Alpha Leader Series Berbagi Kisah Perjuangan Bangun Karir di Bidang IT

Firma investasi Alpha JWC Ventures menghadirkan empat tokoh teknologi dalam acara Alpha Leader Series, Sabtu (5/5) untuk membahas tantangan para teknisi IT agar maju di dunia industri teknologi. Baik sebagai professional maupun pendiri start up.

Acara Alpha Leader Series menghadirkan empat pemimpin dari perusahaan teknologi terkemuka, Ananto Wibisono (Co-Founder Sepulsa), Lingga Madu (Co-Founder Sale Stock), Aditya Lesmana (Co-Founder Carro) dan Donnie Prakoso (Technology Evangelist di Amazon Web Services) untuk membahas opsi karir di industri teknologi serta kisah perjalanan membangun dan memimpin tim di perusahaan teknologi, khususnya startup.

“Di Indonesia, pimpinan atau pendiri start up umumnya datang dari latar belakang bisnis, tidak seperti di Amerika Serikat. Karena di Indonesia, penyuntik dana masih punya kebutuhan untuk bicara dengan bahasa yang sama dan sayangnya mereka hanya bisa bicara bahasa bisnis. Karena itu mereka cenderung memberi kesempatan bagi orang-orang dengan latar belakang bisnis. Tapi, ini akan berubah dalam lima tahun ke depan. Saya yakin, pekerja teknologi akan mengambil lebih banyak peran dan posisi dalam industri startup,” ujar Co-Founder dan Managing Director firma investasi Alpha JWC Ventures, Jefrey Joe, saat membuka acara.

Dari ke empat pembicara Alpha Leader Series, tiga merupakan pendiri start up terkemuka di Indonesia dan Singapura. Dalam kesempatan ini, mereka berbagi kisah awal mereka terjun dan memulai startup mereka.

“Sebagai seorang developer, saya selalu ingin membangun perusahaan teknologi terbaik — bukan dalam hal besar atau keuntungan, tapi dalam penggunaan teknologi sebagai ‘senjata utama’, bukan sekadar alat pembantu penjualan,” cerita Ananto Wibisono, pendiri start up penyedia agregator pembayaran pulsa dan tagihan.

Lain lagi bagi Lingga Madu, pendiri Sale Stock. Semua dimulai dengan pertanyaan mengapa harga baju begitu mahal di Indonesia, padahal modal pembuatannya sangat minim.

“Saya bingung mengapa baju yang dibeli istri saya di mal bisa didiskon hingga 60 persen hanya dalam hitungan minggu, tapi penjualnya masih saja bisa mendapatkan untung dari penjualan tersebut. Kan artinya modal pembuatan baju tersebut masih jauh di bawah 40 persen harga barang tersebut,” ujar Lingga.

“Kami lalu meneliti dan menemukan bahwa sebenarnya, faktor yang paling menaikkan harga baju adalah biaya resiko barang tak laku yang disebar ke seluruh harga barang. Dari situ, kami mencoba menjawab bagaimana caranya kami bisa menyediakan baju yang jauh lebih murah? Dengan memotong ‘biaya resiko’ tersebut. Bagaimana? Dengan hanya menjual barang yang pasti terjual. Bagaimana? Dengan penggunaan Artificial Intelligence. Dari situlah Sale Stock dimulai,” lanjutnya.

Tapi, menjadi pendiri atau Chief of Technology Officer (CTO) bukanlah satu-satunya tujuan karir utama bagi professional IT. Donnie Prakoso, Tech Evangelist di Amazon Web Services, berkata bahwa terlepas dari berbagai pilihan di luar sana, pekerja IT tidak boleh membatasi dirinya hanya dengan satu peran. “Dalam dunia IT, ada banyak opsi karir:  WordPress developer, full-stack developer, machine learning expert, dan lain-lain,” ujar Donnie.

“Saya pernah menjadi CTO Malesbanget.com, tapi akhirnya berpindah karir menjadi Tech Evangelist karena pada akhirnya, panggilan saya adalah mengajar. Intinya, jangan biarkan pekerjaan mendefinisikan dirimu. Kamu bisa saja seorang developer saat ini, tapi tahun depan? Siapa yang tahu. Kita yang mendefinisikan diri kita, teknologi hanyalah pendukung.”

Namun, apapun peran yang kita ambil, ada satu hal lagi yang sama pentingnya dengan mencari ‘panggilan’ dan memiliki skill set yang tepat: mendapatkan partner yang tepat. Sayangnya, ini bukanlah hal yang mudah.

Aditya Lesmana dari Carro bercerita bahwa ia sempat mencari rekan untuk membangun startupnya, namun kebanyakan yang ia temui hanya ‘omong doang’ atau tidak memiliki kemampuan yang tepat. Akhirnya, ia menemukan rekan yang tepat di lingkungan terdekatnya: Aaron Tan, teman sekelas dan sekontrakan Aditya.

