusi positif menghidupkan ekonomi lokal. Apalagi dengan pemadangan yang indah dan udara yang sangat sejuk kebun Liki berpotensi sebagai daerah tujuan wisata. Di areal kebun Liki juga terdapat air terjun Tansi Ampek yang tidak kalah indahnya,” papar Yosdian.
Pada Wiwitan Petik tahun ini dilaksanakan penandatanganan kerja sama antara PT Mitra Kerinci dengan Universitas Terbuka. Kerja sama tersebut bertujuan untuk penyediaan fasilitas pengembangan pendidikan di wilayah Solok Selatan sekaligus sebagai bentuk CSR PT Mitra Kerinci kepada masyarakat sekitar. Menurut Yosdian, kegiatan ini dalam rangka mendukung visi Kabupaten Solok Selatan, yaitu sejahtera dan religius.
Bupati Solok Selatan Muzni Zakaria yang hadir pada acara Wiwitan Petik mengatakan, Mitra Kerinci merupakan perusahaan kebanggan masyarakat Solok Selatan yang banyak memberikan kontribusi bagi daerah. Untuk itu, ia mengatakan sangat mendukung gelaran Wiwitan Petik menjadi acara budaya yang rutin dilaksanakan. Seperti pada tahun sebelumnya, gelaran Wiwitan Petik Teh selalu diikuti oleh berbagai kemeriahan, seperti pasar malam, kesenian tradisional, pasar murah, serta beragam aksi sosial yang dilakukan PT Mitra Kerinci. (lin)