“Saya yakin dia adalah rekan yang terbaik bagi saya dan perusahaan ini. Saya kenal dia sudah hampir sepuluh tahun dan saya tahu etos kerja serta karakternya. Yang paling penting, saya bisa percaya padanya dan kami berdua rela terjun seutuhnya pada bisnis ini.”

Tetapi, mendirikan perusahaan tidak selesai ketika kamu mendapatkan rekan yang tepat. Perjalanan membangun startup adalah sebuah proses yang penuh kegagalan dan perjuangan.

“Kita selalu mendengar kisah sukses pengusaha, tapi jarang sekali mendengar tentang kegagalan dalam proses mereka. Tidak apa-apa kalau kamu mengalami kegagalan — ada bug dalam sistemmu, platform-mu tidak terpakai, ada security breach yang terjadi. Yang penting adalah bagaimana kamu belajar dari kesalahan tersebut,” ujar Ananto Wibisono.

“Di Sepulsa, kami punya dokumentasi kegagalan, sehingga kami semua bisa belajar dari kesalahan. Budayakan ‘di sini aman untuk gagal’, jadikan kegagalan bahan pembelajaran, bukan sebagai alasan memaki-maki dirimu atau orang lain.”

“Kita semua harus belajar menjadi lebih proaktif dan tidak takut gagal. Jangan berhenti bereksperimen. Pemimpin yang baik tak pernah berhenti meskipun menghadapi tantangan ataupun cibiran. Jangan berhenti membangun, karena kamu membangun untuk esok yang lebih baik,” tambah Donnie Prakoso.

Para pembicara juga membagikan satu pesan bagi mereka yang ingin membagun usahanya sendiri. “Rendah hati lah dan jangan berhenti belajar. Apa yang kamu rencanakan belum tentu terjadi dan kamu harus terus beradaptasi. Karena itu, jangan pernah sombong dan teruslah terbuka untuk terus belajar,” kata Aditya Lesmana.

“Teruslah berinovasi — akan selalu ada cara baru untuk melakukan hal baru dengan lebih baik dan lebih efisien yang akan kamu temukan,” ujar Ananto Wibisono.

“Jujurlah dengan kondisi perusahaanmu, dengan keadaan timmu. Jangan terlalu optimistis dalam mengukur kemungkinan perkembanganmu. Kamu harus jujur untuk mengambil langkah selanjutnya yang tepat,” ujar Lingga Madu.

“Dan jangan lupakan pelangganmu. Mereka yang membawamu ke tempatmu saat ini,” ujar Donnie Prakoso.

“Banyak startup yang terus berinovasi tapi lupa mendahulukan kebutuhan pelanggan mereka dan akhirnya malah kehilangan jalan dan jati diri mereka.”

Pada akhirnya, apapun pilihanmu: menjadi pendiri startup ataupun terus bekerja bagi perusahaan orang lain, hal terpenting adalah untuk fokus dan memberikan yang terbaik. “Tak ada yang salah dengan bekerja untuk orang lain. Kesempatan tidak hanya datang ketika kamu muda. Pikirkan juga kemampuanmu. Tak ada salahnya mengambil waktu lebih untuk belajar lebih,” ujar Ananto Wibisono.

“Tapi kamu haru fokus dengan apapun pilihanmu. Kedua pilihan merupakan pilhan yang baik, asalkan kamu mau terjun seutuhnya. Tapi, jika kamu yakin ingin mendirikan sebuah startup, pastikan kamu punya rencana cadangan — jangan sampai kamu kelaparan — dan kamu punya rekan yang tepat,” pesan Aditya Lesmana.

“Jangan terlalu banyak khawatir. Kalaupun kamu gagal, kamu selalu bisa kembali ke dunia korporat kan?”

Alpha JWC Ventures sendiri mengadakan acara berkala Alpha Leader Series untuk turut serta membangun ekosistem industri teknologi yang inklusif, saling mendukung, dan berkembang pesat melalui diskusi dan berbagi pengalaman. Tema ‘Geeks, Rise Up!’ kali ini diambil untuk membahas mitos yang berkembang bahwa tenaga IT di industri startup tak punya posisi seimbang dibandingkan mereka yang berlatar belakang bisnis.

“Kami percaya bahwa industri teknologi bisa menjadi tulang punggung ekonomi Indonesia sebentar lagi, dan melalui Alpha Leader Series kami melaksanakan peran kami untuk mendukung semua pemain di industri ini,” ujar Co-Founder dan Managing Partner Alpha JWC Ventures Jefrey Joe.

“Kami yakin para tenaga IT memiliki peran yang sangat penting dalam mendorong perkembangan ekonomi digital di Indonesia, dan Alpha JWC memiliki misi untuk mendorong mereka untuk menciptakan produk-produk teknologi terbaik di dunia.”

Alpha Leader Series ini didukung oleh Brilio.net sebagai media partner, dan Amazon Web Services and WeWork sebagai sponsor, serta partisipasi dari Sepulsa, Sale Stock, dan Carro. (ita)

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *